Tips Mengatasi Maksiat Dan Dosa

tips mengatasi maksiat dan dosa

Tips Mengatasi Maksiat Dan Dosa – Di antara penyakit yang banyak menjangkiti kaum muslimin dalam kehidupan fana ini adalah penyakit syahwat (gejolak hawa nafsu). Ia merupakan penyakit kronis dan mematikan, yang akibatnya sangat berbahaya. Ia merusak hati dan juga menggrogoti badan. Orang yang dikuasai penyakit syahwat akan terseret menuju kebinasaan, dan menjadikannya hidup terhimpit dan tak tentu arah. Ini bila ia tidak tertolong oleh rahmat Allah Azzawajalla dengan menempuh sebab-sebab untuk mengentaskan diri darinya.

Setelah tahu mara bahaya penyakit akut ini serta akibatnya yang sangat berat, juga setelah menyadari bahwa kenikmatannya hanya sesaat, selanjutnya hanya penyesalan dan kesedihan, banyak orang yang bertanya-tanya: Bagaimana cara mengentaskan diri dari hawa nafsu ini? Apa tips dan kiat untuk menjauhkan diri dari maksiat dan prilaku mungkar, dosa dan hal-hal yang diharamkan? Bagaimana cara untuk mengatasi maksiat baik di kala sendiri maupun di keramaian?

Imam Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata:

Telah sirna kenikmatan yang digapai orang yang telah mengecapnya

Dari kehidupan ini, dan hanya kehinaan dan cela yang tersisa

Kesudahannya yang buruk akan terus ada mendera

Apalah arti kenikmatan kalau hanya neraka kesudahannya?!

Maka kita bisa menjawab pertanyaan ini dengan jawaban berikut:

Itu sebenarnya mudah bagi orang yang di beri taufiq oleh Allah, dan ia mengikhlaskan niatnya, berusaha dengan gigih dan tulus, serta meniti jalan dan cara, yang dengan pertolongan Allah Azzawajalla itu akan menjauhkannya dari hal-hal yang diharamkan, sekaligus bisa mendekatkannya kepada Allah Yang Maha menerima taubat.

Di antara cara atau jalan tersebut yang paling efektif adalah:

A. Bertaubat

Taubat merupakan asas dasar setia keberhasilan dan sumber setiap kebahagiaan. Allah Azzawajalla berfirman:

وَتُوبُوآْإِلىَ آللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ آلْمُؤْمِنُو نَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur/24:31)

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, Surat ini termasuk dalam jajaran surat Madaniyyah. Allah Azzawajalla mengarahkan ayat ini kepada orang-orang beriman dan makhluk pilihan-Nya agar mereka bertaubat kepada-Nya setelah mereka beriman,bersabar,berhijrah dan berjihad. Kemudian Allah Azzawajalla menautkan (menggantungkan) keberuntungan mereka dengan bertaubat, yaitu ditautkannya musabbab (hal yang disebabkan, hasil atau akibat) dengan sebabnya. Allah Azzawajalla menggunakkan lafadz la’alla yang mengindikasikan makna pengharapan (tarajji), untuk menandakan bahwa bila kalian bertaubat, maka kalian diharapkan mendapatkan keberuntungan. Sehingga tidak ada yang mengharapkan keberuntungan kecuali orang-orang yang bertaubat. Semoga Allah Azzawajalla menjadikan kita termasuk bagian dari mereka[1].

B. Doa

Doa merupakan obat paling agung dan terapi paling mujarab untuk setiap bencana, Allah Azzawajalla telah memerintahkan kita untuk berdoa, dan Allah Azzawajalla telah menjamin Dialah yang akan mengabulkannya, sebagai bentuk anugerah-Nya. Ini bila syarat-syaratnya terpenuhi, seperti tulus dalam niatnya dalam menjauhi dosa. Allah Azzawajalla berfirman:

وَقاَلَ رَبُّكُمُ اُدْعُونِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Qs.Ghafir/40:60)

Syaikh as-sa’di Rahimahullah berkata, “ini adalah kelembutan dan nikmat agung Allah Azzawajalla terhadap hamba-Nya. Allah Azzawajalla menyeru mereka menuju hal yang di sana terdapat kebaikan mereka dalam agama maupun dunia mereka. Allah Azzawajalla memerintahkan agar mereka berdoa kepada-Nya, yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Allah Azzawajalla menjanjikan akan mengabulkan permintaan mereka, dan mengancam mereka yanh sombong tidak mau menyeru kepada-Nya.

