
Ketulusan Cinta dalam Membela Nabi di perang Uhud – Terbunuhnya para pemuka-pemuka Quraisy dalam perang badar menyisakan dendam bagi sanak saudara mereka yang terbunuh. Anak-anak mereka yang terbunuh dan para pemimpin mereka berkata kepada Abu Sufyan,” sediakan harta ini (yang dapat diselamatkan) untuk memerangi Muhammad.”
Sekitar 3.000 (tiga ribu) orang kaum musyrikin yang berhasil dikumpulkan berangkat dan singgah di dekat Uhud, di pinggir kota Madinah.
Sedangkan pasukan Rasulullah tinggal 700 (tujuh ratus) orang, karena sekitar 300 orang mundur kembali di bawa pimpinan ‘abdul bin Ubay, tokoh munafik.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Al-baro’,ia berkata: “pada hari itu kami menghadapi kaum musyrikin. Nabi shalallahu alaihi wasallam menetapkan pasukan pemana yang mengangkat ‘Abdullah bin Jubair sebagai pemimpin mereka. Beliau berpesan: “jangan kalian bergeser dari posisi kalian. Jika kalian melihat kami menang, maka jangan sekali-kali berpindah. Dan jika kalian melihat mengungguli kami, maka janganlah kalian memantu kami. “
Ketika kami menghadapi mereka, mereka pun berlarian hingga kami menyaksikan para wanita menaiki gunung, sehingga terangkat kainnya dan terlihat betisnya dan nampa gelang-gelang kaki mereka. Orang-orang berkata:”Ghanimah, ghanimah! “Maka ‘Abdullah bin Jubair pun berkata: “Nabi shalallahu alayhi wasallam telah wanita-wanita kepadaku agar kalian tidak meninggalkan tempat kalian.” Namun mereka tidak perduli. Ketikan itu mereka mau malingkan wajah mereka (beranjak dari tempat itu), sehingga gugurlah 70 orang dari kaum muslimin.
Kemudian Abu Sufyan menuju ke tempat yang tinggi, lalu berteriak: “Apakah di antara kaum ini ada Muhammad?”
Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda (kepada para sahabat): “janganlah kalian menjawabnya.”
Abu Sufyan berteriak kembali: “Apakah di antara kaum ini ada Ibnu Abi Quhafah (yakni Abu bakar Ash-Shiddiq)?”
Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda: “janganlah kalian menjawabnya.”
Abu Sufyan berteriak lagi: “Adakah di antara kaum ini ada ‘Umar bin al-khaththab?”
Kemudian Abu Sufyan berseru: “Ternyata semuanya telah terbunuh, seandainya mereka masih hidup, pasti mereka menjawab.”
‘Umar tidak dapat menguasai dirinya, maka ia (‘Umar) menjawab: “Kamu dusta, wahai musuh Allah. Sungguh Allah pasti mengekalkan apa yang membuatmu bersedih.”
Kemudian Abu Sufyan berteriak: “Tinggilah Hubal.”
Maka Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam bersabda: “Jawablah ia!”
Para sahabat bertanya: “Apa yang harus kami katakan?”
Beliau menjawab:” Katakanlah: Allah Mahatinggi dan Mahaagung.”
Lalu Abu Sufyan berseru ,” Kami memiliki ‘Uzza, sedangkan kalian tidak.”
Maka Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda:”Jawablah ia!”
Para sahabat bertanya:” Apa yang harus kami katakan?”
Beliau menjawab: “Katakanlah: Allah Ta’ala pelindung kami, sedangkan kalian tidak memiliki pelindung.”
Abu Sufyan berkata: ‘ Hari ini adalah balasan atas hari badar. Perang itu bergilir. Kalian akan menemukan orang-orang yang di mutilasi. Aku tidak memerintahkannya, tapi hal itu tidak membuat aku sedih.”
Betapa berat ujian yang beliau shalallahu alaihi wa salam hadapi. Pertama, mundurnya sepertiga pasukan beliau di bawah hasungan gembong munafik, ‘ Abdullah bin Ubay. Kedua pasukan pemanah yang beliau wanti-wanti untuk tidak meninggalkan posisinya baik menang maupun kalah, ternyata menyalahi perintah beliau. Ketiga, beratnya peperangan hingga gigi beliau patah, wajah terluka dan kepala memar.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa di hari Uhud, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam mengalami luka di wajah, dan giginya patah, pelindung kepala beliau pun pecah. Fatimah puteri Rasulullah shalallahu alaihi wa salam membasuh darah beliau, dan Ali bin Abi Thalib menuangkan airnya dari tameng. Ketika Fathimah melihat bahwa hanya manambah derasnya aliran darah, maka ia mengambil sepotong tikar, lalu membakarnya hingga jadi debu, kemudian ia menempelkannya pada luka tersebut, maka darahpun berhenti mengalir.
Dalam shahiih al-Bukhari diriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam terluka di kepalanya sampai-sampai beliau bersabda:
“Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka?”
Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ
128. Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.”(QS.Ali ‘imran:128)
Bahkan beliau sempat di isukan telah terbunuh.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: Setelah kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud, maka syaitan mengisukan bahwa Rasulullah terbunuh untuk melemahkan mereka.
