Rumah Tangga Satu Hati Satu Langkah (Bab I)

rumah tangga satu hati satu langkah

Rumah Tangga Satu Hati Satu Langkah (Bab I)MENUJU RUMAH TANGGA BAHAGIA

Kebahagiaan, merupakan kalimat abstrak yang perlu digali, diurai makna dan tafsirannya di alam realita. Kebahagiaan laksana mutiara yang terpendam di dasar laut, untuk menggapainya butuh kerja keras dan mencurahkan segala tenaga, pikiran, serta mengerahkan faktor-faktor pendukungnya sambil memohon bantuan dan tawakkal kepada Allah sebagaimana Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,

تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِينَةَ لَا تَجْرِي عَلَى الْيَبَسِ

Artinya: “Engkau berharap kesuksesan sementara tidak berjalan pada tempatnya. Sesungguhnya perahu tidak mungkin berlayar di daratan. “ Lihat Tafsir Ruhul Ma’ani, al-Alusy, 4/395.

Kebahagian rumah tangga sebagaimana yang telah disebutkan di atas bukan karena banyaknya harta dan tersedianya fasilitas mewah serta gaya hidup gelamor dan terpenuhinya kepuasan hubungan suami istri akan tetapi kebahagiaan rumah tangga sangat ditentukan oleh sikap tanggung jawab dan kepedulian kedua pasangan terhadap kelangsungan hidup rumah tangga mereka, adanya kemauan dan kemampuan untuk menyelesai kan berbagai macam problema rumah tangganya dengan tuntas, arif dan bijaksana, mampu menjalin komunikasi yang harmonis dan terbuka, serta bisa memadukan pandangan kom promistis dan tuntutan yang realistis sesuai dengan rambu- rambu syariat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda,

فَوَاللَّهِ لَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتُنَافِسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ.

Artinya: “Demi Allah aku tidak mengkhawatirkan kemelaratan atas kalian. Namun aku khawatir apabila dunia dilimpahkan kepada kalian, seperti yang terjadi pada umat sebelum kalian. Maka kalian akan berlomba untuk mendapatkannya, sebagaimana mereka berlomba-lomba dalam hal itu. Dan dunia itu akan merusak kalian sebagaimana merusak mereka. ” (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, no. 2988 dan Muslim, no. 2961).

Dan tidak kalah penting, dalam menggapai kebahagiaan jangan mengusik ketenangan orang lain termasuk pasangan sendiri. Karena, seringkali, bahkan tidak sedikit orang berprinsip, “Yang penting saya puas.” Padahal kepuasan ada dua macam; kepuasan yang mengacu pada hawa nafsu yang membuka pintu keburukan dan kepuasan yang berpijak pada wahyu yang mengajak kepada kebaikan. Kerap kita saksikan, suami istri sangat bersemangat untuk meraih ketentraman dan kedamaian hidup, akan tetapi saat ada masalah yang mengganggu kebahagiaan dan ketenangan dirinya, tidak jarang langkah dan cara yang ditempuh menambah penderitaan orang lain terutama pasangannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan pasangan suami istri dengan bersabda,

لَا ضَرَرَ وَلَا صِرَارَ مَنْ ضَارَّ ضَرَّهُ اللَّهُ وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللَّهَ عَلَيْهِ.

Artinya: “Tidak boleh menimbulkan bahaya dengan tidak sengaja, dan tidak boleh membalas bahaya dengan sengaja.? Siapa yang menimbulkan bahaya dengan sengaja, maka Allah akan menimpakan bahaya kepadanya dan siapa yang mencelakakan dengan sengaja, maka Allah akan menimpakan bencana atasnya.”

(Hasan: Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwatha`nya, no. 33, 2/651; Imam Daruquthni dalam Sunannya, no. 3079; Imam al-Baihaqi dalam Sunannya, 6/69; Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 2867 dan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, no. 2340 serta Imam Hakim dalam Mustadraknya, no. 2345 dan beliau mengatakan bahwa Sanad hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Imam Muslim.  Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Sunannya, 6/69).

Orang yang hanya mementingkan kenyamanan dan ketenangan dirinya tanpa memperdulikan orang lain dan merasa bahwa dirinya orang yang paling menderita, paling sengsara, yang terkurung dalam kabut duka sehingga yang dilakukan hanya mengeluh dan menyalahkan pasangannya atau orang lain. Dia lupa terhadap pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.

Artinya: “Muslim adalah di mana kaum Muslimin selamat dari tangan dan lisannya.” (Shahih: Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 41).

Di antara anggota tubuh yang paling menentukan surga dan neraka seseorang adalah tangan dan mulut, karena keduanya selalu terlibat dalam setiap ibadah dan maksiat, bah kan dalam menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan, maka jagalah keduanya agar anda meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

Harus Mau Berubah

Wahai Saudaraku, ketahuilah, ada dua faktor penentu kebahagiaan hidup, pertama dari dalam diri sendiri dan kedua ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Namun faktor penentu adalah dari diri sendiri yaitu sejauh mana anda mampu mengendalikan suasana hati untuk beradaptasi di setiap perubahan. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَا ن خيرا له

Artinya: “Sungguh mengagumkan urusan setiap orang beriman karena seluruh urusannya baik dan tidak dimiliki kecuali oleh seorang Mukmin, bila tertimpa musibah bersabar maka baiklah buatnya dan bila mendapatkan nikmat bersyukur maka baiklah buatnya. ” (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 2999).

