Amal Sholeh Untuk Tujuan Dunia

amal shalih untuk tujuan dunia

Amal Sholeh Untuk Tujuan Dunia – Sesungguhnya Segala Pujian hanyalah milik Allah Semata titik Kami memujinya memohon pertolongan dan meminta ampun kepadanya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal-amal perbuatan kami Barang siapa diberi hidayah oleh Allah niscaya tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya dalam barangsiapa disesatkan oleh Allah niscaya tiada seorangpun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya saya berhasil yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah Dan saya bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah hamba dan utusannya.utu

Setiap muslim harus menyadari dengan sesada standarnya bahwa Ikhlas merupakan salah satu diantara dua syarat diterimanya amal perbuatan. Syarat-syarat kedua adalah ittiba mengikuti syarat dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tampak kedua syarat ini maka amal ibadah tidak akan diterima titik dalil tentang dua syarat ini sangat banyak disebutkan dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, baik dalil langsung maupun dalil tidak langsung. Dan itu sudah banyak dipaparkan di majalah ini pada edisi edisi terdahulu. Karena itu, di samping ditimbang Ikhlas merupakan keharusan yang mesti diperjuangkan oleh setiap muslim ketika hendak atau sedang melakukan amal-amal ibadah. Selanjutnya, Bagaimana dengan seseorang yang melakukan amal-amal ibadah namun maksudnya untuk memperoleh balasan dunia Apakah ia termasuk orang yang ikhlas dalam beribadah atau tidak?

Sesungguhnya secara umum, beramal untuk tujuan dunia merupakan perbuatan Syirik yang akan menghilangkan kesempurnaan tauhid yang wajib dan menjadikan amal sholeh yang dilakukan sia-sia tanpa pahala.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya; “Barang siapa yang mengkehendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang di akhirat tidak akan memperoleh apa-apa kecuali neraka, dan lenyaplah di memperoleh apa-apa kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud/11: 15-16)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah wafat tahun 774 dalam tafsirnya membawakan riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang mengatakan, petik dua sesungguhnya para ahli Ria dengan amal-amal Hasanah atau amal-amal kebaikan yang dilakukannya akan memperoleh apa yang mereka inginkan di dunia tanpa dizalimi sedikitpun.

Barangsiapa yang melakukan amal saleh baik berupa puasa salat atau tahajud di malam hari, Tetapi semua itu tidak dilakukan kecuali untuk memperoleh dunia maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan ku penuhi semua upah dunia yang ia carinya, tetapi amal yang dimaksudkan untuk mencari dunia itu menjadi sia-sia di akhirat, dan ia akan menjadi golongan orang-orang yang rugi di akhirat.

Sementara, Syekh Abdurrahman Bin Nasir Asadi rohimahullah wafat 1376 Hijriah dalam tafsirnya tentang Quran surat hud ayat ke-15

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.” (QS. Hud: 15)

Pengertiannya Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasan masuknya semua kehendaknya hanya terbatas pada keinginan atau memperoleh kehidupan dunia dan perhiasannya baik wanita anak-anak maupun harta benda yang berlimpah berupa emas karena kuda yang bagus, hewan-hewan ternak maupun sawah ladang. Segala keinginan usaha dan perbuatannya hanya dimasukkan untuk hal dunia seperti ini. Keinginannya sama sekali tidak diperlukan untuk memperoleh akhirat. Namun tujuan yang hanya demikian ini, hanya dilakukan oleh orang kafir saja. Sebab jika seseorang itu Mukmin untuk keimanan yang ada pada dirinya akan menghalangi kehendaknya untuk untuk hanya memperoleh tujuan dunia belaka. Bahkan keimanan yang memilikinya serta amal yang dilakukannya Justru karena pengaruh dari keinginannya terhadap akhirat.

Kalau bukan karena keinginannya terhadap akhirat, Bagaimana mungkin seseorang beriman dan beramal saleh? Artinya, keinginan terhadap akhirat itulah yang menyebabkan seseorang menjadi beriman dan melakukan amal-amal ibadah.

Sedangkan Syekh Abdurrahman Bin Hasan Al Lusi Syekh rahimahullah wafat tahun 1285 Hijriyah menyebutkan penjelasan Ibnu Abbas rahimahullah tentang ayat ini sebagai berikut:

Barang siapa menghendaki upah dunia dan perhiasannya berupa harta, niscaya kami Allah akan penuhi segala usaha untuk mendapatkannya, baik kesehatan maupun kesenangan terhadap harta, istri maupun anak. Semuanya itu akan

Akan diberikan dan tidak akan dikurangi sedikitpun. Tetapi kamu telah akan ayat ini kemudian dibatasi pengertiannya dengan ayat lain yaitu Quran Surat Al Isra ayat ke-18 sehingga tidak semua orang dan tidak semua keinginan yang demikian mesti terpenuhi seluruhnya, tetapi terikat pada kehendak Allah Azza wa Jalla.

