Oleh: Ust. Arifin Saefulloh
Dunia ini dipenuhi hiasan yang indah, sehingga banyak manusia yang terlena dengannya. Melalaikan negeri tempat kembali nanti setelah mati. Alloh Subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan hal ini di dalam firmannya:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imron : 14)
Diantara keindahan yang paling indah di dunia adalah istri Sholihah yang menghiasi rumah tangga suaminya dengan keridhoan Robb-nya. Perhiasan yang tidak melalaikan negeri akhirat, menjadi mata air yang menghapus kegersangan di rumahnya. Menjadi obor dikala gelap gulita menjadi pelipur dikala lara.
Istri sholihah berhiaskan akhlaq mulia yang telah menjadi bagian hidupnya. Betapa indah sebuah rumah apabila dihiasi oleh seorang istri yang sholihah lagi berakhlaqul karimah.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang akhlaq Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam yang jadi panutan bagi orang sholih:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. AL-Qolam: 4)
Tidakkah kita tertarik dengan janji Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sabda beliau yang disampaikan oleh sahabat Abu Umamah al-Baahiliy Rodhiyallohu `Anhu:
أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبْضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَاِنْ كَانَ مُحِقًّا, وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسْطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَاِنْ كَانَ مَازِحًا, وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلْقُهُ
Saya penjamin rumah di dasar surga untuk orang yang meninggalkan debat kusir walaupun dia benar, dan penjamin rumah di tengah surga untuk orang yang meninggalkan dusta walaupun sedang bercanda, dan penjamin rumah di surga tertinggi untuk orang yang baik akhlaqnya. (HR. Abu Dawud dengan sanad shohih)
Lihatlah, renungkanlah betapa tinggi kedudukan orang yang berakhlaq baik. Tidakkah kita menginginkan rumah di surga tertinggi? Maka marilah kita bina akhlaq kita agar kita memiliki akhlaq yang dipuji penduduk langit dan bumi. Apabila saat ini kita belum memilikinya, mari kita latih agar memilikinya. Bukankah kebijaksanaan bisa didapat dengan latihan? Bukankah kesabaran bisa dimiliki dengan berlatih sabar? Nabi bersabda:
إنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَ الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ
“Ilmu didapat hanya dengan belajar, sikap hilm (tenang ketika marah) didapat hanya dengan belajar hilm.” (Hadits Abu Hurairah dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Berikut beberapa tanda akhlak mulia yang apabila dilakukan dan dibiasakan niscaya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia terutama di rumah dan di akherat nantinya:
- Merendahkan suara.
Rendahkanlah suara tatkala berbincang dengan orang sekitarmu terutama suamimu. Karena mengangkat suara adalah termasuk adab yang buruk. Maka jauhilah perilaku yang buruk ini dihadapan suami. Berusahalah menjadi istri yang lembut dan terjaga lisannya.
- Perhatikan ucapannya dan jangan menganggap remeh.
Diantara tanda perhatian kita terhadap lawan bicara adalah dengan melakukan beberapa cara seperti berikut:
- Jadikan senyuman sebagai ciri khasmu.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh bagimu.”
Bagaimana kiranya dihadapan suami? Tentu lebih besar pahalanya.
2. Berbicaralah sesuatu yang dianggap penting oleh suami.
3. Jangan meremehkan perhatian suami.
4. Jadilah pendengar yang baik.
5. Jangan memotong perkataan.
- Jauhkan diri dari perdebatan.
Cara terbaik keluar dari perdebatan dengan hasil terbaik adalah menjauhkan diri dari perdebatan.
- Jangan katakan ke suami, perkataan “Kamu salah”
Ketika kita mengucapkan perkataan tersebut pada seseorang, sejatinya itu adalah pukulan langsung kepada kecerdasan dan harga dirinya. Dan hal tersebut menjadikanmu musuh baginya karena sebab yang sepele.
- Akuilah kesalahanmu.
