PERJALANAN SETELAH KEMATIAN (Bagian I). Bismillah walhamdulillah, Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada dalil yang secara nash menyebutkan urutan kehidupan setelah kematian, akan tetapi pembagian tersebut merupakan ijtihad para ulama yang terkadang ada beberapa di antara para ulama yang berbeda dalam urutan tersebut, akan tetapi urutan di atas adalah urutan secara global. Sebelum kematian tentunya ada kehidupan. Adapun kehidupan seseorang hanya sebentar antara 60 hingga 70 tahun.
Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
Artinya:
“Umur umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit di antara mereka yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi 5/553 no. 3550)
Rata-rata seseorang ketika berumur enam puluh tahun dan belum mencapai tujuh puluh tahun, mereka telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ini menjelaskan kepada kita bahwasanya kehidupan kita di dunia ini sangat sebentar dibandingkan dengan perjalanan kita menuju surga atau neraka. Karena untuk masa yang akan dilalui di padang mahsyar saja sudah sangat lama.
Kata Allah Subhaanahu wa Ta’ala dalam Alquran,
تَعْرُجُ ٱلْمَلَائِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
”Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al Ma’aarij: 4)
Kalau padang mahsyar yang satu harinya sebanding dengan lima puluh ribu tahun, maka apa bandingannya dengan umur seseorang di dunia yang walaupun sampai sembilan puluh tahun? Maka sekali lagi ini menunjukkan bahwa kehidupan kita di dunia ini hanya sebentar. Yang perlu untuk kita renungkan adalah kehidupan kita yang panjang setelah kematian, yang tak berujung dan merupakan kehidupan yang abadi.
Bagaimanapun juga seseorang yang hidup pasti akan meninggal dunia. Terlebih lagi Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِير
Artinya:
“(Dikatakan kepada mereka) Bukankah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (bukankah) telah datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir :37)
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa di antara tafsiran para salaf dalam ayat ini adalah peringatan yang telah datang kepada seseorang adalah uban. Sehingga jika telah ada uban pada diri seseorang, ketahuilah bahwa itu adalah peringatandari Allah Subhaanahu wa Ta’ala bahwa dia akan dipanggil menghadap Allah.
Seseorang tatkala semakin tua, maka dia pasti akan merasakan kelemahan, baik dari segi penglihatannya, pendengarannya, kekuatan fisiknya, dan yang lainnya. Ketahuilah bahwa ini adalah bagian dari rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala agar seseorang sadar bahwasanya dia akan kembali ke titik nol yaitu meninggal dunia. Seandainya seseorang dalam kehidupannya tetap merasa kuat, maka dia akan sombong dan lupa akan kematian.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
Artinya:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’: 78)
Dalam ayat lain, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jum’ah: 8)
Oleh karenanya seseorang harus memikirkan tentang kehidupannya setelah kematian. Dan ingatlah bahwa kematian akan datang dengan berbagai macam cara yang Allah kehendaki. Kematian bisa datang melalui gempa, tsunami, sakit, kecelakaan, dan yang lainnya. Dan kematian lebih sering datang tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Maka inilah kehidupan kita yang hanya sedikit, yaitu sekitar enam puluh sampai tujuh uluh tahun, kemudian kita akan masuk pada fase kehidupan berikutnya yaitu fase Yaumul Akhir yang dimulai dengan kematian.
- KEMATIAN
Kematian terjadi tatkala telah datang malaikat maut yang mencabut nyawa seseorang. Adapun pencabutan nyawa dari diri seseorang bisa terjadi secara keras, atau dengan cara yang lembut sebagaimana cara pencabutan nyawa orang beriman.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرْقًا وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًاۙ
Artinya:
“Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut.” (QS. An-Nazi’at : 1-2)
Adapun orang yang beriman, nyawanya keluar dari tubuhnya dengan lembut dan begitu mudahnya sebagaimana air yang keluar dari cerek.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: “Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia,menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik (jiwa yang tenang) keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya”. Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi.” (HR. Ahmad 4/287 no. 18557)
Oleh karena itu kita berharap semoga Allah mencabut nyawa kita dalam keadaan husnul khatimah, yaitu nyawa kita dicabut saat kita sedang melakukan ketaatan. Dan jangan sampai nyawa kita dicabut oleh Allah dalam keadaan bermaksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Berhati-hati dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kematian yang su’ul khatimah.
- Alam Barzakh (Alam Kubur)
Setelah seseorang meninggal dunia, maka seseorang akan masuk pada alam barzakh, dalam bahasa Arab, barzakh artinya perantara, yaitu perantara antara alam dunia dengan alam akhirat. Alam barzakh termasuk bagian dari alam akhirat,sehingga maksud yang benar adalah alam barzakh merupakan alam di antara alam dunia dengan alam setelah hari kebangkitan.
