Menghilangkan Penderitaan Sesama Muslim (Bagian 1) –
Didunia setiap manusia berbeda-beda kondisi ekonominya, ada yang kaya ada juga yang miskin, ada yang tua, ada juga yang muda, yang semuanya membutuhkan keperluan hidup untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka dari itu kepedulian dari orang-orang kaya sangat diperlukan, baik dalam bentuk pelaksanaan dalam membayar zakat, atau dalam bentuk bersedekah. Dalam hadits, Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُربَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّر عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، واللهُ في عَونِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
Artinya: ‘Barang siapa yang menghilangkan dari seorang muslim satu penderitaan dari penderitaan penderitaan di dunia, maka Allah akan menghilangkan penderitaannya dari penderitaan-penderitaan hari Kiamat. Barang siapa yang memudahkan bagi orang yang mengalami kesulitan karena terlilit utang, maka Allah akan memudahkan baginya urusan di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib orang Islam, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba tersebut jika seorang hamba menolong saudaranya.” [1]
Hadis ini salah satu di antara pijakan kaidah yang sangat agung yaitu:
الجزاء من جنس العمل
“Balasan sesuai dengan amal perbuatan.”
- Barang siapa yang melakukan kebaikan, maka Allah akan balas dengan kebaikan. Barang siapa yang melakukan keburukan, maka Allah akan balas dengan keburukan Perhatikan hadis ini!
- Barang siapa yang menghilangkan penderitaan orang lain, maka Allah akan menghilangkan penderitaannya.
- Barang siapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya.
- Barang siapa yang menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya.
- Barang siapa menolong seorang hamba, maka Allah akan menolongnya.
Ini semua menunjukkan bahwasanya “balasan seusai dengan perbuatan”.
Hadis ini membicarakan beberapa permasalahan.
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُربَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَة
Artinya: “Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim dari penderitaan-penderitaannya di dunia maka Allah akan menghilangkan penderitaanya pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)
Di sini Rasulullah tidak mengatakan “Allah akan menghilangkan penderitaannya di dunia dan di akhirat”, tetapi Rasulullah hanya mencukupkan “Allah akan menghilangkan penderitaannya di hari kiamat kelak.”
Kenapa bisa demikian? Hal ini dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Rajab al Hanbali dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wal Hikâm, “Karena penderitaan di dunia tidak ada apa-apanya (tidak ada bandingannya) jika dibandingkan dengan penderitaan pada hari kiamat kelak.”
Sesungguhnya penderitaan pada hari kiamat kelak sangatlah berat. Oleh karenanya, Allah menyediakan bagi orang yang menghilangkan penderitaan saudaranya di dunia, basalan istimewa berupa dihilangkannya penderitaannya di akhirat.
Kenapa? Penderitaan di dunia masih bisa dihadapi tapi pendataan di akhirat maka sangat mengerikan. Tidak ada orang yang bisa menghadapi penderitaan di akhirat, kecuali jika ditolong oleh Allah.
Karena dahsyatnya hari itu, sehingga seandainya hal tersebut dilihat olah anak-anak, rambut mereka bisa langsung beruban karena begitu mengerikannya hari tersebut.
Tatkala matahari didekatkan oleh Allah maka manusia bercucuran keringat. Ada yang keringatnya sampai di mata kakinya, ada yang sampai di betisnya, ada yang di pinggangnya, bahkan sampai keringatnya di mulutnya karena hebatnya panas dan penderitaan pada hari tersebut.
Oleh karenanya, Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah. Disini Rasulullah mengkhususkan “Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang mukmin di dunia maka Allah akan menghilangkan penderitaannya di akhirat,” karena penderitaan di dunia masih bisa dihadapi. Adapun penderitaan akhirat siapa yang bisa menghadapinya? Penderitaan dengan berbagai macam model penderitaan. Maka barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang Mukmin, maka dia akan dihilangkan penderitaannya di hari kiamat.
Kata naffasa di dalam hadis diambil dan at-tanfis yang bermakna membantu bernafas. Seakan orang yang mengalami kesulitan sedang tercekik dan sulit bernafas, kemudian diberikan pertolongan agar dapat kembali bernafas dengan normal.
