Dalam hal ini jika kita mempelajari ilmu Nahwu. Biasanya Sang Guru akan menceritakan sejarah perkembangan ilmu ini. Apa sebab yang melatarbelakangi munculnya Ilmu Nahwu? Dan nama yang tidak akan terlupa disebut adalah sang tokoh yang lagi kita bicarakan ini.
الحمد لله رب العالمين، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. والصلاة والسلام على سيد الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى أهله وصحبه
Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam, pengatur kerajaan yang luas, pemilik hati-hati para hamba yang lemah. Kita memohon kepadanya ketetapan hati di dunia, di alam kubur dan diakhirat. Agar selalu di atas agama yang haq ini, hidup dan mati.
Sholawat dan salam tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, sang utusan yang amanat dan menjaga janjinya. Sang pencerah bagi para sahabatnya, sang tauladan bagi pengikutnya.
Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kepada kita kenikmatan dan rasa syukur atasnya. Dan menjadikan kita umat yang selalu mengenang generasi pendahulu dan tidak mencela mereka. Bahkan mendoakan kebaikan kepada mereka. Sebagimana Allah firmankan tentangnya,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [الحشر : 10]
“Dan Orang-orang yang datang setelah mereka berkata, ’Wahai Tuhan kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam beriman. Dan janganlah engkau menjadikan rasa dengki masuk kedalam hadi-hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun Lagi Maha Penyanyang.” (Q.S. Al-Hasyr: 10)
Berbicara mengenai generasi pendahulu atau yang dikenal dengan salafush sholeh. Yang terbayang oleh benak kita adalah para Nabi, para Sahabat, Para Tabiin. Namun dalam istilah ahli sejarah dan ilmu hadits ada tingkatan yang berada di antara golongan Sahabat dan golongan Tabiiin. Mereka dikenal dengan istilah Al-Mukhodromin (المخضرمين).
Apa itu Al-Mukhodrom (المخضرم)?
Al-Mukhodrom (المخضرم) sacara bahasa memiliki beberapa arti diantaranya:
- التردد بين شيئين ‘at-taroddud baina syaiain’ Bermakna ragu dalam menentukan satu diantara dua pilihan.
Dikatakan لحم مخضرم ‘lahmu mukhodhrom’ karena tidak diketahui apakah daging itu berasal dari jantan atau betina. Dikatakan طعام مخضرم ‘tho’aamun mukhodhrom’ karena tidak manis dan tidak pula pahit.
Imam Al-Iraqi Rohimahullah berkata,”begitu juga al-Mukhodhromun tingkatan meraka meragukan antara masuk ke golongan sahabat Nabi atau masuk ke golongan Tabiin.”
- النقص ‘an-Naqsh’ bermakna kurang, Imam Sibth ibn ‘Ajmiy Al-Iraqi Rohimahullah berkata,”Begitu halnya dengan al-Mukhodhrom yang tingkatanya lebih kurang dari sahabat karena mereka tidak bertemu Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam, padahal ada peluang untuk bertemu Nabi.”
Adapun arti Al-Mukhodrom (المخضرم) secara istilah adalah Tabiin yang hidup pada dua masa yakni Islam dan Jahiliyah. Sama halnya dia memeluk Islam pada zaman Nabi (tapi betidak berjumpa dengannya) atau memeluk Islam setelah wafatnya beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam, dan sama halnya dia sudah berusia tua pada saat itu atau masih muda. Seperti yang disebutkan oleh DR. Kamal Qolamiy Al-Jaza`iriy.
Dimanakah kita bisa mendapatkan biografi mereka?
Dan Al-Mukhodrom (المخضرم) berjumlah banyak, lebih dari 800 orang, biografi mereka dapat dicari dan dibaca di beberapa kitab referensi sejarah dan tarojum rijal, baik klasik maupun kontemporer, seperti: kitab Al-Ishobah fi Tamyiiz As-Shohabah karya Ibnu Hajar Rahimahullah, beliau mengkhususkan tempat untuk mereka dan ini terdapat pada jenis ketiga (القسم الثالث) dari kitabnya, kitab Thobaqooh Ibn Sa’d karaya Muhammad ibn Sa’ad Rahimahullah kitab yang berisi biografi para sahabat dan tabiiin, dan kitab Tazkiroh at-Tholib al-Mu’lim fiman yuqoolu innahu Mukhodhrom karya Sibth al-‘Ajamiy Rahimahullah yang merupakan kitab khusus yang membahas sejumlah biografi para generasi ini secara ringkas.
