Rambu-Rambu Dalam Berinteraksi Dengan Medsos

RAMBU-RAMBU DALAM BERINTERKASI DENGAN MEDSOS

Sosmed selain ia adalah anugerah Allah ﷻ namun harus disadari sosmed juga merupakan ujian Allah ﷻ kepada kita semua.

ونبلو كم بااشرّ والخير فتنة

“Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan. Dan kepada kami lah kalian dikembalikan.”[1]

Maka kewajiban kita untuk pandai-pandai berinteraksi dengan sosmed sehingga menjadikannya untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, meraih pahala Allah dan tidak terjebak dalam jerat-jerat syetan. Oelah karenanya, selayaknya bagi seorang muslim yang mau bermedsos untuk mengetahui rambu-rambu syari’at dalam hal ini agar tidak terjerumus dalam bujuk rayu syetan yang mengajak pengikutnya untuk ramai-ramai Bersama masuk neraka.

Berikut beberapa rambu-rambu penting dan utama yang harus kita perhatikan bersama:

  1. Menguatkan Iman dan Muraqabah (Merasa Diawasi oleh Allah) Agar Tidak Terjebak Dalam Godaan Syetan

 Tidak dipungkiri lagi bahwa alat-alat modern tersebut ibarat sebuah pisau, ada sisi positif dan sisi negatifnya tergantung kepada penggunaannya. Islam sendiri pada dasarnya tidak melarang perkembangan dan kemajuan teknologi karena memang hukum assalnya adalah boleh. Namun harus kita ketahui bahwa para syetan dari jenis jin dan manusia tidak akan tinggal diam untuk berusaha menjadikan alat-alat jejaring tersebut sebagai jarring memangsa korban-korban untuk dirusak iman dan akhlak mereka. Sungguh betapa banyak kerusakan dan kemaksiatan yang sumbernya adalah medsos.

Oleh karenanya, sebagai seorang muslim yang sejati, hendaknya kita menempatkan alat-alat teknologi ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai lahan pahala bagi kita berupa dakwah, silaturrahmi dan sebagainya, bukan malah menjadikannya sebagai alat ghibah. Fitnah, provokasi, gossip, nafsu birahi dan lain sebagainya.

Hendaknya kita ingat bahwa kemudahan seorang dalam maksiat bukanlah pertanda bahwa Allah ﷻ meridhainya namun kita harus menyadari bahwa semua adalah ujian dan cobaan akan keimanan kita kepada Allah ﷻ, apakah kita benar-benar jujur hanya takut kepada-Nya ataukah hanya sekedar pengakuan belaka tanpa bukti yang nyata. Faedah ini tersirat dalam firman Allah ﷻ:

يآيّها الّذين ءامنوا ليبلونّكم الله بشيء مّن الصيد تناله أيديكم ورماحكم ليعلم الله من يخافه بلغيب فمن اعتدى بعد ذلك فله عذاب أليم

“Wahai orang-orang yang beriman! Allah pasti akan menguji kamu dengan hewan buruan yang dengan mudah kamu peroleh dengan tangan dan tombakmu agar Allah mengetahui siapa yang takut kepada-Nya, meskipun dia tidak melihat-Nya. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka dia akan mendapat azab yang pedih.”[2]

Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Perhatikanlah, apabila Allah ﷻ memudahkan untukmu sebab-sebab berbuat dosa maka ketahuilah bahwa hal itu adalah ujian dari Allah apakah engkau takut kepada Allah ﷻ atau tidak.”[3]

Demikian juga kami ingatkan untuk pengguna medsos yang bertopeng dengan nama samara dan akun palsu: “Bertakwalah kepada Allah ﷻ terhadap apa yang anda tulis dan sebarkan!! Ketahuilah, tapi hal itu tidaklah samar bagi Allah ﷻ.” Nama samara anda, akun palsu anda, tidak menjadikan hal itu boleh dalam menyebarkan berita bohong, gambar yang haram, atau melariskan hal yang haram. Ingat apa yang kita perbuat akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah ﷻ.

