DOA DAN TAWAKAL ADALAH KUNCI PERTOLONGAN ALLAH
Doa adalah senjata terbaik setiap muslim dalam memperbaiki urusan dan pintu kebaikan untuk meraih ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Di antara para ulama ada yang mengatakan: “Doa adalah kunci pembuka kebaikan. Barangsiapa yang mendapatkan taufik untuk mendapatkan kunci ini, maka dia akan mendapatkan taufik untuk memperoleh kebaikan.Barangsiapa yang tercegah dari pintu ini, dia tercegah dari kebaikan.”
Allah Ta’ala memerintahkan segenap hamba-Nya untuk memperbanyak doa dan permohonan kepada Allah Ta’ala. Sering berdoa kepada Allah merupakan indikasi betapa ia hamba yang sangat butuh pertolongan dari-Nya. Orang yang selalu berdoa, dia hakikatnya memperbanyak ibadah kepada-Nya, dan juga seorang insan yang begitu mencintai Dzat Yang Maha Mengabulkan doa.
Orang beriman akan selalu butuh kepada Allah Ta’ala. la merasa dirinya tak memiliki kekuatan tanpa bersandar serta bertawakal kepada Dzat Yang Maha Perkasa dan Bijaksana. Selayaknya, seorang mukmin tidak memiliki sifat sombong dengan meremehkan pentingnya sebuah doa.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُم إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Doa adalah sarana yang senantiasa dibutuhkan dalam segala keadaan dan suasana, tatkala bahagia dia harus bersyukur dengan banyak memuji kepada Allah Ta’ala dan berdoa agar tidak menjadi hamba yang kufur nikmat. Dalam keadaan berduka seorang hamba harus mohon kekuatan dan keteguhan hati agar Allah Ta’ala menjadikannya kuat dan tegar. Begitulah doa, dengan izin Allah Ta’ala akan selalu memotivasi kita untuk optimis menjalani kehidupan, membuat semangat menatap masa depan dan menjauhkan dir dari berbagai bisikan-bisikan setan yang melemahkan iman.
Betapa dahsyatnya kekuatan sebuah doa. Banyak kesusahan diangkat, penyakit disembuhkan, kesuksesan diraih, dan berbagai prahara kehidupan dapat diselesaikan dengan doa dan pertolongan Allah Ta’ala. Sesuatu yang sepertinya mustahil terjadi bisa menjadi kenyataan indah karena kekuatan sebuah doa yang diucapkan dengan ikhlas kepada Allah Ta’ala, dengan kesabaran disertai keimanan yang mantap hanya fokus pada pertolongan Allah Ta’ala.
Jangan berputus asa ketika doa belum dikabulkan, yakinlah Allah Ta’ala akan mencintai orang yang banyak bermunajat kepada-Nya. Bisa jadi doa anda dikabulkan dalam bentuk lain atau dikabulkan di akhirat. Yang pasti, Allah Maha Mendengarkan lagi Mengabulkan doa. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمُ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعْجَلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يُدَخِّرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا
Artinya: “Tidaklah seorang muslim yang memanjatkan doa kepada Allah 32 selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim, kecuali ,akan memberikannya tiga hal; (1) Doanya cepat dikabulkan Allah (2) Allah Akan menjadikan doanya sebagai simpanan di hari kiamat kelak, (3) Allah 3. akan menjauhkannya dari keburukan yang sepadan.” (HR. Ahmad, no. 11149)
Jika seorang muslim telah berusaha sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan dalam melaksanakan tugas, maka tidak ada kewajiban mendapatkan hasil yang paling baik dan paling sempurna di mata manusia. Di sinilah kita harus yakini bahwa ketetapan hasil itu datangnya dari Allah J. Tugas kita hanyalah berusaha dan selanjutnya berdoa diiringi rasa tawakal yang benar. Karena di balik rasa tawakal kita akan datang pertolongan Allah aja yang harus kita yakini. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
لَوْنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكَّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَعْدُ خِمَاصًا وَتَرُحُ بِطَانًا
Artinya: “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR.Tirmidzi, hasan shahih)
Pupuk rasa yakin bahwa tidak ada kekuatan yang dapat mengalahkan doa seseorang yang benar-benar berharap dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, hingga Allah berkenan mengubah ketentuan-Nya.