Mengakui kesalahan adalah salah satu syarat taubat. Dan Alloh Subhanahu wa ta’ala mencintai orang yang bertaubat. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh: 222)
- Hiasi ucapanmu dengan kasih sayang dan kelembutan.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam menggambarkan karakter kelembutan dalam sabda beliau:
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلَاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya kelemah lembutan (keramah tamahan) tidaklah ada di dalam sebuah perkara kecuali menghiasinya dan tidak dicabut (kelemah lembutan) dari sesuatu kecuali memburukkannya” (HR. Bukhori dan Muslim)
- Jangan ucapkan kata-kata perintah, ungkapkanlah dengan usulan-usulan atau anjuran.
- Perhatikan kesalahan-kesalahanmu sebelum mengoreksi orang lain.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam mengingatkan ada tiga hal yang membinasakan:
فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ , وَهَوًى مُتَّبَعٌ , وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِه
“Adapun tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diikuti dan merasa bangga pada diri sendiri” (Hadits Marfu’ dari Anas bin Malik)
Umar bin Khoththob berkata:
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ
“Hisablah diri-diri kalian sendiri.”
- Sampaikan pujian yang tulus kepada suami setiap kali diberi.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka dia belum bersyukur kepada Alloh (HR. Ahmad dan At-Turmudzi serta dihasankan olehnya)
Dalam riwayat Aisyah Rodhiyallohu `anha Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَن صُنِع إِلَيهِ مَعرُوفٌ فَليُكافِئ بِهِ فَإِن لَم يَستَطِع فَليَذكُرهُ ومَن ذَكَرَهُ فَقَد شَكَرَهُ
“Barangsiapa yang diberi suatu kebaikan maka hendaknya membalasnya dengan yang setara, jika tidak mampu, maka hendaknya menyebutkan kebaikannya, maka barangsiapa yang menyebutkannya maka sungguh telah mensyukurinya.” (HR. Ahmad)
- Jangan sekali-kali berdusta.
Tidakkah kita ingin mendapatkan jaminan Nabi untuk mendapatkan rumah di surga kelak? Apalagi Nabi secara khusus juga telah melarang kedustaan dalam sabda beliau:
إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ
“Jauhilah oleh kalian kedustaan.”
- Jauhi debat kusir dan perdebatan.
Tidakkah kita ingin jaminan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam rumah di dasar surga?
- Jauhi sifat pelit.
Pelit atau bakhil merupakan salah satu sifat yang membinasakan. Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ , وَهَوًى مُتَّبَعٌ , وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِه
“Adapun tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsuyang diikuti dan merasa bangga pada diri sendiri” (Hadits Marfu’ dari Anas bin Malik)
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut anda akan mengetahui apakah memiliki sifat pelit ataukah tidak.
- Apakah anda menunaikan zakat?
- Apakah kehadiran tamu waktu makan adalah sebuah kenikmatan?
- Apakah anda memberikan hadiah untuk kelahiran tanpa melihat balasannya?
- Apakah wajah suamimu memerah karena banyaknya ucapan manismu kepadanya?
- Tidak ada istilah berikut ini di rumahmu: “Ini milikku, Itu milikmu”
- Ketika anda mendengar amal khoir (pembangunan masjid, tanggungan anak yatim, pembangunan pondok pesantren, …..) anda menjadi orang terdepan yang ikut menyumbang.
Jika kebanyakan jawaban anda adalah “Tidak” maka kita katakan pada anda: “Buang sifat pelit anda”!
- Jauhi sifat dengki dan hasad
Nabi n memperingatkan ummatnya dari sifat yang buruk ini dalam sabda beliau:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah oleh kalian sifat hasad, sesungguhnya hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
Betapa indah dunia jika di dalamnya berupa manusia yang berakhlak baik. Betapa berbahagia seorang suami bila istrinya adalah seorang yang sholihah lagi berakhlaq karimah. Semoga Alloh menganugerahkan akhlaq baik kepada kita, keluarga kita dan orang-orang yang disekitar kita.
- Referensi: Al-Mar’ah Al-Mitsaliyah karya Nûroh al-Umar dan lain-lain.
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 07 Tahun 03
Leave a Reply