Anak adalah amanat yang Allah titipkan kepada orang tua. Amanat itu wajib di jaga dan dirawat sebaik-baiknya. Allah Subhanahu Wata’ala akan meminta pertanggung jawabannya di hari kiamat kelak. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya:
“sungguh setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan mempertanggung-jawabkanya, seorang lelaki adalah penjaga bagi anggota keluarganya dan dia akan di minta pertanggungjawabanya…”.
Dalam riwayat lain, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إ ن الله ساءل كل راع عما استرعاه أحفظه أم ضيعه؟ حتى يسأل الرجل عن أهل بيته
“sungguh Allah akan meminta pertanggungjawaban setiap pemimpin atas setiap hal yang ia emban, apakah telah memeliharanya (dengan baik) atau (justru) menyia-nyiakanya? Termasuk menanyakan kepada seseorang (ayah) tentang keluarganya. (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Seorang anak berhak mendapatkan tarbiyah islamiyah (pembinaan secara islami) terbaik dari kedua orang tuanya. Dalam hadits nabi Shallallahu Alaihi Wasallam :
وإن لأهلك عليك حقا
“dan sungguh, keluargamu memiliki hak (yang menjadi kewajiban) atas dirimu. (HR Bukhari)
Hak yang di sampaikan dalam hadits tersebut selain mencakup pemenuhan kebutuhan fisik, juga menyangkut hak untuk diajari, dibimbing, di arahkan, diluruskan dan demikian seterusnya agar menjadi anak shalih. Maka seyogya-nya kedua orang tua, pihak yang paling dekat dengan anak, menjadi teladan nyata bagi anak semenjak kecil. Hendaklah keduanya menanamkan cinta kepada Allah Subhanahu Wata’ala , cinta kepada nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, menyampaikan keindahan islam dan tuntunan syariat kepadanya, membimbing mereka dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, menumbuhkan kesadaran beribadah serta berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. hamba-hamba Allah Subhanahu Wata’ala yang beriman senantiasa berdoa:
ربنا هب لنا من أ زو جنا وذر يتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
“ya Allah, karuniakanlah kami isteri-isteri dan anak keturunan yang (dapat) menjadi penyejuk pandangan. Serta jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-furqan/25:74)
Ibnu Abbas رضي الله عنهما menjelaskan makna do’a dalam ayat ini dengan bertutur, “yaitu isteri dan anak yang melakukan ketaatan kepada-mu ya Allah, sehingga pandangan kami akan menjadi sejuk dengan (kebaikan) mereka di dunia dan akhirat kelak”.
Syaikh as-sa’id رحم الله berkata,”ini adalah do’a untuk kebaikan istri dan anak agar mereka menjadi shalih. Dan doa ini mendatangkan manfaat besar bagi mereka yang memanjatkannya. Karenanya (dalam doa tersebut) mereka memohon sambil mengatakan “ya Allah… karuniakanlah kepada kami…”. kebaikan doa ini akan (berdampak positif) dan bermanfaat bagi kaum muslimin secara umum mengingat bahwa kebaikan para istri dan anak dapat menjadi faktor penyebab kebaikan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka”.
BIMBINGAN SEMENJAK DINI AGAR SI KECIL DEKAT DENGAN ALLAH
Menanamkan dan membimbing kebaikan bagi si buah hati semenjak ia masih kecil adalah perkara yang indah. Dengan itu, ia akan mengawali catatan pada lembaran putih kehidupannya dengan kedekatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. bimbingan yang dilakukan harus ditempuh secara bertahap,dimulai dari pengenalan adab-adab (ajaran-ajaran islam) yang mendasar namun memiliki pengaruh besar yang begitu mendalam seperti yang tertuang dalam hadits berikut:
مروا أ ولا د كم با لصلا ة وهم أبناء سبع سنين, واضر بوهم عليها وهم أبناءعشر, وفر قوا بينهم في المضاجع
“perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka mencapai umur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat setelah mencapai sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”
Selain membimbing anak-anak pada masalah yang besar (seperti shalat) karena berhubungan dengan rukun islam, termasuk perkara yang penting juga adalah membimbing anak-anak dalam masalah yang terkadang di anggap remeh oleh sebagian orang.