Maksudnya, Tidak semua orang yang menginginkan dunia dengan amal perbuatannya, akan dipenuhi seluruhnya oleh Allah Azza wa Jalla. Tetapi hanya orang yang dikehendakinya saja, dan hanya sesuai dengan kadar yang dikehendakinya pula. Ayat ini masuk adalah Firman Allah Azza wa Jalla:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَه فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَه جَهَنَّمَۚ يَصْلٰهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”. (QS. Al- Isra’/17: 18)

Beliau rohimahullah juga membawakan riwayat dari kata rahimahullah yang mengatakan Allah Azza wa Jalla menyatakan bahwa barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, tuntunan dan tujuannya, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan balasan dari amal-amal perbuatan baiknya di dunia ini. Kemudian ia akan sampai di akhirat sedangkan ia tidak memiliki satu kebaikan pun yang akan diberi balasan. Adapun seorang mukmin maka dengan perbuatan-perbuatan baiknya, ia akan mendapatkan balasan di dunia dan akan mendapatkan pahala pula di akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengingatkan dengan sabdanya:

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhuwa, dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda: “celahkanlah hamba Dinar hamba dirham dan hamba pakaian indah. Jika Iyan diberi, Celakalah ia dan bersyukurlah pada wajahnya, apabila terkena Duri, ia tidak akan dapat mengeluarkannya meskipun dengan tata. Sebaiknya Berbahagialah karena mendapatkan pohon surga bagi seseorang hamba yang mengendalikan tali ke Kang kudanya untuk berjihad di jalan Allah hingga merebutnya Kusut Masai dan kakinya berdebu. Jika ia bertugas melakukan penjagaan, Ia tetap berada pada tugas penjagaan. Jika ia bertugas di dalam pasukan inti, Ia tetap berada pada pasukan inti. Apabila ia meminta izin, ia tidak mendapatkan kesempatan untuk diberi izin Dan jika ia minta tolong, maka ia tidak memiliki kesempatan untuk ditolong. (HR. Bukhari dan lainnya)

Hadis ini menjelaskan dua jenis manusia. Pertama, para hamba dunia yang keinginan hidupnya untuk dunia dan perhiasannya. Yang kedua sama para hamba Allah sejati yaitu orang-orang yang selalu Ridho dengan segala yang membuat Allah Ridho tanda komanda membenci segala apa yang mengundang murka Allah Azza wa Jalla.

Dalam hadis ini dijelaskan:: orang yang menjadi hamba dunia “berhak mendapat doa jelek dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang akibatnya pasti jelek. Orang yang demikian tentu akan mendapatkan efek jelek dari doa tersebut dengandengan terjerumus ke dalam petaka dunia maupun akhirat: sedangkan hamba Allah sejati adalah orang yang selalu ridho terhadap apa yang diridhoi Allah Azza wa Jalla, dan membenci apa yang mendatangkan kebencian Allah dan rasulnya. Ia selalu membela para Wali Allah dan memusuhi musuh-musuh Allah. Inilah hamba yang imannya benar-benar sempurna. Orang ini berhak mendapatkan janji kebahagiaan hidup di surga.

Oleh karena itu, hendak masing-masing kita waspada kamu jangan sampai terjerumus menjadi hamba-hambat dan dunia, karena akibatnya sangat berbahaya bagi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.

IBADAH UNTUK TUJUAN DUNIA

Kalimat amal ibadah untuk tujuan dunia mempunyai beberapa kemungkinan makna. Ada kemungkinan bermakna Ria atau sumah yaitu Apabila seseorang menghiasi amal perbuatannya dihadapan orang lain supaya terlihat indah dan mendapat pujian. Atau seseorang dengan amal perbuatannya menginginkan upah dunia seperti orang yang berjihad untuk mendapatkan bayaran.

Apabila yang dimaksud dengan tujuan dunia adalah Riya atau sumah atau pujian orang, maka Syekh Abdurrahman Bin Masirah Asa di rahimahullah memberikan beberapa rincian sebagai berikut:

Apabila maksud yang mendorong seseorang melakukan amal saleh adalah ingin dilihat orang lain atau pamer, dan keinginan yang susah ini terus lanjut maka amal saleh yang dilakukannya menjadi sia-sia tanpa pahala dan termasuk Syirik asghar. Dan dikhawatirkan menjadi jalan menuju Syirik akbar.

Apabila yang mendorong seseorang untuk melakukan amal saleh adalah keinginannya untuk mencari wajah Allah dan Ridhonya, tetapi bersamaan dengan itu juga besar keinginannya untuk dilihat orang lain atau pamer Maka menurut Zahir yang ada tentang itu pun menunjukkan bahwa amalan itu batal atau sia-sia.

