Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

10 Kaidah Penyucian Jiwa (Bagian 2)

10 kaidah penyucian jiwa - 02

10 Kaidah Penyucian Jiwa – Segala puji bagi Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi yang paling mulia, penutup rasul, teladan dan penyejuk mata kita, yaitu Nabi Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarga dan sahabat beliau seluruhnya, serta semua orang berjalan di atas petunjuk beliau sampai hari kiamat nanti.

Dan pada pembahasan kali ini kita masih berkaitan dengan pembahasan yang kemarin yaitu tentang 10 kaidah penyucian hati. Sekarang kita masuk pada kaidah yang baru yaitu:

 

Kaidah Kedua: Doa adalah kunci penyucian jiwa

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ليس شيء أكرم على الله تعالى من الدعاء

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi Allah dibandingkan do’a.” (HR.Tirmidzi, no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, dinilai shahih oleh AL-Albani dalam Shahiihul jaami’, no.5392)

Do’a merupakan salah satu ibadah yang paling utama disisi Allah Ta’ala, karena didalamnya terkandung sikap menampakkan kelemahan, kefakiran, perendahan diri, hati yang luluh dan pengakuan terhadap kekuatan, kekuasaan, kekayaan dan kemampuannya mengayakan serta kebesarannya. Bahkan bagi musuh-musuhnya (orang musyrik dan kafir), do’a adalah solusi atas keputusannya mereka, apalagi bagi para kekasih dan walinya yang mulia.(Mirqaatul Mafaatih Syarh Misykatul Mashaabih, 4:1527).

Do’a memiliki pengaruh besar dalam membuka pintu-pintu kabaikan. sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah Ta’ala ketika berwasiat kepada Abdul Qasim Al-Maghribi:

الدعاء مفتاح كل خير

Artinya: “Do’a adalah kunci semua kebaikan.” (Majmuu’ AL-Fataawa, 10:661)

Semua kebaikan yang engkau harapkan dan inginkan, baik berupa kebaikan didunia dan diakhirat, maka mintalah kepada Allah Ta’ala, bersandarlah kepadanya dalam meraih dan mewujudkannya.

Allah Ta’ala telah berjanji akan mengabulkan do’a orang-orang yang berdo’a dan menyandarkan diri kepadanya. Allah Ta’ala berfirman:

وقال ربكم ادعوني أستجب لكم

Artinya: “Dan Rabb kalian berfirman, “Berdo’alah kepadaku, niscaya akan aku kabulkan.” (QS. Ghafir (40): 60)

Amirul mukminin ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata :

إني لااحمل هم الإجابة ولكن هم الدعاء فإذا الهمت الدعاء فإن الإجابة معه

Artinya: “Sungguh aku tidak mementingkan tentang kapan suatu do’a dikabulkan, justru yang terpenting bagiku adalah bagaimana aku dapat memanjatkan do’a. Apabila aku diberi ilham (taufiq) agar bisa bedo’a maka sungguh pengabulan do’a akan menyertainya.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no.3829 dan dinilai hasan oleh AL-Albani dalam AT-Targhib, 2: 270).

Diriwayatkan dari mutharrif bin Asy-Syikhir, beliau berkata:”Aku merenungkan apakah pokok segala kebakan, ternyata kebaikan itu banyak. kebaikan itu mencakup shalat dan puasa, yang urusannya berada ditangan Allah ‘Azza wa jalla. Apabila ternyata engkau tidak melakukan hal yang berada ditangan Allah, kecuali setelah memohon kepadanya, sehingga dia memeberikannya kepadamu, maka hal itu adalah dosa.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az-Zuhd no. 1344)

Dalam bab “At-Tazkiyah”, telah valid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berkata dalam do’anya:

اللهم آت نفسي تقواها وزكها انت خير من زكاها انت وليها ومولاها

Artinya: “Ya Allah, berikanlah diriku ketakwaan, sucikanlah, karena engkau adalah sebaik-baik dzat yang mensucikannya, engkaulah yang menguasai dan menjaganya. (HR. Muslim no. 2722)

Dalam do’a ini terdapat isyarat dan peringatan bahwa penyucian jiwa itu ada ditangan Allah, Dzat yang maha mengetahui yang ghaib. Sedangkan kunci pembukanya yang agung adalah do’a dan merasa butuh dihadapan Allah Ta’ala.

oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seringkali berdo’a:

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu.” (HR.Tirmidzi no.2140, shahih)

Ketika hamba memfokukan hati, jujur dengan kebutuhan dan kekurangannya, kuat rasa harapannya, tidak tergesa-gesa ingin dikabulkan dan mencari waktu-waktu berdo’a yang utama, niscaya mustahil do’anya ditolak.Faktor terbesar yang dapat membantu kita untuk bero’a adalah menyadari bahwa kesucian jiwa kita terletak ditangan Allah Ta’ala. Allah-lah Dzat yang membersihkan jiwa siapa saja yang dia kehendaki. Semua urusan adalah milik Allah Ta’ala dan berada dibawah kehendak-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

