Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

BAGAIMANA MEMPERBAIKI KEADAAN ANDA?

bagaimana memperbaiki keadaan anda

BAGAIMANA MEMPERBAIKI KEADAAN ANDA? – Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’anul karim yang berkaitan dengan keadaan seseorang yang merugi dikarenakan menyia-nyiakan waktu dengan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Maka dari itu Allah mengingatkan dalam firmannya yang artinya: “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

1. memperbaiki masa lalu dan masa depan

Marilah masuk ke dalam Surga Darussalam untuk menghadap Allah dan berada di sisi-Nya tanpa harus mengeluarkan tenaga, tanpa perlu memeras keringat, dan tanpa harus bersusah payah. Bahkan Anda dapat menuju negeri itu melalui jalan yang paling dekat dan yang paling mudah. Bukankah saat ini Anda berada pada waktu yang diapit oleh dua waktu, yang pada hakikatnya waktu tersebut adalah umur Anda yang Anda jalani sekarang, dan ia berada di antara waktu yang telah lalu dan waktu yang akan datang.

Waktu yang telah lalu dapat di perbaiki dengan cara bertaubat, menyesal, dan beristighfar. Melakukan semua itu tidak akan membuat Anda merasa payah, lelah, atau berat. Sebab, perbuatan-perbuatan tersebut tak lebih dari sekedar amalan hati. Sedangkan waktu yang akan datang dapat diperbaiki dengan mencegah diri dari segala perbuatan dosa. Mencegah diri dari perbuatan dosa bukan merupakan perbuatan yang berat bagi Anda, sebab hal ini dapat dilakukan dengan sekedar meninggalkan dan melepaskannya saja, tanpa melakukan suatu perbuatan dengan anggota badan. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan hanyalah tekad dan niat yang kuat untuk meninggalkan perbuatan dosa. Tekad dan niat yang kuat inilah yang akan membuat badan, hati, dan batin Anda merasa tentram ketika tidak melakukan dosa.

Dengan demikian, masa lalu dapat diperbaiki dengan melakukan taubat, sedangkan masa depan dapat di perbaiki dengan mencegah diri dari dosa, serta meneguhkan hati dan mengokohkan niat untuk meninggalkannya.

2. Pentingnya menjaga waktu

Bertaubat dan mencegah diri dari dosa memang tidak membuat anggota badan menjadi lelah dan letih. Tetapi, inti masalahnya terletak pada usia Anda saat ini, yaitu waktu yang terletak di antara masa lalu dan masa yang akan datang. Jika Anda menyia-nyiakan waktu tersebut, berarti Anda telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan keselamatan diri sendiri.  Sebaliknya, jika Anda menjaganya –sambil memperbaiki masa lalu dan masa yang akan datang- niscaya Anda akan selamat dan memperoleh ketentraman, kenikmatan, dan kesenangan.

Sesungguhnya, menjaga waktu yang sekarang dijalani lebih sulit daripada memperbaiki waktu yang telah berlalu maupun yang akan datang. Karena, menjaga waktu berarti mengharuskan diri Anda melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih banyak memberikan kebahagiaan bagi diri Anda.

Seorang penyair berkata,

ما مضى فات والمؤ غيب

ولك السا عة التي أنت فيها

Waktu yang telah berlalu maka sudah berlalu, waktu yang akan datang merupakan perkara yang ghaib (kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi). Dan waktumu (yang sesungguhnya) adalah hari ini yang engkau berada di dalamnya.”[1]

3. Hari – hari Anda adalah bekal

Kondisi manusia berbeda-beda dalam menyikapi hari-hari kehidupannya.  Demi Allah, sebenarnya hari-hari itu adalah waktu yang Anda lewati guna mengumpulkan bekal untuk akhirat, apakah bekal itu akan mengantarkan Anda ke Surga atau justru ke Neraka.

Jika Anda menjadikan waktu tersebut sebagai jalan menuju Allah, maka Anda telah memperoleh kebahagiaan dan kemenangan terbesar di masa yang singkat ini, masa yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan kehidupan abadi kelak.