Berita bohong ini sempat menggoncang sebagian kaum muslimin, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam benar-benar telah gugur.
Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari ayahnya, bahwa seorang laki-laki dari kaum Muhajirin bertanya kepada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang bersimbah darah, Wahai fulan, apakah engkau merasa bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam telah gugur?” Maka orang-orang Anshar itu menjawab: “Seandainya Muhammad shalallahu alaihi wa salam telah gugur maka (tidak mengapa), karena beliau telah menyampaikan risalahnya. Maka berperanglah kalian untuk membela agama kalian.” Lalu turunlah firman Allah untuk memberikan keterangan dan motivasi kepada mereka:
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Artinya: 144. Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS.Ali Imran: 144)
Hadis di atas di riwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Baihaqi dalam kitab “Dalaa-ilun Nuhuwwah.
Dalam ayat berikutnya disebutkan:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ
Artinya: 145. Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. ” (QS. Ali ‘imran: 145)
Ayat ini memberikan motivasi yang luar biasa kepada kaum muslimin untuk berperang.
Oleh karena itulah dalam tafsir Ibnu Katsir diriwayatkan dari al-A’masy, dari habib bin Shuhban, ia berkata, “Seorang laki-laki dari kaum muslimin, yakni Hujr bin ‘Adi berkata, Apa yang menahan kalian menjumpai musuh dengan menyeberangi sungai ini –yakni sungai Dajlah– padahal Allah berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagian ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”(QS. Ali ‘imran:145)” Kemudian ia memacu kudanya menyeberangi sungai Dajlah. Ketika ia melakukan hal itu, maka orang-orang pun mengikutinya. Dan tatkala musuh melihat mereka, maka mereka pun berteriak (ketakutan), “Hantu…..!!!”
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pamanku, Anas bin Nashr tidak hadir pada perang badar, lalu ia berkata, ‘wahai Rasulullah aku tidak hadir di saat peperangan pertama di mana engkau memerangi kaum musyrikin. Seandainya Allah menghadirkan aku dalam memerangi kaum musyrikin, niscaya Allah akan melihat apa yang aku lakukan.”
Maka ketika terjadi perang Uhud, dan pasukan kaum muslimin terdesak, maka ia berdo’a: “Ya Allah, aku memohon maaf kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh mereka –yakni sahabat-sahabat nya (yang mundur)-, dan aku berlepas diri kepada-Mu dari apa-apa yang diperbuat oleh orang-orang musyrik.”
Kemudian ia maju dan berpapasan dengan sa’ad bin Mu’adz, maka ia berkata: “Hai sa’d bin Mu’adz, aku ingin surga, demi Rabb nya Nadhr , sesungguhnya aku mencium bau surga di balik Uhud.”
Sa’d berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, saya tidak bisa menceritakan apa yang dilakukan Anas bin Nadhr (terhadap kaum musyrikin).” Anas bin Malik berkata,” kami mendapatkan lebih dari delapan puluh luka bekas pedang, bekas tusukan tombak atau anak panah. Kami mendapatinya telah gugur, dan kaum musyrikin telah melakukan mutilasi atau mayatnya. Tidak seorang pun yang mengenalinya lagi kecuali saudara perempuannya, dengan melihat ujung jarinya.”
Begitu besar pembelaannya terhadap agama Allah dan Rasul Nya.
Imam Muslim dalam shahiih-nya meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sendirian pada perang Uhud, dalam perlindungan tujuh orang sahabat Anshar dan dua orang Quraisy. Ketika kaum musyrikin telah mengepung Nabi shalallahu alaihi wa salam, maka beliau bersabda:
مَنْ یَرُدُّهُمْ عَنَّا وَلَهُ الْجَنَّةُ اُوْ هُوَ رَفِیقِی فِی اْلجَنَّةِ
“Siapa yang akan melawan mereka untuk melindungi kami maka baginya surga.”
Atau beliau bersabda, “maka dia akan menjadi temanku di surga.”
Maka seseorang dari kaum Anshar maju, dan bertempur hingga gugur. Kemudian kaum musyrikin kembali mengepung Nabi shalallahu alaihi wa salam, maka beliau pun bersabda lagi:
مَنْ یَرُدُّهُمْ عَنَّا وَلَهُ اْلجَنَّةُ أَوْ هُوَرَفِیقِی فِی اْلجَنَّةِ
“Siapa yang akan melawan mereka untuk melindungi kami maka baginya surga.”
Atau beliau bersabda, ” maka dia akan menjadi temanku di surga.”
Maka seorang dari kaum Anshar maju, dan bertempur hingga gugur. Maka demikianlah seterusnya seperti itu hingga ketujuh sahabat Anshar itu gugur.
Begitu besar pengorbanan para sahabat Nabi shalallahu alaihi wa salam. al-Bukhari meriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam pada perang Uhud, “Bagaimana pendapat engkau jika aku gugur, maka di mana tempatku?” Maka Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menjawab, “Di surga. “Maka ia mencampakkan beberapa butir kurma yang ada di tangannya, kemudian ia bertempur hingga gugur.
REFERENSI:
Di tulis oleh: Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah
Di ringkas oleh: Muliyadi
Di ambil dari buku: kisah Haru yang Mengundang Tangis
BACA JUGA :
Leave a Reply