Fase ini sering disebut sebagai alam kubur karena kebanyakan orang dikubur setelah meninggal dunia. Padahal asalnya seseorang yang meninggal dunia telah masuk ke alam barzakh meskipun dia tidak dikubur,dan dalil yang paling kuat yang menunjukkan akan hal ini adalah kisah fir’aun. Sebagaimana kita ketahui bahwa Fir’aun dan bala tentaranya yang meninggal di laut merah, banyak dari mereka jasadnya tidak dikubur, bahkan jasad Fir’aun diselamatkan oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
فَٱلْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنْ ءَايَٰتِنَا لَغَٰفِلُونَ
Artinya:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia tidak memperhatikan dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92)
Maka meskipun jasad Fir’aun dan bala tentaranya diselamatkan dan tidak dikubur, namun mereka saat ini sedang disiksa oleh Allah dengan siksa kubur. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
ٱلنَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدْخِلُوٓا۟ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ ٱلْعَذَابِ
Artinya:
“Mereka diperlihatkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghafir : 46)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Fir’aun dan kaumnya akan diberikan siksa yang lebih pedih. Maka saat ini mereka sedang diadzab di alam barzakh, meskipun jasad mereka tidak dikubur. Oleh karenanya siapapun yang meninggal dunia dan dalam model apapun, maka dia akan masuk dalam suatu alam bernama alam barzakh. Sehingga tidak ada dalam islam istilah ruh yang bergentayangan.
Ketika berada di alam barzakh, seseorang akan mengalami fitnah kubur, dari fitnah kubur tersebut, jika seseorang selamat darinya, maka dia akan merasakan nikmat kubur. Akan tetapi jika seseorang gagal dalam fitnah kubur tersebut, maka dia akan merasakan azab kubur. Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah pertanyaan-pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Semua orang yang meninggal akan ditanya oleh malaikat, kecuali orang yang mati syahid. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا بَالُ الْمُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ إِلَّا الشَّهِيدَ؟ قَالَ: كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ
عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً
Artinya:
“Wahai Rasulullah, mengapa kaum mukminin diuji di dalam kuburan mereka kecuali orang yang mati syahid?” Rasulullah menjawab, “Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya (ketika berjihad) sebagai ujian baginya.” (HR. An-Nasa’i 4/99 no. 2053)
Maka adapun orang mukminin secara umum akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir. Adapun pertanyaan tersebut adalah tentang siapa tuhanmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Dan ketika itu seseorang tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan hafalan, melainkan dengan keimanan. Oleh karena itu hendaknya seseorang meminta kepada Allah agar dimudahkan dalam menjawab pertanyaan para malaikat kelak di alam barzakh. Karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ
وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
Artinya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Di antara ucapan yang Allah kokohkan dari orang-orang beriman dalam ayat ini adalah ucapan tatkala menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Allah akan mengokohkan orang beriman untuk menjawab dengan jawaban bahwa Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam, dan nabiku adalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karenanya jawaban yang akan diberikan kepada malaikat kelak bukan berdasarkan hafalan. Jika pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan hafalan, maka semua orang akan bisa menjawab pertanyaan malaikat dengan jawaban yang sesuai, bahkan orang kafir sekalipun. Akan tetapi seseorang di alam barzakh hanya mampu menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir sesuai dengan keimanan karena saking dahsyat dan mengerikannya malaikat Munkar dan Nakir. Sehingga mereka ketakutan dan tidak bisa menjawab dengan hafalan-hafalan mereka.
Bahkan disebutkan dalam hadits bahwa tatkala malaikat telah bertanya kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik dengan tiga pertanyaan, mereka tidak bisa menjawab. Dalam hadits disebutkan,
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ: لَهُ مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي، فَيَقُولَانِ لَهُ:
مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي، فَيَقُولَانِ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ
هَاهْ، لَا أَدْرِي
Artinya:
“Dan saat itu datanglah kedua malaikat seraya mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapa Rabbmu?” ia menjawab, “Hah, hah, hah, aku tidak tahu.” Maka malaikat bertanya lagi, “Apa agamamu?” ia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu.” Malaikat bertanya lagi, “Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian?” ia menjawab, “Hah, hah, saya tidak tahu.” (HR. Abu Daud 4/240 no. 4753)
Oleh karenanya yang menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir adalah keimanan, maka jika keimanan seseorang bisa menawab pertanyaan malaikat, maka dia akan mendapatkan nikmat kubur, akan tetapi sebaliknya jika seseorang tidak mampu menjawab pertanyaan malaikat, maka akan mendapatkan azab kubur.
Inilah fase alam barzakh yang seseorang akan menanti lebih lama sampai datangnya hari kiamat. Dan di alam barzakh ini hanya akan diberikan antara dua hal kepada seseorang, jika dia tidak diberikan nikmat, maka pasti dia akan merasakan azab.
Bersambung Insyaa Allah
Sumber:
kitab Perjalanan Setelah Kematian Karya Ustadz Firanda Andirja
Ditulis ulang / diringkas oleh Nurmimi Haria Putri
Baca juga:
Leave a Reply