Diantara nama mereka yang terkenal adalah Uwais al-Qorniy yang dijuluki sayyidnya para Thabiin, An-Najasy raja Habasyah, Qois bin Abi Haazim, Abul Aswad Ad-Diyliy, Aslam Maula ‘Umar, Masruq bin Al-Ajda’ dan selain mereka.
Pada kesempatan kali ini, yang akan kita bahas adalah biografi salah seorang Al-Mukhodrom yang terkenal, terutama bagi para pencinta ilmu bahasa arab lebih spesifik lagi ilmu Nahwu. Seorang kharismatik yang bersahaja, sahabat khalifah nubuwah yang ke empat, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, qodhi kota Bashroh, penyusun ilmu nahwu atas perintah dari beliau ketika tersebarnya lahn diantara manusia karena bercampurnya ‘arab dan ‘ajam. Beliau adalah Abul Aswad Ad-Diyliy.
Nama dan Nasab
Beliau adalah Dzolim bin ‘Amr bin Sufyan bin ‘Amr bin Kholas bin Ya’mar bin Nafaatah bin ‘Adiy bin Ad-Di`ly Al-Bashry. Begitulah pendapat mayoritas ulama mengenai nama dan nasabnya. Kunyah beliau Abul Aswad Ad-Diyliy.
Kelahiran beliau
Beliau dilahirkan pada zaman Kenabian. Dimana cahaya bersinar dari Makkah. Namun Allah berkehendak lain, sehingga beliau tidak mendapatkan keutamaan menjadi Sahabat Nabi, dikarenakan tidak berjumpa dan hidup bersama Nabi.
Ibnu Al-Atsir Rahimahullah dalam Usudul Ghobah (h.550)berkata,”Abul Aswad Ad-Diyliy bukan termasuk sahabat, tapi beliau adalah Tabiin, termasuk pengikut Ali bin Abi Tholib yang menjadikan beliau gubernur Bashroh dan beliaulah yang pertama kali merumuskan ilmu Nahwu….”
Guru dan Murid
Sebagaimana tradisi para salafysh sholeh yang mengambil ilmu dari ulama robbani. Maka Abul Aswad pun menlakukannya. Belaiu belajar dari Khalifah ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali, dan para sahabat lain seperti Ubay bin Ka’ab, Abu Dzar, Abdullah bin Mas’ud, dan Az-Zubair bin Awwam dan lainnya.
Adapun yang mengambil ilmu dari belaiu diantaranya: anak beliau sendiri, Yahyabin Ya’mar, Ibn Buraidah, dan lainnya.
Pujian ulama terhadapnya
Ahmad Al-‘Ijliy Rahimahullah berkata,”Tsiqoh, beliaulah yang pertama kali berbicara tentang masalah Nahwu.”
Sebab dibuatnya Ilmu Nahwu
Ketika belajar suatu ilmu, pengajar biasanya memulai pelajarannya mengenai ilmu itu, dengan kata lain perkenalan dengan ilmu yang mau dipelajari tersebut. Biasanya mereka menyampaikan sepuluh hal kurang lebih mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ta’rif suatu ilmu meliputi: nama ilmu itu, peletak dasar ilmu itu (penggagas pertama), sumber ilmu tersebut diambil dari mana, manfaat mempelajarinya, hukum mempelajarinya, dan sebagainya.
Dalam hal ini jika kita mempelajari ilmu Nahwu. Biasanya Sang Guru akan menceritakan sejarah perkembangan ilmu ini. Apa sebab yang melatarbelakangi munculnya Ilmu Nahwu? Dan nama yang tidak akan terlupa disebut adalah sang tokoh yang lagi kita bicarakan ini.