Apabila Anda mengutamakan nafsu syahwat, kesenangan, kelalaian, dan permainan, maka waktu itu akan cepat sekali berlalu meninggalkan Anda. Bahkan, kesudahannya berdampak kesedihan yang sangat dan  abadi. Kepedihan dan penderitaan karena menuruti hawa nafsu itu melebihi penderitaan pada saat Anda bersabar menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah, melebihi kesabaran dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah, serta melebihi kesabaran dalam menolak hawa nafsu untuk meraih kesenangan duniawi.[2]

Abul Fat-h Al-Busti berkata dalam sya’irnya,

إذا ما مضى يوم ولم أصطنع يدا

ولم أقتبس علما, فما هو من عمري

Jika berlalu satu hari dan aku tidak berbuat apapun. Dan tidak juga mendapat ilmu, maka apalah artinya umurku.[3]

4. Kewajiban sekarang

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوٓا۟ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ ٱلنَّاسَ كَخَشْيَةِ ٱللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا۟ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلَآ أَخَّرْتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Artinya: “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS. An-Nisaa’: 77)

Salah satu kaidah tafsir al-Qur’an yaitu Allah memberi petunjuk kepada hambanya dalam al-Qur’an dari segi amalan: untuk membatasi perhatian mereka terhadap waktu yang sekarang saja.

Kaidah yang mulia ini terdapat dalam banyak ayat al-Qur’an dan termasuk hal paling besar yang menunjukkan tentang hikmah Allah serta paling besar yang memperbaiki manusia menuju kebaikan dunia dan akhiratnya. Karena seorang hamba jika ia sibuk dengan amalan yang dilakukannya saat itu, ia membatasi pikiran, badan, dan hatinya untuk amalan tersebut, maka ia akan berhasil dan selesai sesuai dengan waktunya. Tetapi ketika ia memilih dan memperhatikan amalan-amalan lain, maka ia tidak akan selesai pada waktunya, semangatnya menjadi luluh, dan perhatiannya terhadap amalan lain menjadi berkurang karena ia teralu fokus dengan amalan besok (yang akan datang) serta semangatnya untuk amalan besok tersebut. Kemudian ketika kerjaan lain datang, maka semangatnya melemah, kerajinannya berkurang, bahkan kerjaan kedua terhenti karena harus menyelesaikan dan menyempurnakan kerjaan pertama, akhirnya ia tidak menyelesaikan kedua kerjaan tersebut.

Berbeda ketika seseorang mengumpulkan hatinya, tujuan terbesarnya adalah mengerjakan kerjaan saat ini yang harus di selesaikan, maka ketika datang kerjaan kedua, ia sudah siap dengan kekuatan dan ketekunan, ia mengerjakannya dengan sepenuh hati, dan (menyelesaikan) pekerjaan pertama membantunya untuk mengerjakan pekerjaan yang kedua.[4]

5. Umur yang tidak berkah

Umur menjadi tidak barakah dengan seorang hamba melakukan kemaksiatan. Karena maksiat dapat memperpendek umur dan menghilangkan barakahnya, sebagaimana kebaikan dapat menambah umur, begitu pula kejelekan dapat memendekkan umur.

Pengaruh maksiat dapat mengurangi umur karena hakikat kehidupan sebenarnya adalah hidupnya hati. Oleh karena itu, Allah menyebut orang kafir sebagai orang mati, tidak hidup, sebagaimana dalam firman-Nya,

أموت غير أحياء

Artinya: “Mereka adalah orang mati, tidak hidup …” (QS. An-Nahl: 21)

Di antara dampak maksiat juga yaitu menghilangkan keberkahan umur, rizki, ilmu, amal, dan ketaatan. Secara umum, maksiat memang menghapuskan keberkahan agama dan dunia. Tidak akan engkau dapati sedikitpun keberkahan umur, agama, dan dunia dari orang yang bermaksiat kepada Allah. Bahkan, tidaklah keberkahan itu dihapuskan dari bumi, melainkan disebabkan oleh maksiat para makhluk.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf: 96)

Kehidupan seorang manusia adalah kehidupan hati dan ruhnya, tidak ada kehidupan hati melainkan dengan mengenal pencipta-Nya, mencintai-Nya, beribadah hanya kepada-Nya, kembali kepada-Nya, tenang dengan mengingat-Nya, dan berada dekat dengan-Nya. Jika seseorang hamba tidak memiliki kehidupan yang demikian, maka ia telah kehilangan seluruh kebaikan. padahal kebaikan itu tidak dapat ditukar dengan kekayaan yang ada di dunia. Bahkan, seisi dunia tidak mampu menggantikan kehidupan terebut.

