
Teguh Ketika Fitnah Menerpa – Fitnah dan tragedI yang berat akan menunjukkan jati diri manusia yang diuji dengan hal itu, dan bisa membedakan antara orang yang baik dan beriman dengan orang yang jelek dari yang terpuji dengan yang tercela, itulah hikmah yang terkandug didalam ujian tersebut.
وَلَنَبلُونَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعلَمَ ٱلمُجَـٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّـٰبِرِينَ وَنَبلُوَاْ أَخبَارَكُمۡ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan [baik buruknya] hal ihwalmu. (QS. Muhammad/47: 31)
Kehidupan ini seluruhnya adalah cobaan dan ujian buat kita, ujian yang diberikan setiap insan berbeda-beda menurut kemampuannya. Kerugian yang nyata adalah kerugian yang didapat di dunia dan di akhIrat, oarng-orang yang mengalaminya adalah mereka yang beribadah kepada Allah tidak penuh dengan keyakinan, apabila ia memperoleh kebaikan dia tetap tena ng namun apabila ditimpa bencana ia berbalik ke belakang.
Orang-orang yang mendapatkan keuntungan yaitu orang-orang yang beribadah dengan penuh keyakinan kepada Allah dengan ilmu, petunjuk, iman, dan akidah yang benar. Orang seperti ini apabila dia ditimpa fitnah dan bencana, Ia bersabar sehingga itu menjadi amal kebaikan, dan apabila dikaruniai kebaikan dia bersyukur atas nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya. Allah berfirman:
وَاٌلْعَقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al-‘Araf /7 : 128)
Sesungguhnya iman dan akidah yang benar mempunyai pengaruh yang kuat dan memiliki peran yang penting dalam menakhlukkan pengaruh buruk dari tragedi, musibah, ujian, kejadian dan fitnah. Karena orang yang memiliki iman dan akidah yang benar telah belajar dari agamanya beberapa hal penting dan berharga yang bisa membantunya menjadi tegar dan teguh dalam setiap keadaan.
Diantara hal –hal yang penting dan pelajaran berharga tersebut ialah sebagai berikut :
- Ia mengetahui dan meyakini dengan penuh keyakinan tanpan ada keraguan sedikit pun. bahwa pencipta alam semesta ini ada yang mengatur semuanya adalah Allah tiada sekutu baginya. Hanya Allah semata yang mengurusnya; tidak ada yang terjadi di alam inikecuali atas kehendak Allah. Semua perkara hanya ada di tangan Allah; Semua kuncu (perbendaharaan ) di langit dan bumi adalah milik-Nya, apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi,yang tidak di kehendaki tidak akan terjadi. Milik Allah langit dan bumi beserta apa yang ada di dalamnya, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
- Allah telah memberi jaminan akn menolong orang-orang yang beriman dan menjaga orang yang berpegang dengan agama-Nya. Janji Allah itu pasti benar.
وَلَيَنْصُرَنَّ اٌللَّهُ مَن يَنْصُرُهُ قل إِنَّ اٌللَّهَ لَقَويُ عَزِيْزٌ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat Lagi Maha Perkasa. (QS Al-Hajj / 22: 40)
- Sesungguhnya Allah telah berjanji akan membiarkan (tidak menolong) orang kafir, akan menghancurkan mereka, melemahkan mereka, dan memutus pengikut mereka. Allah menjadikan mereka sebagai pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
وَمِنَ ٱلأَعرَابِ مَن يَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ مَغرَمًا وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ ٱلدَّوَآئِرَۚ عَلَيهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ۬
Di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya [di jalan Allah] sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah/9: 98)
Bukti dari janji itu sangat banyak ditemukan dalam lembaran sejarah. Allah sengaja menunda adzab bagi orang-orang yang zhalim tetapi tidak membiarkan mereka lepas dari siksa jika tiba saatnya, Allah akan menyiksa mereka secara tiba-tiba seperti kisah dari para nabi dan Rasul contohnya terjadi pada kaum luth, kaum madyan dan lain- lain.
- Orang-orang yang beriman mengetahui bahwa seseorang tidak akan meninggal dunia sehingga sampai ajalnya dan rizkinya sudah diberikan semuanya. Manusia akan meninggal tepat pada waktu yang telah digariskan tidak bisa maju maupun mundur.