Seorang anak di didik untuk selalu mengingat Allah Subhanahu Wata’ala , berdzikir dan saling mendoakan dalam berbagain kondisi sekalipun dia masih kecil. Contohlah pula keteladanan nabi ibrahim علي لسلام yang di abadikan dalam kitab suci al-qur’an. pada saat beliau Shallallahu Alaihi Wasallam mendampingi putranya ismail علي لسلام (dalam berdoa), maka keduanya berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala :
ربنا واجعلنا مسلمين لك ومن ذريتنا أمة مسلمة لك وأرنا مناسكنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم
“ya Allah,jadikanlah kami berdua dan anak keturunan kami berserah diri kepada-mu. Tunjukkanlah kepada kami ibadah (haji) kami, serta ampunilah kami, sungguh engkau maha memberi taubat lagi maha penyayang (QS. Al-Baqarah/2/128)
AJARKAN ANAK BERDOA KEPADA ALLAH
Kita semua telah mengetahui banyak hal tentang keutamaan doa. Berdoa adalah ibadah yang paling mudah untuk mengidentifikasikan penghambaan diri seorang manusia . bahkan nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah menegaskan bahwa doa adalah ibadah. Dan karena keagungan makna ibadah dalam berdoa sampai Allah Subhanahu Wata’ala murka terhadap orang-orang yang meninggalkan ibadah agung ini. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وقال ربكم ادعونى أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
“dan Rabmu berkata, “bedoalah kepada-ku, niscaya aku akan mengabulkan , sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina (QS.Ghafir/40:60)
Dengan demikian, maka diantara sekian banyak petunjuk islam yang sepatutnya di ajarkan oleh kedua orang tua kepada anaknya adalah penanaman pada diri mereka untuk selalu bertauhid, berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berdoa dan hanya memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam segala hal.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah menggariskan keteladanan yang baik saat beliau menanamkan kemuliaan doa pada diri kemenakanya, ‘abdullah bin Abbas رضي الله عنهما yang masih berusia belia. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepadanya, “wahai anak kecil, sungguh aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat; “jagalah (hukum) Allah , niscaya Allah akan menjagamu. Periharalah (hak) Allah, maka engkau akan mendapatkan (pertolongan) Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta (berdoa), maka memintalah hanya kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan dari Allah.ketahuilah, sesungguhnya apabila semua manusia berkumpul untuk memberikanmu suatu manfaat, maka tidaklah hal itu terjadi melainkan apa yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan apabila mereka bersatu untuk menyelakakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat melakukannya melainkan apa yang telah Allah tentukan untukmu. Pena telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering”. (HR. Bukhari)
DOA ANAK, INVESTASI JANGKA PANJANG
Perjalanan hidup umat muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidaklah panjang. Semua akan berakhir dengan kematian. Berbahagialah orangtua yang berhasil mencetak generasi shalih dari anak keturunannya, yang taat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya, sekalipun mereka telah meninggal dunia. Sesungguhnya doa baik seorang anak bagi orang tuanya adalah investasi jangka panjang. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda:
إذا ما ت ا بن ادم انقطع عمله إ لا من ثلا ث: صدقة جا رية أوعلم ينتفع به أوولدصالح يدعو له
Apabila seorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amalnya. Kecuali tiga perkara :shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholih mendoa kebaikan untuknya”.(HR.Muslim no. 1631)
Hadits ini menjelaskan bahwa anak shalih yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya, maka berkah doa itu akan mengalir sekalipun keduanya telah meninggal dunia . maka biar tidak sampai terlambat, marilah kita bersemangat menanamkan tauhid pada diri anak-anak kita, menguatkan hubungan dan ketergantungan mereka hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala, mengajak mereka dalam berbagai ketatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mengajari mereka akan keagungan makna doa seorang mukmin kepada rabb-nya, karena Allah Subhanahu Wata’ala mencintai hamba-hamba yang banyak berdoa kepada-nya.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua berilmu, mengamalkan ilmu serta mengajak orang lain untuk mengamalkannya.
Referensi :
Majalah As-Sunnah/no. 11/thn. XIII shafar 1431 H / februari 2010M,
Penulis: Ustadz Rizal Yuliar ,Lc
Diringkas oleh: Nur Aisyah (Pelajar Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Artikel lainnya:
Berbakti Kepada Orang Tua (Birrul-Walidain)
Kelemahlembutan, Musyawarah dan Tawakkal
Leave a Reply