Karena itulah, ada yang hidup di dunia ini sekitar seratus tahun, namun umurnya (yang sebenarnya, yaitu yang ia gunakan untuk ketaatan kepada Allah) tidak sampai sepuluh tahun. Ada juga yang memiliki harta berlimpah dari jenis emas dan perak, namun hartanya yang sebenarnya ( yang ia gunakan untuk ketaatan kepada Allah) hanyalah sekitar seribu dirham. Demikian pula dengan ilmu dan kedudukan.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda,

ألا إن الد نيا ملعو ن ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعا لم أو متعلم

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu di laknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, atau orang yang mempelajari ilmu.”[5]

Maka inilah yang terdapat keberkahan khusus padanya. Allahul Musta’an.[6]

6. Umur adalah kebaikan bagi seorang mukmin

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

لا يتمنى أحد كم الموت ولا يدع به من قبل أن يأ تيه, إ نه إذا مات أحدكم انقطع عمله, وإنه لا يزيد المؤ من عمره إلا خيرا.

Artinya: “Janganlah salah seorang dari kamu berangan-angan menginginkan kematian, dan janganlah dia berdoa untuk mati sebelum datang kematian kepadanya. Sesungguhnya apabila salah seorang dari kamu mati, niscaya terputuslah semua amalnya. Dan sesungguhnya tidak bertambah umur seorang mukmin melainkan kebaikan.”[7]

Waktu adalah kebaikan bagi seorang mukmin. Seorang mukmin waktunya sangat berharga untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.

7. Tiga kesalahan yang selalu berulang setiap hari

Pertama, menyia-nyiakan waktu.

Kedua, membicarakan hal-hal yang tidak berguna.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Artinya: “Di antara (tanda bagi) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.”[8]

Ketiga, memberikan porsi perhatian yang terlalu besar terhadap masalah-masalah sepele. Misalnya, suka mendengarkan kabar burung, ramalan-ramalan, dan gosip-gosip. Kesenangan seperti itu hanya akan membuat orang menjadi paranoid (ketakutan), menciptakan kecemasan di dalam hati, dan melenyapkan kedamaian dari dalam hati.

 

REFERENSI:

Di Tulis Oleh: Yazid bin Abdul Qadir Jawaz Dari Buku “Waktumu, Dihabiskan Untuk Apa ?” Cetakan 13 :: Rabi’ul Awwal 1441 H / November 2019 Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor

Diringkas dengan sedikit perubahan oleh: Riki Irawan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

[1] Qiimatuz Zaman ‘indal ‘ulamaa (hlm. 208)

[2] Fawaa ‘idul Fawaa ‘id (hlm. 323-324) dengan sedikit tambahan.

[3] Diiwaan Abil Fath al-Busti (hlm. 84). Dinukil dari Qiimatu Zaman ‘indal ‘Ulamaa (hlm. 45).

[4] Al-Qawaa’idul Hisaan al-Muta’alliqah biTafsiiril Qur’aan (hlm. 95).

[5] Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2322), Ibnu Majah (no. 4112), dan Ibnu ‘Abdil barr dalam Jaami’ Bayaani ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/135-136, no. 135), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu. Lafazh ini milik at-Tirmidzi. Lihat Shahiih at-Targhib wat Tarhiib (no. 74)

[6] Diringkas dari Ad-Daa’ wad Dawaa’ (hlm. 89, 131, 132, 134).

[7] Shahih: HR. Muslim (no. 2682), dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu

[8] Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 2317), Ibnu Majah (no. 3976)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.