لَا يَرُدُّ القَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ
Artinya: “Tidak ada yang dapat menolak ketentuan Allah kecuali doa.”(HR. Tirmidzi, 2139)
- Jangan mulai aktivitas sebelum berdoa
Aktivitas yang kita lakukan seringkali mendapatkan kendala hanya karena masalah sepele, yaitu kita merasa terlalu optimis dan lupa bahwa hanya Allah jaya lah yang mampu membuat semuanya menjadi mudah. Rasullullah mengajarkan kita sebuah doa yang begitu indah maknanya dan hendaknya selalu kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk saat kita akan menjalankan tugas sebagai seorang pendidik dan pengasuh.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu beliau berkata, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحُزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا
Artinya: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.” (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah. (Lihat Jaami’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)
Doa yang dipanjatkan oleh Nabi Musap. Doa ini terdapat pada firman Allah Ta’ala,
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِى ويسّر لِي أَمْرِى وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِسَانِي يفقهوا قولي .
Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thaha: 25-28)
Terkadang kegagalan bukan karena seseorang tidak pandai melakukan suatu – pekerjaan, namun seringkali keberkahan itu pergi karena lupa berdoa sebelum melakukannya.
- Doa pendidik dan pengasuh untuk santrinya
Perubahan sikap dan perilaku pada santri tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran atau yang lebih sederhana lagi hanya sekadar pengajaran. Karena ini sangat bergantung pula pada hidayah Allah. Kita sering menjumpai beberapa kasus santri seperti:
1) Malas-malasan kalau disuruh membaca Al-Qur’an, apalagi berharap punya kesadaran membaca Al-Qur’an secara mandiri (tanpa disuruh) maka masih terlalu jauh.
2) Sudah tahun ke 2, 3, 4, 5, 6 bahkan hingga tahun ke 12 berada di sekolah Islam dan pondok pesantren, tetap saja susah untuk shalat berjama’ah jika bukan berada di sekolah atau bahkan di pesantrenpun susah juga.
3) Tidak punya semangat sama sekali untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar. Padahal banyak hafal dalil dan tahu hukum tentang sesuatu yang terjadi di depannya.
4) Berpakaian ikut-ikutan tren yang jauh dari nilai-nilai keislaman, bahkan melanggar syar’i.
5) Sikap kepada orang tua dan guru tidak menunjukkan rasa hormat, dan tidak beradab padahal sudah duduk di bangku kelas SMA atau sederajat.
6) Dan kasus-kasus lainnya yang sangat banyak, yang dialami oleh setiap pendidik dan pengasuh.
Beberapa contoh perilaku di atas, saya yakin bukan kesalahan kurikulum dan buku ajar yang diajarkan di lembaga pendidikan, atau program yang diselenggarakan di lembaga. akan tetapi banyak faktor yang mendorong munculnya perilaku negatif santri seperti dicontohkan di atas.
Meskipun poin 1-4 semuanya terkondisikan dengan baik, belum tentu. berhindar dari perilaku negatif santri di atas. Karena setiap orang itu butuh hidayah untuk terus bisa istiqomah. Oleh karenanya peran doa dari pendidik dan pengasuh sangatlah besar agar Allah jaja berikan hidayah pada anak dan santri didik kita.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعاً أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yünus: 99-100)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk,” (QS. Al-Qashash: 56).
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
فإنما عليك البلغ وعلينا الحساب
Artinya: “Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 40)
Doa dari seorang pendidik dan pengasuh agar anak dan santrinya
mendapatkan hidayah sangatlah berperan besar jika dilakukan sesuai dengan syarat-syarat dikabulkannnya doa. Karena hanya doa yang dapat merubah taqdir Allah. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
لَا يَرُدُّ القَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ
Artinya: “Tidak ada yang dapat menolak ketentuan Allah kecuali doa.” (HR. Tirmidzi, 2139)
Perjuangan kita memberikan yang terbaik kepada anak dan santri kita tentu akan tetap menjadi pahala dan jangan pernah berpikir itu semua sia-sia lantaran anak dan santri kita tidak menjadi baik perilakunya. Terus berdoa dengan doa berikut ini.
