Manusia adalah tempatnya dosa dan salah. Sehingga tidak ada seorangpun yang tidak butuh taubat. Taubat merupakan ibadah yang harus senantiasa menemani seorang hamba sejak awal dia hidup hingga akhir hayatnya. Kesempatan untuk bertaubat berlangsung sepanjang masa hingga ajal tiba atau matahari terbit dari barat. Taubat merupakan tujuan setiap mukmin dan pemenuhan hak Allah Subhanahu Wata’ala paling agung setelah tauhid, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala kepada Nabi Muhammad,
فاعلم أنه, لا الله واستغفر لذ نبك وللمؤ منين والمؤ منت والله يعلم متقلبكم ومثو ىكم
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (Yang Hak) melainkan Allah Subhanahu Wata’ala dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah Subhanahu Wata’ala mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggal.” (QS. Muhammad: 19)
Cara Mudah Bertaubat
Seorang hamba secara mutlak selalu butuh taubat dan istighfar dalam setiap waktu dan kondisi. Jika Nabi saja di perintahkan untuk menutup amal-amalnya dengan taubat dan istighfar, maka tentu selain Nabi lebih butuh lagi. Siapapun pasti pernah terjatuh ke dalam dosa dan melakukan kesalahan, apalagi iblis telah bersumpah dengan kemuliaan Allah Subhanahu Wata’ala bahwa dia tidak akan berhenti menyesatkan anak Adam selama ruh masih di kandung badan, sementara senantiasa menerima taubat hambaNya selagi mau memperbaiki kesalahannya secara tulus dan menutupinya dengan beramal shalih.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وهو الذى يقبل التوبة عن عباده, ويعفوا عن السيئات ويعلم ما تفعلون
Artinya: “Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang Anda kerjakan.” (QS. Asy-Syura: 25).
Waktu taubat bermula ketika hati telah tersentuh oleh keagungan Rabb-nya, kemudian ditegaskan kembali dengan cara meniti jalanNya untuk sampai kepada ridhaNya. Dan Dia perintahkan mereka menitinya,
وأن هذاصرطى مستقيما فا تبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذ لكم وصكم به لعلكم تتقون
Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153)
Seorang hamba harus bertaubat sebelum kematian atau sakit menyapanya, sehingga taubatnya mampu menumbuhkan kebaikan daam hatinya selama dia masih menyandang stsatus mukallaf. Ketika harapan taubat masih tersisa, dan penyesalan masih berguna, hendaknya seorang hamba bertekad bulat untuk meninggalkan dosa dan tetap istiqamah menjalani taubat dan istighfar.
Jangan Buang Waktu
Kita tidak boleh membuang-buang waktu untuk maksiat, menyia-nyiakan umur untuk mengerjakan yang tidak bermanfaat, dan menelantarkan kewajiban agama tanpa batas, padahal hidup dan umur sangat terbatas. Masuklah Islam wahai orang-orang kafir dan bertaubatlah wahai orang-orang Muslim yang bergelimang dosa sebelum ajal tiba atau Hari Kiamat datang. Sedangkan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
هل ينظرون إلا أن تأتيهم الملىكة أو يأ تى ربك أو يأتى بعض ءايت ربك يوم يأتى بعض ءايت ربك لا ينفع نفسا إيمنها لم تكن ءامنت من قبل أو كسبت فى إيمنها خيرا قال انظروا إنا منتظرون
Artinya: “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu.[1] Pada hari datanganya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yag belumm beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, “Tunggulah olehmu sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).” (QS. Al-An’am: 158).
Imam ath-Thabari berkata, “ Keimanan orang kafir tidak bermanfaat setelah datangnya tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu matahari terbit dari barat.”[2]
Dari Shafwan bin Assal, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
إن من قبل مغرب الشمس بابا مفتو حا عرضه سبعون سنة فلا يز ال ذلك الباب مفتو حا للتو بة حتى تطلع الشمس من نحوه, فإ ذا طلعت من نحوه لم ينفع نفسا إيما نها لم تكن ا منت من قبل أو كسبت في إيما نها خيرا.