بل الله يزكي من يشاء

Artinya: “Sebenarnya Allah membersihkan siapa saja yang dikehendakinya.” (QS. An-Nisa :49)

Allah Ta’ala juga berfirman: “Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nur: 21)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata tentang firman Allah Ta’ala, “niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih” (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu):

ما اهتدى منكم من الخلائق لشيء من الخير ينفع به نفسه ولم يتق شيئا من الشر يدفعه عن نفسه

Terjemahannya: “Tidak ada seorang pun makhluk pun yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan tidak pula menjauhi sesuatu berupa kejelekan yang dia cegah dari dirinya sendiri.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya, 17: 222)

Artinya, itu semua adalah semata-mata karunia dari Allah Ta’ala.

AL-Barra’ radhiyallahu ‘anhu berkata: “ketika perang ahzab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam turut bersama-sama dengan kami mengangkat tanah. sehingga perut putih beliau menjadi kotor karena tanah. Beliau pun bersenandung, “Ya Allah, sekiranya bukan karena engkau, tidaklah kami mendapatkan petunjuk, tidaklah kami bersedekah, da tidaklah kami mendirikan shalat.”(HR. Bukhari no.4104 dan Musim no.1803)

Hidayah, iman, dan kebaikan, semuanya ada ditangan Allah Ta’ala semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan hal ini dijiwa para sahabat dan menekannya berulang-ulang. Diantara pembuka khutbah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له

Artinya: “Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberikan hidayah kepadanya.”(HR.Muslim no.868 dari riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Abu Dawud no. 1097, Tirmidzi no.1105, An-Nasa’i no. 3277, Ibnu Majah no. 1897, semuanya dari riwayat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

Hal ini adalah pintu terbesar yang mesti dilalui dalam penyucian jiwa. Barang siapa yang mengetahui bahwa kebaikan, kesucian dan keistiqomahan jiwanya berada ditangan Allah Ta’ala dia akan bersandar kepada-Nya. Dia akan mengadap dan memintanya dengan berdo’a dalam kondisi sangat-sangat berharap untuk meraih kesucian, keselamatan, dan keberuntungan jiwanya didunia dan di akhirat.

 

Kaidah Ketiga : AL-Qur’an AL-Karim adalah sumber mata air penyucian jiwa

Allah Ta’ala berfirman :

لقد منَ الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من انفسهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلّمهم الكتاب والحكمة

Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah.” (QS. Ali ‘Imran: 164)

AL-Qur’an adalah sarana terbesar untuk menyucikan jiwa. AL-Qur’an adalah kitab penyucian jiwa yang menjadi sumber dan mata air penyucian jiwa. Barang siapa yang menginginkan kesucian jiwa, hendaklah mencarinya dalam AL-Qur’an .

Ibnu ‘Abbas radhiyallahuanhu ‘anhuma berkata: “Allah menjamin bagi orang yang mengikuti ajaran AL-Qur’an bahwa dia tidak akan celaka di akhirat.” Kemudian Ibnu ‘Abbas membacakan ayat (yang artinya), “lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS.Thaha:123)”(HR.Ibnu Abi Syaihah dalam AL-Mushannaf no.35926)

Allah Ta’ala berfirman:

يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk sera rahmatbbagi orang-orang yang beriman .” (QS. Yunus: 57)

Ibnu Qayyim rahimahullah Ta’ala berkata: “Al-Qur’an adalah obat yang paling sempurna untuk seluruh penyakit hati dan jasmani, serta untuk penyakit dunia dan akhirat.” (Zaadul Ma’aad, 4: 119)

Allah Ta’ala berfirman:”Orang-orang yang telah kami berikan Al-Kitab kepadanya , mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.” (QS. Al-Baqarah: 121)

Yang di maksud dengan “bacaan yang sebenarnya “ adalah dengan membaca,menghafal, memahami, merenungkan dan mengamalkannya, sebagaimana penjelasan (tafsir) dari pada sahabat dan tabi’in.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata “Dulu orang-orang diantara kami jika mempelajari sepuluh ayat ( keayat Al-Qur’an), tidak akan berpindah (ayat yang lainnya ) sampai dia memahami makna dan mengamalkannya.”( Diriwayatkannya oleh Imam Ahmad dalam AL-Musnad no. 23482)

Jika Allah Ta’ala memuliakan hambanya dengan (memberikan taufik agar dapat) membaca, merenungkan makna, dan memaksa jiwa dalam mengmalkan Al-Qur’an, niscaya dia akan meraih kesucian jiwanya.

Bersambung ….

 

REFERENSI:

Diringkas oleh : Dian Wahyuni (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

Sumber : dari E-book 10 kaidah penyucian jiwa, yang ditulis oleh Prof.Dr.Abdurrazzaq al-Badr yang diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Saifudin Hakim,M.Sc.

 

BACA JUGA :

 

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.