
Sebab sebab yang Dapat Merusak Hubungan Persaudaraan Karena Allah – Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa kunci dasar dalam membina kelestarian ukhuwah adalah dengan sungguh-sungguh menaati Allah عزوجل dan semaksimal mungkin menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.
• Dosa dan Maksiat
Sebab, dosa dan maksiat dapat memisahkan dua orang mukmin yang bersaudara dan saling mencintai. Hal itu disebabkan buruknya perbuatan dosa dan maksiat. Sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
ما تواد اثنان في الله جل وعز أو في الإسلام فيقرق بينهما إلا ذنب يحدثه أحدهما
Artinya: “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah lalu keduanya terpisah, melainkan karena dosa yang dilakukan oleh salah satu dari keduanya”. (panggalan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad (II/68) dari Ibnu Umar رضي الله عنهما . diriwayatkan juga oleh al-Bukhaari dalam al-adabul Mufrad (401) dari Anas رضي الله عنه dan dishahihkan oleh al-Albaani dalam Silsilah Ahaadits Shahihah (673)
Dalam riwayat Ahmad terdapat tambahan:
والمحدث شر والمحدث شر والمحدث شر
Artinya: “Orang yang berbuat dosa itulah yang buruk, orang yang berbuat dosa itulah yang buruk.” (HR. Ahmad (20689)
Maka, selama masing-masing dari mereka bersungguh-sungguh dalam menaati Allah عزوجل serta semaksimal mungkin menjauhi perbuatan dosa dan maksiat, nicaya persaudaraan itu akan terjaga dan terpelihara dengan izin Allah عزوجل
maka, jika hubungan merenggang, maka kedua belah pihak harus saling intropeksi diri, dosa apakah yang telah mereka lakukan ?
dan termasuk dosa yang membuat hubungan merenggang adalah bid’ah. Bid’ah akan memisahkan dua orang yang bersahabat, sebab tidak akan bisa bersatu antara sunnah dan bid’ah selama-lamanya.
• Kezhaliman
Allah عزوجل berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku haramkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan Aku haramkan kezhaliman di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi .” (HR. Muslim dari Abu Dzar al-Ghifar ضي الله عنه)
Ingatlah wahai saudaraku. Kezhaliman adalah mendung kegelapan dan musibah dalam persaudaraan. Bahkan kezhaliman adalah kegelapan yang menyelimuti kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
اتقوا الظلم فإن الظلم ظلمات يوم القيامة
Artinya: “Jauhilah kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat nanti. [Karena itu, berhentilah dari segala bentuk kezhaliman]”. (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah ضي الله عنه )
Bukankah engkau benci orang yang zhalim? Jika engkau membenci orang yang zhalim, ketahuilah bahwa semua manusia juga membencinya. Maka janganlah engkau menjadi orang yang dibenci dan dijauhi disebabkan kecurangan dan kezhalimanmu.
Jagalah lisanmu! Mulutmu adalah harimaumu, begitulah kata pepatah! Berapa banyak persahabatan dan persaudaraan yang rusak gara-gara kezhaliman lisan! Bayangkan saja, dua bangsa bisa saling bermusuhan bahkan saling berperang karena kejahatan lisan!
Sebab lisan ibarat senjata bermata dua. Jika tidak berhati-hati menggunakannya, niscaya ia akan menjadi petaka bagi orang lain dan juga petaka bagi diri kita. Seperti kata pepatah, memang lidah tak bertulang tapi lebih tajam dari sebilah pedang.
Bagaimana tidak, lisan yang tidak terjaga bisa menyulap perasaan cinta menjadi kebencian, persaudaraan menjadi dendam kesumat, mencerai-beraikan persatuan dan melahirkan sikap saling bermusuhan. Karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam menjaga lisan ini!
Jangan ucapkan kepada saudaramu kecuali kata-kata yang baik dan menyejukkan. Bukankah Rasulullah
صلى الله عليه وسلم telah bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أوليصمت
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata-kata baik atau diam.” (HR. al-Bukhaari dan Muslim)
Ingatlah bahwa kata-kata yang baik itu adalah sedekah yang mendatangkan pahala dan kebaikan. Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
كل كلمة طيبة صدقة
Artinya: “Setiap kata-kata yang baik itu adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhaari dalam Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh al-Albaani dalam silsilah Shahihah)
Di antara bentuk kezhaliman lisan yang bisa merusak persaudaraan adalah canda yang melewati batas! Hati-hatilah dalam bercanda, jangan bumbui canda dengan pelecehan yang mempermalukan saudara kita!
Ibnu Hibban berkata, “Bercanda ada dua macam, yang terpuji dan yang tercela:
1. Bercanda yang terpuji yaitu tidak dicampur oleh hal-hal yang dibenci Allah عزوجل , tidak mengarah kepada dosa dan tidak pula menyebabkan terputusnya silaturrahmi.
