Oleh: Said Yai Ardiansyah, M.A.
Dibahas pada artikel ini tentang Akhlaq yang mulia dan sebagian contohnya dan juga disebutkan beberapa keutamaan orang yang berakhlak mulia. Selamat membaca.
A. PENDAHULUAN
1. Kaum Muslimin dan Akhlaq Mulia
Dari Dahulu kaum muslimin sangat terkenal dengan akhlaq-nya, kebaikan tingkah laku dan perbuatannya, baik kepada sesama manusia maupun kepada jin dan hewan. Hal ini dikarenakan Islam mengajarkan akhlaq dan sangat memperhatikan hal tersebut. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Beliau shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”1
Kaum muslimin di zaman awal telah diajari oleh seorang nabi yang telah dipuji akhlaq-nya oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau mengamalkan akhlaq yang sangat agung” (QS Nun: 4)
Bahkan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu orang yang paling dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengatakan bahwa akhlaq beliau adalah Al-Qur’an2. Karena tidak ada dari tingkah laku beliau yang menyelisihi Al-Qur’an dan menyelisihi perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Orang Islam bercirikan akhlaq yang mulia
Dari zaman dahulu kaum muslimin dikenal dengan akhlaq yang mulia. Bahkan pada masa awal Islam, dimana ketika itu Islam masih sangat lemah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan seluruh kebaikan dan mengamalkan seluruh akhlaq mulia sehingga bisa menjadi contoh untuk yang lainnya.
Banyak para sahabat yang masuk Islam karena baiknya akhlaq Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : لَمَّا بَلَغَ أَبَا ذَرٍّ مَبْعَثُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لأَخِيهِ ارْكَبْ إِلَى هَذَا الْوَادِي فَاعْلَمْ لِي عِلْمَ هَذَا الرَّجُلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ يَأْتِيهِ الْخَبَرُ مِنَ السَّمَاءِ وَاسْمَعْ مِنْ قَوْلِهِ ثُمَّ ائْتِنِي فَانْطَلَقَ الأَخُ حَتَّى قَدِمَهُ وَسَمِعَ مِنْ قَوْلِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى أَبِي ذَرٍّ فَقَالَ لَهُ رَأَيْتُهُ يَأْمُرُ بِمَكَارِمِ الأَخْلاَقِ وَكَلاَمًا مَا هُوَ بِالشِّعْرِ
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Abu Dzar mendengar kabar diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dia berkata kepada saudaranya, ‘Pergilah menuju wadi (sungai kering) ini, kemudian carilah kabar tentang orang ini yang dia menyangka bahwasanya dia adalah seorang nabi yang kabar langit datang kepadanya. Dengarlah apa yang dikatakannya dan datanglah kepadaku!’ Kemudian saudaranya pun pergi dan tiba (di sana) dan mendengar perkataannya kemudian dia kembali kepada Abu Dzar. Kemudian saudaranya berkata kepadanya, ‘Saya melihatnya menyuruh untuk berakhlak mulia dan saya mendengar perkataan yang itu bukanlah syair.’.” 3
3. Masuknya Islam ke Indonesia bukan dengan peperangan
Dan Alhamdulillah bifadhlillah (karena karunia Allah), Islam masuk ke Indonesia bukanlah dengan jalur peperangan, tetapi Islam masuk ke Indonesia karena adanya dakwah dari para penyeru Islam dan mereka mengajarkan akhlaq yang mulia.
Masyarakat Indonesia memiliki tabiat yang ramah dan tidak suka disakiti, begitulah Islam dia sangat ramah dan tidak memaksakan agama kepada orang lain dan Islam juga mengajarkan agar kita saling hormat-menghormati, mengajarkan persamaan di antara manusia dan tidak menzalimi orang lain.
Di zaman dahulu sudah di kenal di Indonesia dengan berbagai macam kasta di antara manusia. Kasta tersebut membeda-bedakan manusia sesuai kastanya. Tentu saja hal ini mengakibatkan ketidakadilan dan kasta yang terlemah akan selalu merasa dizalimi. Berbeda dengan Islam. Islam mengajarkan persamaan kepada seluruh kaum muslimin dan menghapus seluruh kasta tersebut. Karena Islam sangat menghormati harkat dan martabat manusia.