Mustahil anda bisa bahagia dan terbebas dari rasa gundah dan gelisah, jika diri anda masih sulit menerima perubahan. Sementara kesuksesan dan nasib hidup anda sangat ditentukan oleh sikap, kemauan dan kemampuan anda untuk berubah dari kondisi yang buruk menuju ke yang lebih baik dan anda harus berkeyakinan kuat bahwa anda pasti bisa merubahnya, Allah Shallallahu Alaihi Wasallam berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan suatu kaum, hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ” (QS. Ar-Ra’du: 11)

Sungguh, merubah kebiasaan buruk bukan pekerjaan berat, anda hanya membutuhkan waktu tidak kurang dari 40 hari caranya pikirkan, petakan, diskusikan, kerjakan, biasakan dan budayakan. Dengan diiringi tindakan yang sportif, Insya Allah anda akan selalu di atas kebaikan selagi anda tetap berpikir baik dan berusaha untuk menjadi orang baik. Tidaklah terpuji orang yang bisa menghadiahkan kebaikan kepada orang lain, tetapi melupakan dirinya sendiri dan orang terdekatnya. Sementara orang yang paling berhak mendapatkan hadiah tersebut setelah dirinya adalah keluarganya. Jika tidak, maka dia laksana pohon labu yang tumbuh di tanah, namun berbuah di pohon lain. Demi Allah itu merupakan aib besar

کتَارِكَةٍ بَيْضَهَا فِي الْعَرَاءِ

وَمُلَبِّسَةٌ بَيْضَ أُخْرَى جِنَاحًا

“Laksana burung meninggalkan telur di padang pasir, namun mengerami telur burung lain.” (Lihat Kitab Dzamul Hawa, Ibru Jauzi, hal. 19).

Janganlah kalian ikuti keinginan nafsu dan dorongan syahwat, dengan mengorbankan kebahagiaan abadi, Imam Ibnul Jauzi berkata, Hendaknya orang yang berakal mengerti bahwa para pecandu syahwat akan mendapati suatu kondisi di mana dia tidak bisa menikmati kelezatannya akan tetapi sulit untuk meninggalkannya, karena telah menjadi rutinitas hidup. Para pecandu khamr dan pezina akan kehilangan kelezatan sepuluh kali lipat bagi orang yang tidak kecanduan. Hanya saja, kebiasaan telah membelenggunya untuk meneruskannya. Oleh sebab itu anda jangan terjerumus dalam kehancuran dan petaka hanya karena kebiasaan yang sulit dihindarkan. “

Jangan Bingung

Bingung! Kemana harus melangkah untuk mencari kebahagiaan? Harta melimpah, rumah mewah bagaikan istana, kekuasaan dan popularitas ada di genggamannya, tetapi kebahagiaan tidak pernah menyapanya, kegelisahan menimpa hidupnya, dan kegersangan menerpa hatinya. Namun ada sebagian orang menikmati kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan tanpa harta melimpah, tinggal di rumah sederhana, tidak memiliki kepopularitasan dan kekuasaan. Lalu di manakah sebenarnya letak kebahagiaan itu berada?

Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوَةً طَيِّبَةٌ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki mau- pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesung guhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Kebahagiaan tidak akan dirasakan sebelum mampu mencintai kemuliaan, memetik pelajaran dari musibah orang lain, mencintai apa yang dikerjakan bukan mengerjakan apa yang dicintainya. Orang yang paling bahagia adalah mereka yang mampu mengambil pelajaran terhadap masa lalunya dan menjadi cambuk masa depannya, bersikap realistis menjalani kehidupan sekarang dan optimisme menghadapi masa yang akan datang, barangsiapa yang meratapi kegagalan masa lalunya hidupnya akan dirundung kesedihan. Orang yang tidak mam pu berbuat yang terbaik untuk hari ini akan tersingkir dan terhempas dari arena kehidupan dan orang yang takut menghadapi masa yang akan datang akan dipenuhi kebimbangan dan ketakutan.

Sang Penyair berkata:

خَيْرُ الأَمْرِ مَا اسْتَقْبَلْتَ مِنْهُ وَلَيْسَ بِأَنْ تَتَبَّعَهُ اتَّبَاعًا

Sebaik-baik urusan adalah suatu yang sedang kamu menghadapinya. Bukan hanya mengikuti lamunan masa lalu (yang tidak ada manfaatnya)

Ali bin Abu Thalib berkata, “Sungguh dunia semakin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya masing-masing mempunyai anak turunan. Dan jadilah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan besok hanya ada hisab sementara tidak ada kesempatan beramal.”

Tidak pernah dianggap baik dalam sikap berlebihan dan tidak dianggap berlebihan dalam setiap kebaikan. Bersambung…..

REFERENSI:

Diringkas oleh : Anggi Abu Rayyan pegawai Ponpes DQH

REFERENSI : ONE HEART RUMAH TANGGA SATU HATI SATU LANGKAH merajut ada meraih mimpi dalam bimbingan syari’ah karya ustadz : ZAINAL ABIDIN BIN SYAMSUDIN Pustaka imam bonjol

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.