  • Mensyukutrinya dan Menjadikannya Sebagai Ladang Pahala

 Hendaknya seorang yang masuk pada situs ini untuk meluruskan niatnya terlebih dahulu, dia benar-benar ingin menjadikannya untuk sesuatu yang bermanfaat sebagai ajang silaturrahmi, berdakwah, menimba ilmu dan sebagainya.

Sesungguhnya Allah ﷻ telah membagi potensi dan kelebihan kepada manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Ada Sebagian hamba yang diberi kelebihan ilmu agama, ada yang diberi kelebihan harta, ada yang diberi kelebihan ahli dalam bidang elektronik, ada yang diberi kelebihan ahli di bidang kedokteran. Semua itu sangatlah indah jika disinergikan untuk menolong agama Allah. Allah ﷻ berfirman:

قل كلّ يعمل على شاكلته فربّكم أعلم بمن هو أهدى سبيلا

“Katakanlah: “Tiap-tiap oarng berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”[4]

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

إعملوا فكلّ ميسّر لما خلق له

“Beramalah kalian, semua orang akan dimudahkan menuju arah penciptaannya.”[5]

 Jika kita telusuri dalam Sejarah kehidupan para sahabat Nabi, niscaya akan kita dapati aplikasi nyata dari kaidah berharga ini. Ada Sebagian mereka yang menolong agama Allah ﷻ dengan ilmu seperti Ibnu Abbas dan Abu Hurairah. Ada yang menolong agama Allah dengan harta bendanya seperti Abdurrahman bin Auf dan Abu Bakar atau Utsman. Ada pula yang menolong agamanya dengan keahliannya dalam bidang strategi perang seperti Khalid bin Walid. Ada juga yang menolong agama Allah ﷻ dengan sastra Bahasa dan syair seperti Hassan. Ada yang menolong agama Allah dengan keahliannya dalam tukang kayu seperti seorang shabat yang menawarkan diri untuk membuatkan mimbar buat Nabi ﷺ. Bahkan ada seorang sahabat wanita yang menolong agama Allah dengan keahlian yang dia miliki sekalipun rendah di sisi manusia yanitu membersihkan masjid sehingga Rasulullah ﷺ menanyakan perihalnya lalu dating dan mendoakan kebaikan untuknya.

Termasuk kisah indah dalam massalah ini adalah kisah yang dibawakan oleh Imam Ibnu Abdil Barr dalam at_tamhid 7/185 bahwa Abdullah bin Abdul Aziz al-‘umari, seorang ahli ibadah pernah menuliskan sepucuk surat untuk Imam Malik yang berisi anjuran untuk menyendiri agar focus dalam ibadah serta menganjurkannya untuk meninggalkan mengajarkan ilmu. Imam Malik akhirnya menjawab surat tersebut “Sesungguhnya Allah telah membagi amal perbuatan sebagaimana Allah membagi rezeki. Ada Sebagian orang yang dilebihkan dalam shalat tetapi tidak dalam puasa. Sebagian yang lain dilebihkan dalam sedekah tetapi tidak dala puasa. Sebagian dilebihkan dalam jihad namun tidak dalam shalat. Dan menyebarkan ilmu termasuk pintu kebaikan yang amat mulia. Aku telah Ridha denga napa yang telah Allah lebihkan dan buka untuk saya. Saya sama sekali tidak merasa bahwa pintu kebaikan ini lebih rendah daripada pintu kebaikan yang Allah buka untukmu. Dan kita semua berharap agar kita berdua dalam kebaikan. Dan hendaklah masing-masing kita semua Ridha denga napa yang telah Allah bagi untuk kita. Was Salam,” sungguh ini merupakan kecerdasan Imam Malik.

Oleh karenanya, marilah kita semua telusuri potensi dan kelebihan yang Allah berikan kepada kita. Wahai para guru, para pebisnis dan orang kaya, para dokter, arsitek, ahli komputer dan internet bahkan kalian wahai para buruh dan pekerja biasa. Marilah kita semua gunakan potensi dan skill kita masing-masing untuk menolong agama Allah sehingga Cahaya Islam semakin berkilau. Marilah kita tanya dalam hati kita masing-masing untuk menolong agama Allah sehingga Cahaya islam masing-masing dengan penuh penghayatan: “Apa yang sudah kita persembahkan untuk kemajuan Islam?! Amalan apa yang telah kita perbuat untuk dakwah Islam?!