قُل لَّآ أَملِكُ لِنَفسِى ضَرًّ۬ا وَلَا نَفعًا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌۚ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَستَـأخِرُونَ سَاعَةً۬ۖ وَلَا يَستَقدِمُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak [pula] kemanfa’atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.” Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak [pula] mendahulukan [nya]. (QS Yunus /11: 49).
- Orang yang beriman dengan keteguahan dan kekuatan keyakinannya, ia tidak akan goyah oleh berita dusta dan propaganda-propaganda orang-orang kafir. Ketika mereka ditakut-takuti dengan sesuatu selain siksa dan murka Allah, maka keimanan, keyakinan, dan tawwakal mereka kepada Allah akan semakin bertambah sebagaimana para sahabat Rosulullah.
Allah berfirman yang artinya:
(yaitu)orang-orang (yang mentaati Allah dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan : “Sesungguhnya menusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itutakutlah kepada mereka”,Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ”Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung ”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa – apa, mereka mengikuti keridhaanAllah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS Ali Imran / 3: 173- 174).
- Orang-orang yang memiliki iman yang benar tidak akan bersandar dan tidak akan menyerahkan semua urusannya kecuali kepada Allah, tidak akan bertawwakal kecuali kepadanya, serta tidak meminta pertolongan kecuali hanya kepada-Nya.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اٌللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barang siapa bertawakal kepada Allah niscahya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS Ath-Thalaq/65:3)
- Orang yang beriman tahu bahwa tawakal sebenarnya tidak sempurna kecuali dengan dua hal :
- Menyandarkan hati dan pasrah kepada Allah serta merasa tenang bersandar kepada-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qoyyim, (yaitu) ketika tidak adalagi tersisa dalam hati rasa gundah akibat dari kerancuan sebab dan tidak bersandar pada sebab. Dia telah membersihkan hatinya dari ketergantungan pada sebab dan mengantikannya dengan bergantung pada yang meluluskan sebab yaitu Allah.
- Berusaha dan melaksanakan apa yang menjadi penyebab. Nabi Muhammad, pemimpin dan imam orang-orang yang bertawakal juga melakukan usaha dan tidak mengabaikan sedikitpun.
Oleh karena itu, berang siapa yang mengingkari dan menolak faktor penyebab, maka tawakalnya tidak benar. Dan barangsiapa hanya bersandar pada usahanya (faktor penyebabnya) saja, ia juga tidak termasuk orang-orang yang bertawakal.
Sebagian ahli ilmu mengatakan, “Melirik kepada usaha semata merupakan kesyirikan dalam tauhid, dan tidak menganggap sebab (usaha) sebagai sebab adalah sebentuk kekurangan pada akal dan menafikkan sebab secara keseluruhan adalah bentuk celaan kepada syariat. Sesungguhnya tawwakal dan harapan merupakan satu makna yang terbentuk dari konsekuensi tauhid,akai dan syariat ”.
- Sesungguhnya orang benar-benar yang beriman, saat berada dalam perkara yang menyakitkan dan dalam kondisi yang menyusahkan, hatinya akan sangat bersemangat menghadap Allah, dia tidak akan menyadari ketidak berdayaannya dan tunduk kepada-Nya. Mereka menghadap kepada Allah dengan berdoa, memohon, dan harapan agar kaum Muslimin dijauhkan dari fitnah dan dilepaskan dari ujian.
Mungkin juga, ujian berat yang menimpa kaum muslimin dan cobaan yang menimpanya mereka terangkat dengan sebab doa yang tulus dari seorang yang sholih yang dipanjatkan saat dia gelisah dan pada waktu yang mustajab. Hanya kepada Allah semata kita memohon agar kita dan kaum muslimin dijauhkan dari fitnah, karena dunia ini penuh dengan fitnah seperti fitnah dari hawa nafsu dan syahwat. Tiada ILAH yang berhak diibadahi dengan haq selain ALLAH semata.
WAllahu a’lam.
Sumber dari : Majalah AS SUNNAH, edisi 11/THN XVI / ROBI’UL AKHIR 1434H/MARET 2013
BACA JUGA:
Leave a Reply