Yang membedakan antara kaum muslimin dengan yang lainnya hanyalah ketakwaannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS Al-Hujurat: 13)
Karena akhlaq memiliki peran besar di dalam Islam dan di dalam pembinaan masyarakat dan juga pemuda, maka penulis akan membahas permasalahan akhlaq ini dengan menyebutkan pengertian akhlaq, keutamaannya, beberapa contoh akhlaq mulia dan pengaruh akhlaq pemuda terhadap umat Islam.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian akhlaq
akhlaq berasal dari bahasa Arab ( أَخْلَاق )yang bentuk mufrad atau tunggalnya adalah khuluq ( خُلُق )berarti tabiat, baik itu baik maupun buruk.4
Menurut istilah syar’i, akhlaq berarti: bentuk batin manusia dan mungkin untuk ditampakkan dengan berbagai macam cara kepada orang lain dengan berbagai macam anggota tubuhnya.
Ibnul-Mubarak rahimahullah mengatakan:
بسط الوجه وبذل المعروف وكف الأذى
“Dia adalah menampakkan wajah ceria, memberikan kebaikan dan menahan dari mengganggu.”5
Dengan demikian kita bisa memahami bahwa orang yang ber-akhlaq mulia adalah orang yang melakukan tiga hal:
-
Memberikan atau melakukan kebaikan kepada orang lain
-
Tidak mengganggu orang lain dan tidak menzaliminya
-
Menampakkan wajah yang ceria atau menyenangkan.
Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan beberapa pengertian akhlaq mulia yang disebutkan oleh kaum salaf, di antaranya:
– Al-Hasan Al-Bashri: Berderma, memberikan kebaikan dan bersabar.
– Asy-Sya’bi : Memberikan kebaikan, memberikan sesuatu, dan tersenyum yang baik.
– Ahmad bin Hanbal: Engkau tidak marah dan tidak berkata kasar (ketika marah). Dan diriwayatkan juga darinya: Engkau bersabar atas gangguan manusia. Dan lain-lain.6
Orang yang memberikan atau melakukan kebaikan kepada orang lain, contohnya: bersedekah, memberikan hadiah, membantu orang yang kesusahan, membantu melakukan pekerjaan orang lain, menyenangkan hati orang lain, membayarkan utang orang lain dan lain-lain.
Orang yang tidak mengganggu orang lain dan tidak menzaliminya, contohnya: tidak mengejek orang lain, tidak menghinanya, tidak memukul orang lain kecuali dengan kebenaran, tidak merampok, tidak menakut-nakuti orang lain, tidak berdusta dll.
Orang yang memiliki wajah ceria, contohnya: ketika bertemu dengan orang lain dia selalu menampakkan senyumnya, tidak cemberut atau bahkan menampakkan wajah yang sangar dan menakutkan.
Barang siapa yang telah melakukan ketiga hal di atas maka dia telah menyempurnakan akhlaq-nya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita selalu mempelajari agama Islam dengan dalil-dalilnya sehingga kita mengetahui bermacam-macam akhlaq mulia yang diajarkan di dalam Islam.
2. Keutamaan Orang Yang Berakhlaq Mulia
Orang yang ber–akhlaq mulia akan mendapatkan berbagai macam keutamaan sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara keutamaan-keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Allah akan menyediakan tempat yang tertinggi di surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
“Saya adalah penjamin agar mendapatkan rumah di keliling surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia itu benar, dan juga penjamin agar mendapatkan rumah di tengah surga untuk orang yang meninggalkan dusta meskipun dia sedang bercanda dan saya juga menjamin agar mendapatkan rumah di surga yang paling tinggi untuk orang yang baik akhlaq-nya.”7
Dengan demikian orang yang menginginkan surga yang tertinggi harus bisa menjaga akhlaq dan adabnya kepada orang-orang di sekitarnya.