Artinya; “Sesungguhnya dari arah terbenamnya matahari terdapat satu pintu yang terbuka. Lebarnya selebar perjalanan tujuh puluh tahun. Pintu itu senantiasa terbuka untuk taubat hingga matahari terbit dari arahnya. Jika matahari telah terbit dari arahnya, iman tidak lagi bermanfaat bagi jiwa yang sebelumnya tidak beriman atau melakukan kebaikan dalam imannya.”[3]
Imran bin Hushain berkata, “Ketika matahari terbit dari barat, iman dan taubat tidak diterima, karena pada saat itu terjadi goncangan dahsyat sehingga banyak umat manusia binasa. Siapa yang masuk Islam atau bertaubat pada waktu itu, maka tidak diterima taubatnya. Tetapi bia bertaubat sebelumnya, maka taubatnya diterima.”[4]
Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahuanhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
إن الله ليقبل توبة العبد ما لم يعر غر
Artinya: “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala akan menerima taubat seorang hamba sebelum napasnya berada di tenggorokannya.”[5]
Hentikan berbicara tentang kemaksiatan karena manusia yang paling banyak dosanya adalah hamba yang paling banyak berbicara tentang maksiat, seperti yang dikatakan Salman al-Farisi, “Manusia yang paling banyak dosanya adalah orang yang paling banyak berbicara tentang maksiat kepada Allah.”
Maka bersegeralah menuju taubat sebelum terlambat dan berhati-hatilah terhadap perbuatan dosasebelum seorang hamba yang berbuat dosa berkata seperti dlam firman Allah,
لعلى أعمل صلحا فيما تركت إنها كلمة هو قا ئلها ومن ورا ئهم برزخ إلى يوم يبعثون
Artinya: “Agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-sekali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-mukminun: 100)
Setiap hamba yang bertaubat harus berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar taubatnya diterima dan kesalahannya dihapus, meninggalkan amal yang dibenci Allah Subhanahu Wata’ala menuju amal yang dicintai dan diridhaiNya dan bertaubat secara tululs dan sungguh-sungguh serta tidak akan kembali kepada dosanya. Baran siapa yang tidak mendapati taubat di hatinya sebagaiman di atas, maka hendaklah ia meragukan taubatnya kemudian mengulang kembali taubatnya. Betapa sulitnya taubat hakiki bisa dicapai, dan betapa sering taubat hanya sekedar pengakuan kosong tanpa bukti dalam tindakan. Sehingga, tidak ada sesuatu yang paling sulit dibenahi kecuali taubat yang jujur dan ikhlas.[6]
Agar Tidak Terbelenggu dengan Maksiat
Setiap orang yang memiliki akal yang sehat dan hati nurani yang bersih tentu takut akibat maksiat. Maksiat adalah racun yang mematikan nurani. Maksiat berdampak buruk bagi pribadi dan masyarakat. Akibat pahit maksiat beripat ganda dibandingkan dengan rasa manisnya. Sesungguhnya hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya tidak mengenal istilah nepotisme atau kekerabatan. Allah Subhanahu Wata’ala Maha adil dalam keputusan-Nya, Dia Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, tetapi Dia juga memiliki azab yang sangat pedih. Maka waspadalah!
Nah, unuk menghilangkan kecanduan maksiat, berikut langkah-langkah yang bisa ditempuh seorang hamba yang hendak bertaubat:
Pertama, di antara penyebab seseorang melakukan maksiat adalah kelalaian; penawarnya adalah ilmu. Sehingga, seorang hamba yang hendak bertaubat harus meniti jalan hidayah dengan cara menuntut ilmu, mengajarkannya, mendakwahkannya, dan mengamalkannya. Dan dia harus meyakini bahwa setiap pelanggaran sekecil apapun berbahaya dan wajib ditinggalkan, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
فليحذر الذ ين يخا لفون عن أمره, أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم
Artinya: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yag pedih.” (QS. An-Nur: 63)
Dan dia harus senantiasa mengingat peringatan al-Qur’an al-Karim terhadap para pelaku maksiat, dan merenungkan segala azab dan bencana yang telah menimpa para penentang Allah Subhanahu Wata’ala pada setiap zaman, akibat dosa yang mereka perbuat.
