Apa Itu Ilmu?

apa itu ilmu

Apa Itu Ilmu? – Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar,kecuali dengan belajar islam yang benar berdasarkan Alqur’an dan As Sunnah menurut pemahaman Salafus Salih.

Agama islam adalah agama ilmu dan amal ,karena Nabi Muhammad diutus dengan membawa ilmu dan amal salih.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS.Attaubah: 33)

Yang dimaksud dengan Alhudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat ,dan yang dimaksud dengan diinulhaq (agama yang benar) adalah amal salih.

Secara Bahasa Al-‘Ilmu adalah lawan dari kata Al-Jahlu (kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.

Adapun secara istilah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari Al Jahlu(kebodohan).  Menurut ulama lain nya,ilmu adalah sesuatu yang sudah jelas,sehingga tidak pelu diberikan definisi lagi.

Adapun ilmu yang kita maksud adalah Ilmu Syar’i , yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’aala kepada Rasul Nya berupa keterangan yang nyata dan petunjuk.

Maka ,Ilmu yang didalam nya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu,yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah” )HR. Ahmad IV/92,95,96).

Imam Al Auza’i Rahimahullah mengatakan : “ilmu adalah apa yang berasal dari para sahabat Nabi ﷺ ,adapun yang datang bukan dari seorang dari mereka ,maka itu bukanlah ilmu”  (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi {1/618, no. 1067} ).

Asy Syaikh Muhammad bin Salih Al- ‘Utsaimin Rahimahullah mengatakan ,”ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya “.

Tingkatan ilmu pada seseorang ada enam tingkatan :

Pertama : Al-‘Ilmu yakni mengetahui sesuatu bdengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.

Kedua : Al-Jahlul Basith yakni tidak mengetahui sesuatu sama sekali.

Ketiga : Al Jahlul Murakkab (kebodohan yang berlipat),yakni mengetahui sesutu tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Disebut murakkab (berlipat),karna pada orang terebut ada dua kebodohan sekaligus, yaitu bodoh karena tidak mengetahui perihal sebenarnya dan bodoh karna beranggapan bahwa dirinya tahu padahal sebenarnya dia tidak tahu.

Keempat : Al-Wahm : yakni mengetahui sesuatu dengan kemungkinan salah lebih besar daripada benarnya. Yaitu kemungkinan benarnya 30% dan kemungkinan salahnya 70%.

Kelima : Asy Syakk : yakni mengetahui sesuatu yang kemungkinan benar atau salahnya sama. Kemungkinan benar dan salahnya sama -sama 50% .

Keenam : Azh-Zhann yakni mengetahui sesuatu yang kemungkinan benarnya lebih besar daripada salahnya .Yaitu kemungkinan benarnya 70% dan kemungkinan salah nya 30%.

Dan Ilmu itu terbagi menjadi dua yaitu Dharuri dan Nazhari. Dharuri yaitu pengetahuan yang dapat diperoleh secara lansung  tanpa memerlukan penelitian atau dalil , seperti pengetahuan bahwa api itu panas. Nazhari yaitu pengetahuan yang hanya bisa diperoleh dengan cara melakukan penelitian dan dalil ,misalnya pengetahuan tentang wajibnya niat dalam berwudhu.

Adapun jika dilihat dari sudut pembebanan (kewajiban) nya seorang kepada seorang Muslim ,maka Ilmu Syar’i ini terbagi menjadi dua :

Pertama : ‘Ilmu ‘Aini  yaitu ilmu yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap muslim dan muslimah , contoh nya ilmu tentang iman,thaharah (bersuci), shalat,puasa,zakat  dan segala hal apa yang telah diketahui dengan pasti dalam agama dari berbagai perintah dan laranagan.

Kedua : ‘Ilmu kifa-i yakni ilmu yang tidak wajib atas setiap muslim untuk mengetahui dan mempelajarinya. Apabila sebagian dari mereka telah mengetahui dan mempelajarinya ,maka gugurlah kewajiban atas yang lain nya.Namun ,Apabila tidak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui dan mempelajarinya  padahal mereka mereka sangat membutuhkan ilmu tersebut,maka berdosalah mereka semuanya. Contohnya adalah menghafal Al Qur’an ,Ilmu Qiraat ,Ilmu Waris,Ilmu Hadits,menetahui halal dan haram  dan yang sejenisnya. Jenis ilmu ini tidak wajib dipelajari oleh setiap individu Muslim dan Muslimah ,tetapi cukup dilakukan sebagian mereka. (Thaariiq ilal ‘Ilmi As Subulun Naaji’ah li Thalabil ‘Uluumin Naafi’ah hlm:18-19), Karya ‘Amr bin ‘Abdul Mun;im Salim).

Pengertian Ilmu yang Bermanfaat

Di dalam Alqur’an terkadang Allah Azza Wa Jalla menyebutkan ilmu pada kedudukan yang terpuji,yaitu ilmu yang bermanfaat ,dan terkadang Allah menyebutkan ilmu pada kedudukan yang tercela ,yaitu ilmu yang tidak beemanfaat.

Adapun yang bermanfaat , Seperti firman Allah Subhaanahu Wa Ta”aala,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS.Azzumar : 9)

Dan Juga Firman Allah Azza wa Jalla ,

شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana(QS.Ali Imran:18).

Demikian juga Firman Allah Azza wa Jalla tentang kisah Adam ‘Alaihissalam yang didapatkan dari Allah tentang nama nama segala sesuatu,dan memberitahukan nya kepada Malaikat.

Para Malaikat pun berkata :

قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami  sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS.Albaqarah : 32).

Dan Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidhir’Alahmassalam, Nabi Musa ‘Alaihissalam berkata kepadanya :

قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS.AlKahfi:66)

Ayat diatas semua adalah menjelaskan tentang ilmu yang bermanfaat.

Dan terkadang Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengabarkan keadaan suatu kaum yang diberikan ilmu,namun ilmu yang ada pada mereka tidak memberikan manfaat kepada mereka. Ini adalah ilmu yang bermanfaat pada hakikatnya ,namun pemiliknya tidak mengambil manfaat dari ilmu nya tersebut.

Allah berfirman :

مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا بِئْسَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.(QS.Al Jumu’ah:5

Adapun ilmu yang Allah sebutkan pada kedudukan tercela yaitu seperti ilmu sihir seperti firman Allah Azza wa Jalla ,

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُون

Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS.Albaqarah:102) .

Dan juga firman Allah Azza wa Jalla,

يَعْلَمُونَ ظَٰهِرًا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ ٱلْءَاخِرَةِ هُمْ غَٰفِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia,sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Arrum : 7)

Karena itulah As Sunnah membagi ilmu menjadiilmu yang bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat,juga menganjurkan kepada kita untuk berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat dan memohon kepada Allah ilmu yang brmanfaat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan, Ilmu ilmu adalah apa yang dibangun diatas dalil  dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah. (Majmuu’ Al Fatawa VI/388,XIII/136).

Setiap laki laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Alqur’an dan As Sunnah, karena dengan ilmu yang dipelajari ia akan dapat mengerjakan amal amal salih yang dengan itu akan mengantarkan mereka ke Syurga Allah.

Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor dan yang lain nya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu yang berkaitan dengan M’amalah mereka dengan Rabb nya , baik tentang Tauhid, Rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab dan mu’amalah dengan makhluk.

Allahu Ta’aala A’lam Bisshowab

REFERENSI:

Diringkas dari kitab Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga karya Ustadz Yazid bin Abdil Qadir Jawas

Oleh Husein Adek Putra

Selasa , 08 September 2020

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.