BEKAL MENUJU AKHIRAT (BAGIAN 2)

bekal menuju akhirat 2

BEKAL MENUJU AKHIRAT (BAGIAN 2) – pembahasan ini merupakan lanjutan dari pembahasan sebelumnya yang bisa dibaca pada tautan berikut: BEKAL MENUJU AKHIRAT (BAGIAN 1)
Segala puji hanya milik Allah Azza wajalla yang telah memberikan nikamat hidup dan sehat serta menghidupkan kita dalam kondisi muslim, shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alihi wa Sallam, para sahabatnya dan orang orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. para pembaca semoga dirahmati Allah Azza wa jalla, sadarkah anda bahwa kehidupan saat ini merupakan kehidupan yang sementara dan masih ada kehidupan yang hakiki, yaitu kehidupan akhirat yang mana pada hari kiamat kelak ada kalanya tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak, kecualai anak yang shalih dan harta yang dibelanjakan dijalan Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

Artinya: “Pada hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak (88) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (89)”. (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)

Semua manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya di dunia, tidak ada saudara, orangtua dan teman yang dapat menolongnya, bahkan bisa jadi mereka lari darinya dan dia lari dari mereka, Na’udzubillahi mindzalik.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37)

Artinya: “pada hari itu manusia lari dari saudaranya (34) dan dari ibu dan bapaknya (35) dan dari istri dan anak-anaknya (36) setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya (37)”.  (QS. Abasa: 34-37).

 

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah Azza wa Jalla,  sejatinya kita hidup didunia ini sedang melakukan perjalanan menuju kehidupan akhirat ingatlah nasihat Rosulullah kepada  ibnu umar beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل، وكان ابن عمر يقول إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك لموتك

Artinya:  “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara.” Ibnu Umar juga berkata: ‘Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416)

Para ulama’ menjelaskan tentang hadist ini diantaranya:

Al – manawi rohimahullah berkata “ hadist ini merupakan hujjah atau dalil agar seseorang tidak panjang angan-angan dan tidak menjadikan dunia sebagai tumpuan dan tujuan hidupnya, bahakan seharusnya dia dalam kehidupan dunia ini memandang sebagai orang yang sedang melakuakn perjalanan, sebagaimana ini merupakan wasiat umat-umat terdahulu untuk zuhud terhadap dunia, dan berpaling dari kemegahan, kesenangan dunia[1].

Berkata syikh abdul muhsin bin hamad al-badr hafidzahullah: al-gharib pada hadist diatas adalah tinggal atau diam sebentar di suatu tempat tinggal untuk memenuhi keinginannya, kemudian bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut. Adapun aabiri sabil adalah: adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan melintasi Negara tanpa berhenti atau tinggal disana sampai menyelesaikan perjalanannya ke tempat tujuan. dan darul gharabah disini adalah dunia dengan tujuan perjalanan menuju akhirat[2].

Faidah hadist:

  1. Anjuran agar zuhud terhadap dunia, tidak panjang angan-angan, mempersiapkan bekal menuju kematian.
  2. Tidak menjadikan duia sebagai tujuan hidup.
  3. Mendorong untuk segera beramal sholih.
  4. Berusaha menjaga dan menata waktu dan tidak menyia-nyiakannya.

Alllah Azza wajalla memerintahkan hamba-hambanya untuk berbekal sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197)

Artinya: “dan berbekallah kalian, sungguh sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Bekal yang sebenarnya harus dipenuhi di dunia dan di akhirat adalah bekal takwa, ini adalah bekal yang harus dibawa untuk menuju negeri akhirat yang kekal nan abadi. Bekal ini dibutuhkan untuk menggapai kehidupan yang sempurna dan penuh kelezatan yaitu negeri akhirat, Siapa saja yang meninggalkan bekal ini, perjalanannya akan terputus dan akan mendapatkan berbagai kesulitan, bahkan ia tak bisa sampai pada negeri orang yang bertakwa (yaitu surga).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman: 92)

Sebagaimana telah kami bahas bekal-bekal menuju akhirat bagian satu yaitu: 1). beriman dan beramal shalih, 2). mengajarkan ilmu, 3). Membangun masjid, dan berikut ini dengan mengharap ridha dari Allah Azza wa jalla insyaallah akan kami bahas bekal ke 4, 5,dan 6.

Bekal-bekal menuju akhirat:

  1. Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu syar’i merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim dan musliamah, menuntut ilmu syar’i merupakan salah satu jalan untuk menggapai hidayah dan Tidak diragukan bahwa menuntut ilmu syar’i merupakan bekal menju akhirat, yang mana dengan mempelajari ilmu syar’i dengan benar, seseorang akan paham tentang agamanya, mengetahui dan menguasai bagaimana seharusnya dia menghambakan diri terhadap Allah Azza wa Jalla, menuntut ilmu syar’i merupakan salah-satu jalan untuk menuju surga, Rosulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699(

  1. Belajar Al-quran dan mengajarkannya.

Belajar Al-quran merupakan kewajiban bagi setiap muslim, mengapa demikian? karena Al-quran sebagai pedoman didalam beragama, dan sebagai pedoman dan rambu-rambu didalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, bermuamalah dan bahkan dalam semua Hal. Selain itu mempelajari Al-quran merupakan Amalan yang sangat utama dan mulia, sebagaimana orang yang mempelajari Alquran disanjung dan dipuji, Rosulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari : 5027)

bahkan orang yang mempelajari Al-quran dia akan senantiasa mendapatkan pahala disetiap huruf yang dia baca Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف

Artinya: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi:2910, dan berkata syaikh Al-albani hadist ini shahih).

  1. wakaf Al-qur’an.

Wakaf Al-quran merupakan perbuatan yang sangat mulia dan termasuk amal jariyah yang mana dengan berwakaf Al-qur’an seseorang akan terus-menerus mendapatkan paha. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

Artinya: “Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah: Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, Anak shalih yang ia tinggalkan, Mushaf Al Qur’an yang ia wariskan, Masjid yang ia bangun, Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, Sungai yang ia alirkan, Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup, Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 242, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)[3]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih” (HR. Muslim no. 1631)

Para pembaca semoga dirahmati Allah, setelah kita mengetahui beberapa bekal menju akhirat, semoga kita diberikan hidayah untuk mengamalkannya dan dijadikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, barokallahu fiikum.

 

Sumber artikel:

kitab Al-fawaid al-mantsurah, abdur-rozzaq bin abdil muhsin al-badr, dar al-munghni, 2004.

Kitab fathu qawiyul matiin fi syarhi al-arbaina wa tatimah khamsiin, Abdul muksin bin hamad Al-abbad Al-badr, dar ibnu qoyyim, 2018.

Penulis: Jupriyanto, pengajar Pondok pesantren darul quran wal-hadist.

[1] ). Kitab faidul qodir halm:6421

[2] ) kitab fathu qawiyul matin fisyarhi Al-arbaina wa tatimah khamsiin: halm 131-132

[3] ). Al-fawaid al mansturah halm: 14

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.