Apabila yang mendorong seseorang melakukan amal saleh adalah keinginannya untuk mencari wajah Allah dan ridanya saja, tetapi di tengah pelaksanaan amalnya muncul maka kita ia berusaha menghilangkan Mia ini dan berusaha ikhlas karena Allah Azza wa Jalla, maka hal ini tidak membahayakan nilai amalannya. Namun apabila ia merasa tenang dengan Ria yang muncul di tengah amalannya itu, maka nilai amalannya menjadi berkurang. Pelakunya mengalami kelemahan iman dan ikhlas sesuai dengan kadaria yang ada di dalam hatinya. Nada ria inilah yang telah menggoyang Amal salehnya.

Riya merupakan penyakit besar yang memerlukan penanganan memerlukan upaya untuk melatih diri agar ikhlas memerlukan perjuangan keras untuk menolak segala keinginan pamer serta tujuan-tujuan berbahaya lainnya dan memerlukan kesungguhan dalam atau meminta pertolongan kepada Allah dalam menyingkirkan keinginan-keinginan besar dari dalam hati. Sehingga dengan demikian Semoga Allah mencerminkan keimanan seorang hamba dari nada dan menegakkan tauhidnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:

Sesungguhnya Hal paling aku khawatirkan bagi diri kalian adalah Syirik Anggar. Para sahabat bertanya apakah ciri khasnya itu? Beliau menjawab Riya Allah selalu beriman kepada para pelaku Ria itu pada hari kiamat ketika dia telah membagi-bagi balasan kepada manusia: Pergilah kalian menuju orang-orang yang kalian berpamer kepada mereka di dunia. Perhatikan, Apakah kalian akan mendapatkan balasan dari mereka? ( Hadis riwayat Ahmad dan lainnya)

Dan masih banyak hadis lain yang menerangkan larangan tidak demikianlah kesimpulan secara garis besar apabila yang dimaksud dengan beramal untuk tujuan dunia adalah Riya atau pujian orang. Namun apabila yang dimaksud dengan selain pria atau SMA atau pujian orang pemanasannya melakukan amal-amal ibadah atau amal saleh tetapi motivasinya untuk memperoleh balasan dunia seperti upah, kedudukan dengan sebangsanya, maka juga terdapat beberapa perincian.

Syekh Abdurrahman Bin Nasir fastadi rahimahullah memberikan penjelasan sebagai berikut:

  • Apabila berkehendak seseorang ketika beramal saleh atau beribadah seluruhnya tercurah untuk maksud dunia ini sama sekali tidak menghendaki wajah Allah, Ridhonya dan dan kehidupan akhirat maka orang ini tidak akan memperoleh bagian kebaikan sedikitpun di akhirat. Tetapi perbuatan seperti ini tidak akan dilakukan oleh seorang mukmin, karena seorang mukmin Betapapun lemah imannya pasti dia menginginkan Allah Azza wa Jalla dan kehidupan akhirat.
  • Apabila seseorang melakukan amal perbuatan karena Allah Azza wa Jalla dan juga karena dunia, sedangkan kedua maksud itu berimbang atau kurang lebih sama maka apabila ia Mukmin berarti ia adalah orang yang lemah Iman tauhid dan ikhlasnya. Nilai ama perbuatannya pun berkurang karena kehilangan kesempurnaan keikhlasan.
  • Adapun orang yang ikhlas beramal hanya karena Allah Azza wa Jalla saja keikhlasannya kesempurnaan namun kemudian ia mengambil umpan dari amal perbuatannya, yang dengan upah itu Ia menggunakan pula untuk beribadah dan untuk kepentingan agama, maka hal ini tidak mengandung bahaya apa-apa terhadap keuntungan keimanannya. Misalnya upah yang digunakan untuk kebaikan sosial. Atau seperti seseorang Mujahid yang kemudian menjadi ghamimah atau rezeki atau Seperti mendapat harta wakaf yang digunakan untuk masjid, atau sekolah atau untuk orang-orang yang melakukan tugas-tugas agama. Sebab dengan tindakannya, orang ini tidak memiliki kehidupan dunia tetapi hanya mengharapkan kebaikan bagi Agama dan hal-hal yang dapat membantunya untuk melaksanakan kewajiban agama.
    • Jadi, orang yang beramal karena tujuan dunia, secara umum sangat berbahaya bagi nilai amalannya kecuali jika yang dimaksudkan adalah sebagaimana keterangan terakhir di atas.

Kesimpulannya, melakukan amal sholeh untuk kepentingan dunia tanpa dimaksudkan untuk kepentingan akhirat sedikitpun hanyalah tindakan orang yang tidak beriman. Sementara jika memiliki tujuan ikhlas karena Allah Azza wa Jalla, tetapi berbaring dengan itu memiliki tujuan duniawi akan bisa mengurangi nilai amalan yang dilakukannya dan menjadi pertanda lemahnya Iman pelakunya. Wallahualam

Diringkas dari majalah as- sunnah, edisi khusus (02-03) / thn XIX/ sya’ban- ramadhan 1436/juni-juli 2015M

Disusun oleh ustadz Ahmad faiz asifuddin Hafiz Allah

Diringkas oleh: Helmi Lia Putri (Pengabdian Rumah tahfiz umar bin Khattab)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.