Kedua, berpegang teguh pada agama Allah Subhanahu Wata’ala . Siapa yang berpegang teguh pada agama Allah Subhanahu Wata’ala dan bersandar kepadaNya dalam setiap keadaan, Allah Subhanahu Wata’ala akan melindungi dan membantunya mengalahkan kedua musuhnya, yaitu hawa nafsu dan setan yang terkutuk. Dan Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan pernah menghinakannya selamanya.
ومن يعتصم با لله فقد هدى إلى صرط مستقم
Artinya: “Siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 101).
Kemudian dia harus berpegang kepada tali Allah yaitu al-Qur’an al-Karim, mengamalkan perintah dan hukumnya, menjadikannya sebagai pedoman hidup, selalu merenungkannya dan mengambil pelajaran dari berita-berita yang tertera di dalamnya.
Ketiga, menumbuhkan rasa takut bahwa Allah akan mempercepat siksaNya di dunia, karena seorang hamba bisa terhalang dari rezeki akibat dosa yang dilakukannya. Demikian pula, hendaklah dia takut miskin atau sakit jika dia tidak berhenti melakukan maksiat.
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا ان الله شديد العقاب
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa ornag-orang yang zalim saja diantara kamu dan ketahuilah bahwa Allah Subhanahu Wata’ala Amat keras siksaanNya.” (QS. Al-Anfal: 25).
Keempat, tidak makan atau minum kecuali dari harta yang halal, sebab ibadah bisa tertolak karena makan atau minum dari yang haram. Dan beribadah sambil memakan yang haram bagaikan membangun istana di atas alirna ombak, Rasulullah Subhanahu Wata’ala bersabda,
يا كعب بن عجرة, إنه لا يربو لحم نبت من سحت إلا كا نت النا ر أو لى به
Artinya: “Wahai Ka’ab bin Ujrah sesungguhnya tidaklah daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka paling berhak dengannya.”[7]
Kelima, terus-menerus ingat dan sadar bahwa nanti dia akan berdiri di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mempertanggung-jawab-kan segala ama perbuatannya. Pada hari itu dia akan melihat kelezatan maksiat telah sirna, sementara hukuman atasnya teah tiba. Dengan terus mengingat hal itu, maka dia akan menghalau nafsunya, takut dengan dosa yang di perbuatnya dan memutus semua sebab yang bisa menjauhkannya dari Allah Subhanahu Wata’ala. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وأما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى
Artinya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (QS. An-Nazi’at: 40)
Demikianlah apa yang saya ringkas dari sebuah buku, jika terdapat kekurangan saya mohon maaf.
REFERENSI:
Di Tulis Oleh: Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc. Dari Buku YA ALLAH, AMPUNI AKU Bertaubat Sebelum Terlambat Cetakan Pertama, Shafar 1437 H. / Desember 2015 M. Penerbit Pustaka Imam Bonjol tegar Membina Umat, Istiqamah di Atas Sunnah
Diringkas oleh: Riki Irawan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Footnote:
[1] Maksudnya: Tanda-tanda Kiamat.
[2] Lihat Tafsir ath-Thabari, 8/71.
[3] Hasan: Diriwayatkan Imam Ibnu Majah, dalam Sunannya, no. 4070 dan dihasankan Syaikh al-Albani dalam Shahih sunan Ibnu Majah serta lihat at-Targhib wat Tarhib, al-Mundziri, no.4742.
[4] Lihat Fathul Bari,Ibnu Hajar, 11/400.
[5] Shahih: Diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam sunannya, no. 3537 dan Imam Ibnu Majah dalam sunannya, no. 4253 dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam shahih at-Targhib.
[6] Tahdzib Madarijus Salikin, 1/193
[7] Shahih: Diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam sunannya, no. 6141 dan Imam ad-Darimi dalam sunannya, no. 2674
BACA JUGA:
Leave a Reply