b. Salah satu sebab utama manusia masuk ke dalam surga
Di dalam riwayat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata:
سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الجَنَّةَ ، فَقَالَ : تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ ، فَقَالَ : الفَمُ وَالفَرْجُ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau berkata, ‘Takwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.” Dan beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, maka beliau berkata, ‘Mulut dan kemaluan.’.”8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan secara khusus akhlaq yang baik sebagai suatu amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, padahal kita ketahui bahwa akhlaq yang baik tersebut, termasuk bentuk ketakwaan kepada Allah ta’ala. Ini menunjukkan tingginya kedudukan akhlaq yang mulia bila dibandingkan dengan amalan-amalan lain.
c. Mencapai kesempurnaan iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya.”9
Jika seseorang ingin menyempurnakan imannya maka dia harus menyempurnakan akhlaq-nya. Dengan demikian sangat jelas pengaruh keimanan seseorang terhadap keseharian dan tingkah lakunya. Orang yang beriman tinggi sudah seharusnya memiliki akhlaq yang mulia.
d. Menjadi salah satu sebab bagi seorang hamba untuk menjadi hamba yang sangat dicintai oleh Allah
Di dalam riwayat Usamah bin Syariik radhiallahu ‘anhu dia berkata, “… Para sahabat pun berkata:
فَمَنْ أَحَبُّ عِبَادِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ ؟ ، قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا .
‘Siapakah hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau pun menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya.’.”10
e. Sangat berat timbangan di hari akhir nanti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ شَىْءٍ أَثْقَلُ فِى الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya di timbangan (mizan) yang melebihi akhlaq yang baik.”11
Dan masih banyak lagi keutamaan orang yang memiliki akhlaq yang mulia.
3. Beberapa Contoh akhlaq dan Pengaruhnya dalam Keseharian Manusia
a. Kelemahlembutan akan senantiasa menghiasi diri seseorang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya kelemahlembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali dia akan menghiasinya, tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali dia akan memperburuknya.”12
Percumalah seorang yang memiliki wajah ganteng atau cantik, apabila dia tidak dihiasi dengan akhlaq yang mulia, maka rusaklah kegantengan atau kecantikan tersebut di hadapan manusia.
b. Zuhud (tidak menginginkan) milik orang lain mengakibatkan manusia mencintai kita
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاس.
“Zuhudlah kamu terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah kamu terhadap apa yang ada di tangan-tangan manusia, maka manusia akan mencintaimu.”13
Seorang yang tidak suka meminta-minta kepada orang lain, maka akan mengakibatkan orang tersebut senang dengannya dan justru orang lain akan memperhatikannya. Tetapi jika seorang sering meminta-minta maka akan menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sering diminta olehnya, ini akan mengurangi kecintaannya kepada orang tersebut.
c. Menjaga hubungan kekerabatan akan melapangkan rezeki dan memperpanjang umur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
“Barang siapa yang senang jika dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah hubungan kekerabatannya.”14
Orang yang berakhlaq mulia dengan menjaga hubungan kekerabatan akan memiliki rezeki yang lapang dan umurnya akan dipanjangkan oleh Allah.
d. Memiliki sifat malu akan menjaga kehormatan seseorang dan ketinggian martabatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.
“Sesungguhnya di antara perkataan kenabian yang masih didapatkan oleh manusia adalah: jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.”15
Dan masih banyak lagi akhlaq yang mulia yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
4. Akhlaq Pemuda dan Pengaruhnya bagi Umat Islamiyah
Seorang pemuda haruslah memiliki tujuan hidup yang mulia sehingga dengan tujuan tersebut dia mengarungi hidup ini. Jika seorang pemuda tahu untuk apa dia berada di dunia, maka dia tentunya akan memikirkan segala cara untuk mendapatkan tujuan tersebut.
Ternyata tujuan Allah menciptakan manusia hanyalah satu, yaitu agar manusia beribadah hanya kepada Allah. Jika seorang pemuda tahu akan tujuan tersebut maka dia akan berusaha menjadi seorang hamba yang memiliki ibadah terbaik di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Pemuda adalah penerus perjuangan umat Islam. Jika pemuda Islam berpegang teguh dengan agamanya dan ber-akhlaq mulia, maka kita insya Allah akan bisa memprediksikan bagaimana kelak umat Islam di masa yang akan datang. Akan tetapi, jika pemuda Islam tidak menjalankan agamanya, bahkan menjauhinya dan juga tidak ber-akhlaq mulia, maka kita juga bisa memprediksikan bagaimana kelak umat Islam di masa yang akan datang.