Ini merupakan isyarat bahwasanya ketika seseorang melihat saudaranya mengalami penderitaan, bisa jadi dia tidak menghilangkan penderitaannya secara total, tapi paling tidak dia meringankan Seperti pada contoh di atas. orang yang sebelumnya sulit untuk bernapas, sulit untuk bergerak, tiba siba dia bisa lagi menghembuskan udara nafasnya sehingga dia merasa ringan Oleh karenanya, jika seseorang berusaha membantu saudaranya sensaksimal mungkin maka Allah akan menghilangkan penderitaannya pada hari kiamat.
Meskipun disebutkan bahwa hadis ini menunjukkan al-jaza min jinsil amal (balasan sesuai dengan perbuatan). Namun, pada hakikatnya, amalan kita tidak sebanding dengan pemberian Allah, dengan balasan yang Allah berikan Bayangkan, kita hanya menghilangkan penderitaan seseorang di dunia, tetapi balasannya penderitaan kita di akhirat yang akan dihilangkan Allah. Tentu tidak ada bandingannya antara penderitaan di dunia dengan penderitaan di akhirat.
Sabda Rasulullah diatas:
ومن يشر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة
Artinya: “Barang siapa yang memudahkan seorang yang sedang mengalami kesulitan karena terlilit utang maka Allah akan memudahkan dia di dunia maupun di akhirat.” (HR. Muslim)
Kita tahu bahwasanya meminjam uang itu adalah hal yang diperbolehkan selama bukan merupakan kebiasaannya karena seseorang terkadang mengalami kesulitan dan dia terpaksa meminjam uang. Oleh karenanya, seorang (hendaknya) tidaklah meminjam uang kecuali dalam kondisi terdesak.
Dalam hadis disebutkan bahwa Rasulullah berlindung dari bahaya utang ini. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah berdoa,
اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر، وأعوذ بك من فتنة المسيح الدجال، وأعوذ بك من فتنة المحيا والممات. اللهم إني أعوذ بك من المأثم والمغرم
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari adzab kubur. Dan aku berlindung kepada Engkau dari fitnah al-Masih Ad-Dajjal. Dan aku berlindung kepada Engkau dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari dosa dan utang.” [2]
Apalagi kalau seseorang terlilit utang yang banyak kemudian datang para penagih utang, maka dia akan dalam kondisi yang sangat sulit dan penuh kekhawatiran. Jika dia mengalami kesulitan seperti ini, lantas ada seorang mukmin menolongnya di dunia, maka Allah akan menolongnya di dunia dan di akhirat.
Menghilangkan beban utang bisa dengan beberapa bentuk;
-
Pertama
Misalnya seseorang memiliki utang kepada kita sampai kemudian jatuh tempo pelunasan. Kemudian dia datang kepada kita dengan mengatakan, “Mohon maaf saya belum bisa membayar utang saya Kemudian kita katakan, “Tidak mengapa, ditunda bulan depan saja.”
Kata para ulama penundaan kita atas pembayaran utang orang tersebut kepada kita sudah termasuk ke dalam hadis ini, karena hal itu termasuk memberikan keringanan kepada orang yang berutang.
Dan ini yang disebutkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala,
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ
Artinya: “Jika dia memiliki kesulitan maka tundalah sampai tiba waktu dia mudah untuk membayar.” (QS. al-Baqarah: 280)
Inilah bentuk yang pertama, yaitu memberikan tenggang waktu kepada peminjam sehingga ia berkesempatan untuk melunasi utangnya
-
Kedua
Di antara bentuk menghilangkan kesulitan seorang yang terlilit utang adalah membebaskannya dari sebagian utangnya, yaitu kita menyuruhnya tidak perlu membayar semua utangnya, melainkan sebagian saja. Misalnya, seseorang berutang kepada kita sepuluh juta, maka kita katakan kepadanya, “Sudah, Anda bayar lima juta atau tiga juta saja. Sisanya tidak perlu dikembalikan”
Maka hal seperti ini termasuk memberi keringanan kepadanya Yakinlah bahwa sikap kita dengan mengurangi utang ini pasti akan dibalas oleh Allah di dunia maupun di akhirat. Allah akan mencatat amal kita dan akan memberi balasan di dunia dan di akhirat.
-
Ketiga
Yang terbaik adalah membebaskannya dari seluruh utangnya atau kita lunaskan hutangnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan engkau bersedekah maka itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 280)
Artinya, memberikan kelonggaran waktu untuk membayar utang itu baik dan akan lebih baik lagi kalau utang itu dihapuskan/dianggap lunas. Dalam istilah kita mungkin dengan ungkapan, “Ya sudah, saya ikhlaskan.” Inilah yang lebih baik di dunia dan di akhirat.