  • Tatsabbut (Selektif)

Seorang muslim harus hati-hati dalam menyerap sebuah berita terutama di medsos saat ini, jangan tergesa-gesa mensharenya. Islam mengajarkan kepada kita agar selektif dalam menyikapi berita, sebab tidak semua berita yang terima mesti benar adanya sesuai fakta, lebih-lebih pada zaman sekarang Dimana kejujuran sangat mahal harganya. Ibnu Baadis mengatakan: “Tidak semua yang kita dengar dan kita lihat, harus diyakini oleh hati kita, namun hendaknya kita mengeceknya dan memikirnya secara matang. Jika memang terbukti dengan bukti nyata maka kita mempercayainya namun jika tidak maka kita meninggalkannya.”[6]

Dalam Al-qur’an, Allah memberikan sebuah prinsip dasar dalam menyikapi sebuah issu yang beredar dalam firman-Nya:

يآيّها الذين ءامنوآ إن جآء كم فاسق بنبإ فتبيّنوآ 

“Hai orang-orang yang beriman, jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.”[7]

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Ketahuilah dan renungilah ayat ini baik-baik.”[8]

Dalam ayat ini terdapat Pelajaran berharga bagi setiap mukmin yang perhatian terhadap agama dalm berinteraksi dengan saudaranya seiman, hendaknya selektif terhadap hembusan issu yang bertujuan untuk meretakkan barisan, memperuncing api permusuhan dan memperlebar sayap perpecahan.

Imam asy-Syakauni berkata: “Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang dating, sampai menjadi jelas dan terang baginya.:”[9]

Syaikh Ibnu Utsman mengatakan: “Kabar apapun apabila engkau ingin menukilnya, wajib memeriksanya terlebih dahulu, apakah benar kabar tersebut dari orang yang engkau nukil atau tidak. Kemudian jika benar, maka jangan langsung menghukumi sampai engkau periksa dalam vonis tersebut, barangkali kabar yang engkau dengar berdasarkan pada pokok yang engkau tidak mengetahuinya sehingga engkau memvonis bahwa ia di atas kesalahan, namun kenyataannya tidak salah.”[10]

Faktanya, rambu ini banyak dilanggar habis -habisan oleh pengguna media social, padahal rambu-rambu ini adalah prinsip dalam agama Islam yang mulia. Sungguh betapa banyak fitnah yang terjadi dikarenakan kita tidak mengindahkan aturan ini!!

Dalam atsar ini, sahabat Ali mengingatkan kepada kita dari tiga perkara yang sering dilanggar oleh kebanyakan manusia saat fitnah melanda sehingga malah menimbulkan api fitnah semakin membara. Tiga perkara tersebut adalah:

  1. Tergesa-gesa, sembrono, ngawur, tanpa memperhatikan konsekuensi perbuatan, karena orang yang seperti ini rawan tersungkur dalam kesalahan dan penyimpangan.
  2. Gegabah menshare berita tanpa tabayyun dan kehati-hatian padahal berita belum tentu benar. Anggaplah memang benar semestinya dipikirkan dulu apakah menyebarkannya mengandung kemaslahatan atau justru mengandung kerusakan?!
  3. Menyalakan api fitnah dan menabur benih-benih kerusakan seperti namimah (adu domba), perpecahan dan permusuhan diantara kaum muslimin.