2. Bercanda yang tercela yaitu canda yang dapat membangkitkan permusuhan, menghilangkan kewibawaan, memutus tali persahabatan, membuat orang yang rendah bersikap lancang, dan dengki kepada orang yang mulia.
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bercanda, tetapi tidak berlebih-lebihan dan melangar norma-norma agama. Abu Hurairah رضي الله عنه menuturkan. “Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Anda bercanda kepada kami. Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
إنى لا أقول إلا حقا
Artinya: “Sesungguhnya yang aku katakan tidak lain adalah kebenaran.” (HR. at-Tirmidzi (1990) dan dishahihkan oleh al-Albaani dalam Silsilah Ahaadiits Shahihah)
Al-Khathib berkata, “Sejumlah ulama Salaf pernah ditanya tentang canda Rasulullah صلى الله عليه وسلم . mereka menjawab bahwa beliau adalah insan yang memiliki wibawa. Beliau membuat hati manusia merasa senang dengan candanya.
Ibnu Hibban telah menerangkan akibat buruk dari canda yang tercela, ia berkata, “Bercanda dalam rangka bukan untuk mematuhi Allah عزوجل dapat merusak kehormatan, memutus persahabatan, menimbulkan kedengkian dan menumbuhkan pengkhianatan. Dinamakan al-mizaah (canda) karena ia terpisah dari kebenaran. Berapa banyak perpecahan yang terjadi di antara dua orang bersaudara, serta pemboikotan di antara dua orang yang sebelumnya saling menyayangi yang mana pemicunya adalah bercanda.
• Su’uzhon
Kebersihan hati seorang mukmin adalah salah satu hal yang paling diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ajaran islam sangat menitikberatkan hal ini. Hati yang bersih akan memudahkan kita dalam menjalin ukhuwah islamiyah. Salah satu cara memelihara jalinan ukhuwah islamiyah dalah dengan berbaik sangka (berhusnuzan) kepada saudara sesama muslim. Sebab berbaik sangka akan membuat banyak sekali pintu kebaikan.
Karena itu, apabila seorang muslim mendengar atau melihat hal buruk tentang saudaranya, hendaknya ia menyikapinya dengan seribu kemungkinan. Namun, jika berita tersebut adalah berita yang kurang sedap, hendaknya ia mengartikannya dengan kebaikan. Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
Disebutkan dalam kisah haditsul ifki (berita bohong), yang mana Aisyah رضي الله عنها dituduh dengan tuduhan yang mencoreng kehormatannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyikapinya dengan bersabda:
فوالله ما علمت على أهلي إلا خيرا
Artinya: “Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku kecuali kebaikan.” (HR. al-Bukhaari dan Muslim)
Karena itu wahai saudaraku….
Hindarilah banyak berprasangka buruk, sungguh Allah عزوجل telah memerintahkan orang-orang yang beriman agar membersihkan hati dari prasangka buruk yang membawa dosa.
Dia عزوجل berfirman:
يأيها الذين ءامنواْ اجتنبواْ كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم
Artinya: “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. “ (QS. Al-Hujurat: 12)
• Hati-hati orang ketiga, yakni pengadu domba!
sering kali persahabatan berubah menjadi permusuhan karena adanya pihak ketiga yang merusak suasana harmonis menjadi kebencian. Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah memperingatkan kita terhadap bahaya para penyebar namimah! Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
أتدرون ما العضه؟ قالوا : الله ورسوله أعلم, قال: نقل الحديث من بعض الناس إلى بعض ليفسدوا بينهم
Artinya: Tahukah kalian apa itu ‘adhah (yakni namimah)? Mereka menjawab: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau صلى الله عليه وسلم berkata, “Menukil informasi dari sebagian orang kepada sebagian lainnya untuk merusak hubungan mereka. (HR. al-Bukhaari dalam Adabul Mufrad (425) dan dishahihkan oleh al-Albaani dalam Shahih al-Jaami’(85) dari Anas bin Malik رضي الله عنه )
• Tajassus dan tahassus
Yaitu menyelidiki aib-aib saudaranya dan mencuri dengar pembicaraan mereka. Ini adalah perbuatan tercela yang dilarang oleh Allah عزوجل . Dia Subhanahu Wata’ala berfirman:
يأيها الذين ءامنواْ اجتنبواْ كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم ولا تجسسواْ ولا يغتب بعضكم بعضا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka ( kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. “ (QS. al-Hujuraat: 12)
Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا تجسسوا ولا تحسسوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا
Artinya: “Janganlah kalian mengintai kesalahan orang lain, janganlah mencuri dengar (menguping pembicaraan orang), saling membenci dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. al-Bukhaari (2442)
SUMBER:
Pustaka Imam adz-Dzahabi, Muharram 1433 H/ Desember 2011 M
Ditulis oleh : Abu Ihsan al-Atsary & Ummu Ihsan
Diringkas oleh : Asandri Abu Uwais (Pengajar di Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA:
Leave a Reply