اِنَّ آلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَا دَتِى سَيَدْ خُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir/40: 60)

Mereka dalam keadaan terhina,telah terhimpun dalam diri mereka siksa dan juga penghinaan, sebagai bentuk balasan atas kecongkakan mereka.[2]

C. Mengingat dan menyadari bahwa Allah Azza  wajalla senantiasa mengawasi gerak-gerik

Allah Azzawajalla senantiasa melihat hamba-Nya,tahu apa yang ia tampakan ataupun sembunyikan. Tak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah Azzawajalla,sekecil apapun ataupun seberapapun kadarnya.

Syaikh as-Sa’di Rahimahullah berkata, “Allah Azza wajalla adalah ar-Raqib: yaitu yang mengetahui apa-apa yang ada di hati, juga mengetahui segala rahasia dan segala yang tidak tampak di alam. Dia mengawasi segala amalan hamba sepanjang waktu,Yang tahu dengan detail segala sesuatu,yang melingkupi segala hal. Tak ada sesuatu apapun yang tersembunyi bagi Allah Azzawajalla, sekecil apapun. Yang mengetahui segala yang disembunyikan hati, baik berupa niat yang baik ataupun keinginan yang merusak.[3]

D. Menjauh dari maksiat,sekecil apapun bentuknya

Ketika seseorang menerjang suatu maksiat, hendaknya ia menghadirkan dalam hatinya bahwa ia bermaksiat terhadap dzat yang agung. Hendaknya ia memikirkan ancaman berat terhadap orang yang menerjang maksiat tersebut. Sebab hati yang penuh dengan rasa takut kepada Allah Azzawajalla, dan juga mengingat keagungan dan kebesaran-Nya, merupakan sebab terbesar untuk menjauhkan diri dari maksiat. Bila Kita perhatikan,kita dapatkan bahwa tidaklah suatu dosa dilakukan; dan tidaklah makhluk lancang menerjang batasan-batasan Allah Azzawajalla, melainkan setelah hilangnya rasa takut kepada Allah Azzawajalla dari hati.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Rasa takut kepada Allah (al-khauf) adalah pertanda sahihnya iman. Hilangnya rasa takut dari hati, itu pertanda hengkangnya iman dari hati.”[4]

Al-Munawi Rahimahullah berkata,”Bila hati penuh dengan rasa takut kepada Allah Azzawajalla, maka semua anggota badan pun akan batal melakukan maksiat. Kelancangan menerjang maksiat itu sesuai dengan kadar sedikitnya rasa takut kepada Allah Azzawajalla dalam hati. Bila rasa takut ini menipis sekali, dan ghaflah (kelalaian) telah mendominasi, maka itu adalah di antara tanda kesengsaraan.”[5]

E. Berjuang melawan hawa nafsu, dan bersabar dan mengharap pahala-Nya

Yaitu dengan mengolah dan melatih hati untuk mau melakukan ketaatan dan menjauhi kemungkaran. Sebab nafsu seseorang itu banyak memerintahkan dirinya untuk melakukan keburukan. Dan nafsu seseorang itu adalah sumber setiap keburukan yang menimpa manusia.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang tahu hakikat jati dirinya dan juga tahu akan tabiat alamiahnya, ia pun tahu bahwa nafsunya adalah sumber setiap kejahatan dan sarang setiap keburukan.”[6]

Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata,”Berjuangnya seseorang melawan hawa nafsu (mujahadah), itu adalah di antara hal yang paling berat. Dan tidak akan terwujud jihad melawan pihak lain, melainkan dengan berjihad melawan hawa nafsunya terlebih dahulu. Berjihad melawan nafsu terwujud ketika seseorang berjihad melawan nafsunya dalam melakukan dua hal:

1. Melakukan ketaatan

2. Meninggalkan kemaksiatan

Ini karena melakukan ketaatan itu berat bagi diri seseorang, kecuali yang Allah ringankan. Demikian juga meninggalkan kemaksiatan. Sehingga jiwa manusia perlu untuk bermujahadah, lebih-lebih lagi saat keinginan untuk berbuat begitu minim. Manusia menanggung beban sangat berat dalam dirinya untuk menggiring dirinya untuk melakukan kebaikan.[7]

Dan orang yang niatnya tulus dan jujur dalam bermujahadah melawan nafsunya, hendaknya ia tahu bahwa Allah Azzawajalla tidak akan menyia-nyiakannya. Dan dengan pertolongan-Nya, Allah Rahimahullah akan memberinya taufiq untuk bisa mengatasi dirinya dan mengekang hawa nafsunya; dan menjadikan nafsunya tunduk terhadap perintah-perintah Allah Azzawajalla. Allah Azzawajalla berfirman (yang artinya) : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. (QS. Al-Ankabut/29:69)

Asy-Syaikh Asy-Syinqithi Rahimahullah berkata: Allah Azzawajalla menyebutkan dalam surat ini bahwa orang-orang yang berjihad (mujahadah) di jalan-Nya, maka Allah akan menuntun mereka menuju jalan-jalan kebaikan dan petunjuk, dan Allah Azzawajalla bersumpah atas hal tersebut.[8]

F. Mengingat bahwa kematian bisa datang setiap saat

Saat menerjang maksiat dan kemungkaran, hendaknya mengingat-ingat bahwa penghancur kenikmatan dan pencerai-berai kebersamaan (yaitu kematian) bisa saja menimpa kapanpun juga. Lalu, bagaimana pula bila kematian mendatangi seseorang saat ia tengah melakukan hal yang diharamkan?! Saat ia tenggelam dalam syahwat?!

Bagaimanakah keadaan dirinya saat ia dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan keadaan saat nyawanya melayang?!

Jawaban apakah yang akan ia berikan kepada penciptanya bila ia ditanya tentang perbuatanny, dan mengapa ia begitu lancang menerjang hal-hal yang haram?! Kita memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah Azzawajalla.

Maka sudah menjadi kewajiban kita wahai pembaca yang budiman agar kita tidak berpanjang angan, agar kita tidak terpedaya dengan kesehatan dan usia muda kita. Karena bila kematian telah tiba, maka ia tidak lagi pilih kasih, tidak membedakan mana yang sehat mana yang sakit, mana yang kecil dan mana yang tua?!

Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata: Orang tidak tahu kapan ajal mengejutkannya, wajib atasnya untuk selalu siap sedia, dan tidak terpedaya dengan masa muda dan kesehatan. Karena sebab kematian yang paling sedikit adalah karena umur telah tua renta; sedangkan yang paling banyak meninggal adalah orang-orang muda (artinya kebanyakan orang meninggal adalah saat masih muda).[9]

Inilah beberapa sebab imani yang paling efektif, yang dengan izin Allah Azzawajalla, melalui berbagai cara tersebut kita bisa mengalahkan kemaksiatan dan dosa. Maka kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, begitu pula agar kita mendorong orang lain untuk merealisasikannya.

Kita memohon kepada Allah Azzawajalla dengan Asmaul Husna-Nya dan juga sifat-sifat-Nya yang agung, agar dia memberi taufiq kepada kita semua untuk berada dalam kebenaran; dan agar membimbing kita untuk bisa merealisasikan sebab-sebab dan langkah-langkah tersebut.[]

Referensi :

Majalah As-sunnah , EDISI 06/TAHUN.XXII/SHAFAR 1440H/OKTOBER 2018M, Tips Mengatasi Maksiat dan Dosa

Di ringkas oleh :

Lailatul fadilah (pengajar di ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits Oku Timur)


[1]  Madarij as-salikin 1/178

[2]  Tafsir As-Sa’di 1/740

[3]  Fathur Rahim al-Malik Al-‘Allam hlm.58.

[4]  Madarij as-Salikin 1/515

[5]  Faidhul Qadir 2/132

[6]  Madarij as-Salikin 1/220

[7]  Syarh Riyadhus Shalihin 2/51

[8]  Adhwa’ul Bayan 6/163

[9]  Shaidul khathir hlm.63

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.