Oleh karenanya, telah datang hadis-hadis khusus tentang masalah ini, yaitu bagi orang yang memberi keringanan kepada orang yang terlilit utang. Karena terlilit utang membuat seseorang pusing, sulit untuk tidur karena memikirkan bagaimana cara membayar utang, sementara para penagih menagih terus. Kondisi ini membuat seseorang merasa sangat menderita.
Oleh karenanya, jika seseorang memberi keringanan kepada orang yang berutang, semoga Allah akan menghapuskan (memaafkan) dosa dosanya. Semoga Allah menjauhkan kita dari kesulitan utang dan semoga Allah memudahkan kita untuk membantu orang yang berutang.
Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
ومن ستر مسلما ستر الله عليه في الدنيا والآخرة
Artinya: “Barang siapa yang menutupi dari seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi darinya di dunia dan di akhirat.” [3]
Menutup apa? Objeknya tidak disebutkan dalam hadis, berarti memberikan faedah keumuman. Karenanya, maknanya mencakup seluruh perkara yang seorang muslim tidak ingin diketahui oleh orang lain, baik aib yang berkaitan dengan badannya atau aib yang berkaitan dengan kemaksiatan yang pernah ia lakukan.
Intinya segala perkara yang seorang muslim tidak ingin diketahui oleh orang lain maka hendaknya kita menutup aibnya tersebut, jangan kita sebarkan.
Di dunia, jika dia punya aib, dia akan tertutup, kenapa? Karena dia telah menutup aib saudaranya Terlebih lagi tatkala di akhirat Allah tidak akan mengungkap aibnya di hadapan seluruh manusia. Hadis ini memberi isyarat bahwa Allah sanggup dengan mudah membongkar aib-aib seorang hamba di hadapan hamba-hamba yang lain.
Karenanya dalam hadis hadis banyak disebutkan bagaimana seorang pelaku maksiat akan dibongkar aibnya di hadapan manusia (khalayak) pada hari kiamat kelak.
Maka seseorang yang menutup aib saudaranya, akan ditutup pula aibnya oleh Allah pada hari kiamat. Dan diharapkan jika aibnya ditutup maka akan diampuni oleh Allah . Inilah faedahnya berusaha menutupi aib saudaranya, yaitu dia akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa.
Siapa yang tidak punya aib? Kita semua pasti punya aib. Seandainya Allah berkehendak menyingkap aib kita, tentunya akan terbuka. Amat mudah bagi Allah untuk membuka aib kita. Masih banyak aib-aib kita yang orang lain tidak tahu. Masih banyak maksiat yang kita lakukan tatkala kita bersendirian.
Untuk menutup aib-aib kita itu, maka Rasulullah mengajarkan kepada kita doa,
اللهم استر عوراتي
“Ya Allah, tutuplah auratku,”
Selain dengan doa itu, kita juga diajarkan cara lain menutup aib diri kita, yaitu dengan cara menutup aurat saudara kita, jangan kita sebarkan/ bongkar rahasianya, jangan kita beberkan keburukannya/kekurangannya. Sebaliknya, kita berusaha untuk menutup aibnya.
Yang perlu diingat, menutup aib saudara kita yang terjerumus ke dalam kemaksiatan bukan berarti kita membiarkannya, pura-pura tidak tahu, dan tidak menasihatinya. Akan tetapi, kita tetap menasihatinya secara empat mata atau sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh orang ketiga dan seterusnya. Dengan demikian kita tetap menasihatinya tanpa membuka aibnya.
Hal ini berbeda dengan gibah. Kalau gibah adalah sebaliknya, yaitu membongkar aib. Kita bongkar aibnya di sana dan di sini, kita ceritakan keburukan-keburukannya, maka Allah akan bongkar aib kita juga. Kalau kita menggibah maka kita akan digibahi juga oleh orang lain suatu hari. Belum lagi kalau seandainya Allah membongkar aib kita di akhirat kelak. Oleh karenanya, bukan berarti tatkala kita menutup aib, kita tidak menasihati, tapi kita menasihati dengan cara yang terbaik.
Footnotes:
[1] HR. Muslim no. 2699.
[2] HR. Bukhari no. 833.
[3] HR. Bukhari 2442
REFERENSI:
Dari”KITABUL JAMI’”, penjelasan hadits-hadits adab dan akhlak. Karya Al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A. Ustadz Firanda Andirja Office.
Diringkas oleh Nurul Latifah (Pengajar Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA:
Leave a Reply