Sangat disayangkan, Sebagian manusia ada yang senang untuk terkenal, atau ingin dibilang orang rajin share artikel atau niat-niat yang lain, sehingga menyebarkan berita tanpa tatsabut dan tabayyun. Bahkan ada yang hanya ingin mendapatkan ‘like’ atau banyak ‘followers’ sehingga menyebarkan berita atau kisah palsu tanpa meneliti terlebih dahulu. Tidaklah kita takut terkenal ancaman hadits Nabi ﷺ yang berbunyi:

كفى بالمرء إثما أن يحدث بكلّ ما سمع

Cukuplah seseorang berdosa bila dia mengatakan segala apa yang di dengarnya.”[11]

Yang paling banyak terkenal dampak gampang share adalah Nabi kita Rasulullah ﷺ. Betapa banyak kisah-kisah palsu yang disandarkan kepada beliau, betapa banyak hadits-hadits palsu yang disandarkan kepada be;liau, padahal jelas, tidak boleh berdusta atas nama Nabi ﷺ.

Termasuk yang menjadi korban dari penyakit gampang share adalah para ulama yang mulia, terutama para ulama yang ucapannya sangat dinantikan oleh manusia, betapa banyak berita, penukilan ucapan yang tidak benar disandarkan kepada ulama, semua ini adalah haram. Bila dalam ayat yang sudah disebutkan di atas saja kita diperintahkan untuk teliti terhadap berita secara umum, maka apalagi penukilan berita tentang Rasulullah ﷺ dan para pewaris Nabi yaitu para ulama, tentu lebih ditekankan lagi!!

Termasuk dalam rambu ini juga adalah tidak boleh asal share tentang berita yang berhubungan dengan pemerintah atau manusia yang punya jabatan di suatu negeri, yang akibat dari asal share berita akan muncul kegaduhan dan pengaruh yang luar biasa, maka harus teliti, tasatbbut dan tabayyun terlebih dahulu sebelum menyebarkan berita, sebelum nanti kita menyesal pada hari yang tiada guna penyesalan!!

Alangkah bagusnya apa yang dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar: “Diharuskan bagi seorang yang ingin menilai suatu ucapan, perbuatan atau golongan untuk berhati-hati dalam menukil dan tidak boleh memastikan kecuali benar-benar terbukti, tidak boleh mencukupkan diri hanya pada issu yang beredar, apalagi jika hal itu menjerumus kedada celaan kepada seorang ulama.”[12]

  • Wajib Menutupi Aib/Kesalahan Seoarng Muslim

Bagi pemerhati para penggiat di media social, niscaya akan sering menjumpai fenomena apabila ada oyang yang bersalah atau ada foto dan video berisi kesalahan seorang muslim maka langsung disebarkan. Jelas ini termasuk kesalahan fatal, karena pada asalnya hendaknya kita menutupi aib seorang muslim bukan malah menyebarkan kesalahan orang hendaknya dia berfikir, bagaimana jika yang bersalah adalah salah satu kerabatnya? Atau dia sendiri? Hendaknya kita semua ingat sabda Nabi ﷺ yang berbunyi:

من ستر مسلما, ستره الله في الدّنيا والآخرة

Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”[13]

Diringkas oleh                 : Asandri (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel)

Judul                                   : Rambu-Rambu Dalam Berinteraksi Dengan Medsos

Judul Buku                         :  Rambu-Rambu Islam Dalam Bermedsos

Penulis                                : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Penerbit                             : YAU (Yusuf Abu Ubaidah)


[1]Qs. Al-Anbiya’: 35

[2]QS. Al-Maidah: 94

[3]Tafsir surat Al-Maidah: 2/381

[4] QS. Al-Isra’: 84

[5] HR. Bukhari: 3939

[6] Ushul Hidayah hlm. 97

[7] QS. Al-Hujurat: 6

[8] Ad-Durar As-Saniyyah 1/35

[9] Fathul Qadir 5/65, as-Syaukani

[10] Syarah Hilyah Thalib Ilmi hlm.53

[11] HR. Abu Dawud: 4992. Dishahihkan oleh SSyeikh al-Albani dalam as-Shahihah no.2025

[12] Dzail Tibr At-Masbuk hal. 4 oleh as-Sakhawi, dari Qashasun la Tasbutu 2/16 oleh Mashur bin Hasan Salman.

[13] HR. Muslim: 2699

Baca juga artikel:

Meskipun Hanya Satu Biji Kurma

Larangan-Larangan Berkaitan Kuburan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.