Pemuda seharusnya menjadikan masa kanak-kanaknya sebagai masa lalunya, dan menjadikan dirinya sebagai seorang pemuda yang siap diolah kembangkan untuk menjadi manusia yang positif sehingga bisa merubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik, baik ditinjau dari segi agama dan dunia. Karena merekalah yang akan menjadi orang-orang tua di masa yang akan datang.
Seorang pemuda juga harus memahami bahwa sebenarnya mereka adalah tiang penyangga tegaknya kehidupan di masyarakat muslim. Ketika orang yang lebih tuanya hanya dapat mengatur, mengurus dan memimpin, maka yang menjadi alat penggeraknya adalah para pemuda. Jika dia tahu akan hal itu, maka tidak sepantasnya pemuda menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Kemerosotan moral disebabkan karena banyak pemuda yang menghabiskan waktu hanya untuk mengikuti mode dan gaya hidup masyarakat hewani. Gaya hidupnya tidak mencontoh manusia terbaik di dunia ini. Jika terus terjadi hal tersebut maka kemerosotan demi kemerosotan akan senantiasa terjadi. Oleh karen itu, sudah sepantasnya seorang pemuda, mempelajari lagi nilai-nilai keislaman yang sudah banyak ditinggalkan oleh pemeluknya.
Dengan mengetahui betapa besar peran pemuda di dalam agama dan masyarakat, maka sudah sepantasnya para pemuda memperbaiki akhlaq-nya dari sekarang, dengan demikian nantinya dia bisa menjadi orang yang merubah akhlaq-akhlaq buruk manusia dengan apa yang dimilikinya. Mudahan Allah subhanahu wa ta’ala akan memudahkan kita untuk itu. Amin.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari apa yang telah disampaikan pada tulisan di atas kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
-
Islam sangat memperhatikan akhlaq yang mulia.
-
Yang dimaksud dengan akhlaq adalah yang mencakup tiga hal yaitu: memberikan atau melakukan kebaikan kepada orang lain, tidak mengganggu orang lain dan tidak menzaliminya dan menampakkan wajah yang ceria atau menyenangkan.
-
Orang yang ber-akhlaq mulia akan mendapatkan banyak keutamaan baik di dunia dan akhirat.
-
Pemuda dan pemudi Islam harus memperhatikan akhlaq mulia di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dia bisa merubah keadaan masyarakat ke arah yang positif nantinya.
2. Saran dan Doa
Demikianlah tulisan singkat ini. Mudahan bermanfaat. Mudah-mudahan kita bisa mengamalkan seluruh akhlaq mulia dan dapat mencontoh jalan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga kita tidak tersesat dan selalu berada di atas tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wa salam. Dengan demikian kita bisa hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Amin.
Karang Anyar, 14 Shafar 1437 H/26 November 2015
1 HR Ahmad no. 8952, Al-Bukhari dalam Adabul-Mufrad no. 273 dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 21301. Lafaz hadits ini adalah lafaz Al-Baihaqi.
2 HR Ahmad no. 24601.
3 HR Al-Bukhari no. 3861.
4 Lihat Mukhtar Ash-Shihaah hal. 196.
5 Atsar ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirimidzi dalam sunan-nya no. 2005.
6 Lihat Jami’ Al-Ulum Wal-Hikam penjelasan hadits ke-18.
7 HR Abu Dawud no. 4802.
8 HR At-Tirmidzi no. 2004.
9 HR Abu Dawud 4684, At-Tirmidzi 1162 dan Ibnu Majah 4259.
10 HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 8214 dan Ath-Thabari dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 473.
11 HR Abu Dawud no.4801 dan At-Tirmidzi no. 2003.
12 HR Muslim no. 6767.
13 HR Ibnu Majah no. 4102.
14 HR Al-Bukhari no. 2067 dan Muslim no. 6687.
15 HR Al-Bukhari no. 3484.
Leave a Reply