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلَ الهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُولُ: ((اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرِتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍ))
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah, mengucapkan “Artinya: Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi pegangan urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku; serta jadikanlah kehidupanku mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan kematianku sebagai kebebasanku dari segala keburukan.” (HR. Muslim, no. 2720)
- Tawakal dan sabar adalah teman kesejukan setelah ikhtiar Rasa tawakal adalah rem cakram yang sangat kita butuhkan dalam menjalani pekerjaan apapun. Karena kita sadar, sehebat apapun usaha yang kita lakukan tetaplah Allah yang menentukan hasil. Maka jika ada ungkapan “usaha tidak akan menghianati hasil ini adalah ungkapan yang tidak sepenuhnya benar. Karena kita sangat lemah dan sangat bergantung dengan ketetapan Allah. Namun demikian tidak boleh bagi kita untuk pasrah dengan keadaan karena Allah juga memerintahkan untuk terus berusaha:
لَوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكَّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَعْدُ خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Artinya: “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)
Filosofi burung pada hadits di atas, nampaknya dapat dijadikan landasan dalam berusaha. Seekor burung yang tidak dibekali akal saja ketika berusaha mencari makan berangkat pagi dan pulang sore sudah dalam keadaan kenyang karena kasih sayang Allah ja dan karena tawakalnya burung tersebut. Setelah berikhtiar sekuat tenaga dan seandainya belum mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, maka harus sabar dan itulah yang akan membuat setiap pendidik dan pengasuh menjadi tenang dan tidak mudah menyalahkan siapapun.
Jangan karena merasa sudah sangat berpengalaman dan berpendidikan tinggi, seorang pendidik dan pengasuh berpikir bahwa dirinya mampu membuat sestem terbaik dan pasti berhasil. Sehingga sulit menerima masukan dari rekan sesama tim yang juga terlibat dalam proses mendidik dan mengasuh, meski tidak secara langsung berposisi sebagai guru ataupun pengasuh. Sebaliknya jangan berpikir terlalu pesimistis karena melihat SDM yang masih muda-muda dan kurang berpengalaman serta tidak berpendidikan tinggi. Karena sejatinya yang menentuka keberhasilan mendidik dan mengasuh itu bukan sekadar memiliki kecerdasan, tapi keyakinan kepada Allah Jaya, Dzat Yang Maha Mampu membolak-balikkan hati manusia dan memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi keperluannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Pada ayat ini Allah berjanji kepada siapa saja yang bertawak dengan tawakal yang benar maka Allah akan cukupkan baginya keperluannya. Asy-Syaukani Rahimahullah menjelaskan, “Barangsiapa menyerahkan urusannya pada Allah, maka Allah akan berikan kecukupan pada urusannya.”
Al Qurthubi Rahimahullah menjelaskan pula tentang surat Ath-Thalaq ayat 3 dengan mengatakan, “Barangsiapa yang menyandarkan dirinya pada Allah, maka Allah akan beri kecukupan pada urusannya.”
Allah mengajarkan tentang tawakal ini melalui firman-Nya yang diungkapkan oleh Nabi Syu’aib: “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hüd: 88)
Nabi juga telah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang hendaknya kita amalkan setiap hari pada dzikir pagi dan petang dengan doa berikut:
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْتُ، أَصْلِحْ لِي شَأْتِي كُلَّهُ ولَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنعَيْن
Artinya: “Wahai Rabb Yang Maha hidup, Wahai Rabb Yang Maha berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan (urusanku) kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. An-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 575).
REFERENSI:
Diringkas oleh : Asandri Abu Rufaidah pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel
Judul : Doa dan Tawakkal adalah Kunci Pertolongan Allah
Judul Buku : Enam Bekal Bagi Pendidik dan Pengasuh
Cetakan pertama : Rajab 1444 H/Februari 2023 M
Penulis : Wahab Rajasam, M.Pd
Penerbit : PUSTAKA KHAZANAH FAWA’ID
Baca juga artikel:
Boleh Nggak Santri Belajar Seni?
Leave a Reply