Muhammmad bin Sallam Al-Jumahiy Rahimahullah berkata,”Abul Aswad adalah orang pertama yang membuat bab faa’il, maf’ul, mudhof, rof’u, nasob, jar,dan jazm. Dan Yahya mengambil ilmu darinya tentang hal ini.”
Dalam kisah yang masyur, Al-Mubarrid berkata, ’Al-Maaziniy pernah berkata kepadaku,”Sebab yang melatarbelakangi dibuatnya Bab-Bab Nahwu. Bahwasannya anak perempuan Abul Aswad berkata kepadanya,’ مَا أَشَدُّ الحَرِّ؟ –dengan mendhomah huruf dal dan menkasroh huruf ro`– (Apa yang sangat Panas?)’ (padahal yang diinginkan adalah ‘alangkah panasnya’ –dengan menfathah dal dan ro’– )
Maka Abul Aswab menjawab (karena mengira bahwa anaknya sedang bertanya),”Kerikil di atas terik matahari.”
Maka anaknya yang mendegar jawaban itu pun berkata terheran,”Sesungguhnya Aku takjub dengan panasnya.”(aku bermaksud berkata ‘alangkah panasnya!’ bukan bertanya).
Beliau pun menanggapi,’Sungguh Manusia telah tertimpa Lahn (salah ucap). Lalu Beliau memberi tahu Khalifah Ali Radhiyallahu ‘anhu. Dan Khalifah memberinya pokok-pokok yang denganya dibuatlah ilmu ini (nahwu).
Dan sumbangsih beliau yang lain adalah Beliaulah orang yang pertama memberi titik pada Mushaf, sehingga kita bisa membaca firman Allah dengan mudah. Coba bayangkan bagaimana kita bisa tahu beda huruf د (dal) dan ذ (dza), juga huruf ر (ro`) dan huruf ز (za) dan sebagainya.
Mengapa disebut Ilmu Nahwu?
Kira-kira apa sih sebabnya ilmu ini disebut dengan ilmu Nahwu. Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah berkata,” Ali Radhiyallahu ‘anhu telah memerintahkannya (Abul Aswad Ad-Diyliy) menyusun sesuatu yang berhubungan dengan nahwu ketika beliau mendengar al-Lahn (kesa lahan pengucapan dalam berkata yang bisa merusak makna, dalam hal ini kesalahan dalam membaca harokat akhir suatu kata dalam kalimat).
Maka ketika selesai menyusunnya. Abul Aswad memperlihatkannya kepada Khalifah Ali Radhiyallahu ‘anhu.
Kemudian Khalifah berkata kepadanya,” مَا أَحْسَنَ هَذَا النَّحْوَ الَّذِي نَحَوْتَ!”
(Sungguh Bagus Contoh (Nahwu) yang kau Contohkan (karena diantara makna nahwu adalah mitslu yaitu contoh atau seperti). Maka nama ilmu yang beliau susun dinamakan sesuai dengan respon Khalifah terhadapnya.”
Riwayat ilmu Nahwu
Sepertihalnya ilmu yang lain, ilmu Nahwu pun memiliki riwayat diantaranya Silsilah ilmu Nahwu. Dari Khalifah Ali ke Abul Aswad Ad-Diyliy, lalu dari Abul Aswad ke ‘Anbasah al-Fiil, dari ‘Anbasah ke Maimun al-Aqron, dari Maimun ke Abdullah bin Ishaq Al-Hadhromiy, dari Abdullah ke ‘Isa bin ‘Umar, dari ‘Umar ke Al-Kholil bin Ahmad, dari Al-Kholil ke Siybawaih yang terkenal itu pengarang Al-Kitab, dari Siybawaih ke Sa’id Al-Akhfasy (Al-Awsath).
Wafatnya
Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, begitu juga tokoh kita yangn satu ini. Beliau wafat disebabkan penyakit thoun al-Jarifah pada tahun 69H. Ketika itu usia beliau sekitar 85 tahun. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada beliau.
Oleh: Muhammad Syarifudin (Pengajar di Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Sumber Bacaan: Syiar A’lam An-Nubala karya Imam Adz- Dzahabiy.
Leave a Reply