
Kesalahan-kesalahan ketika berwudhu – Wudhu memiliki kedudukan yang penting dalam agama kita. Tidak sahnya wudhu seseorang dapat menyebabkan sholat yang ia kerjakan menjadi tidak sah, sedangkan sholat adalah salah satu rukun Islam yang tidak dapat ditoleransi lagi. Oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk memperhatikan bagaimana dia berwudhu.
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin pada tata cara berwudhu diantaranya:
Kesalahan ke dua puluh dua: Perkataan sebagian orang kepada sebagian yang lain, ‘’Zamzam” setelah berwudhu
Kita menyaksikan banyak orang yang ketika selesai dari wudhu, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Zamzam”, seakan-akan dia baginya agar dapat minum air zamzam. Padahal perkataan tersebut tidak ada asal usulnya dari Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Akan tetapi yang merupakan amalan sunnah yang seharusnya diucapkan seseorang setelah berwudhu adalah apa yang telah diriwayatkan secara shahih dari Nabi, bahwasannnya beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ما منكم من أحد يتوضأ فيبلغ – أو فيسبغ – الوضوء ثم يقول: أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبد الله ورسوله ، إلا فتحت له أبواب الجنة الثمانية، يدخل من أيها شاء
Artinya:
“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan (yang artinya), ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusaNya, kecuali dibukakan baginya pintu surga yang delapan, (di mana dia diperbolehkan) untuk masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”[1]
At-Tirmidzi menambahkan padanya,
اللهم اجعلني من التّوّابين، واجعلني من المتطهّرين
Artinya:
‘’Ya Allah, jadikanlah aku termasuk di antara orang-orang yang selalu bertaubat, dan jadikanlah aku termasuk di antara orang-orang yang mensucikan diri”.
Kesalahan kedua puluh tiga: Keyakinan bahwa mencukur rambut atau memotong kuku membatalkan wudhu
ini merupakan pemahamam yang salah. Yang benar adalah bahwa kesuciannya tetap sebagaimana keadaannya, dan bahwasannya perbuatan tersebut tidaklah membatalkan wudhu.
Kesalahan kedua puluh empat: Keyakinan bahwa mengusap dua khuf adalah khusus pada musim dingin
Ini juga merupakan pemahaman yang salah, karena hadist-hadist Nabi ﷺ tidak membatasi musim tertentu dalam satu tahunnya, bahkan hadist-hadist tersebut datang secara umum di setiap waktu.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ اَلنَّبِيِّ { أَنَّهُ رَخَّصَ لِلْمُسَافِرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ, وَلِلْمُقِيمِ يَوْمًا وَلَيْلَةً, إِذَا تَطَهَّرَ فَلَبِسَ خُفَّيْهِ: أَنْ يَمْسَحَ عَلَيْهِمَا } أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ
Artinya:
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau memberikan kemudahan bagi musafir (orang yang bersafar) tiga hari tiga malam dan bagi yang mukim (orang yang menetap) sehari semalam apabila ia telah bersuci dan memakai kedua sepatunya, maka ia cukup mengusap bagian atasnya. (Dikeluarkan oleh Ad-Daruquthni dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). [HR. Ad-Daruquthni, 1:194; Ibnu Khuzaimah, no. 192; Ibnu Majah, no. 556. Hadits ini punya syawahid atau penguat, yang menunjukkan maknanya benar. Kesimpulannya hadits ini hasan. Lihat Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:274-275].
Kesalahan kedua puluh lima: Keyakinan harusnya mengulangi wudhu apabila badan dan pakaiannya terkena najis
Ini juga yang merupakan pemahamam yang salah, karena sama sekali tidak ada hubungan antara ini dan itu. Apabila pakaian Anda atau badan Anda terkena najis, sedangkan Anda dalam keadaan telah berwudhu, maka tidak ada kewajiaban atas Anda kecusli menghilangkan bekas najisnya, dan dengan itu kesucian terwujud, kareana dia tidak mendapatkan sesuatu pun yang membatalkan wudhu.
Kesalahan kedua puluh enam: Tidak membasuh seluruh kepada
Membasuh sebagian kepala semisal hanya membasuh bagian depannya saja, adalah sebuah kesalahan. Yang mana telah terdapat dalam firman Allah ta’ala:
يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. (QS. Al-Maidah: 6)
‘’usaplah kepala” di sini maknanya tentu seluruh kepala, bukan sebagiannya saja.
Diperkuat lagi oleh hadits lain dari Abdullah bin Zaid radhiallahu’anhu mengenai tata cara membasuh kepala dalam wudhu, “… kemudian Rasulullah membasuh kepalanya dengan kedua tangannya. Beliau menggerakan kedua tangannya ke belakang dan ke depan. Di mulai dari bagian depan kepalanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau gerakkan kembali ke tempat ia mulai…” (HR. Bukhari 185, Muslim 235
Mengusap kepala cukup sekali
Dalam sebuah hadits disebutkan:
وَعَنْ عَلِيٍّ – رضي الله عنه – -فِي صِفَةِ وُضُوءِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: – وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً. – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد
Artinya:
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata tentang tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kepalanya dengan sekali usap.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dengan sanad yang sahih. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang paling sahih dalam masalah ini). [HR. Abu Daud, no. 111; An-Nasai secara ringkas, 1: 68. Hadits ini shahih. Lihat Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1: 153].
Kesalahan kedua puluh enam: Kurang sempurna mencuci kaki, dan juga anggota wudhu yang lain
Terkadang karena kurang fokus dalam berwudhu atau karena tergesa-gesa, seseorang tidak sempurna dalam mencuci kedua kakinya. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah melihat sebagian sahabat yang ketika berwudhu tidak menyempurnakan mencuci kakinya, beliau memperingatkan mereka dengan keras dengan bersabda:
وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ
Artinya:
“celaka tumit-tumit (yang tidak tersentuh air wudhu) di neraka” (HR. Bukhari 60, 165, Muslim 240).
Tidak hanya kaki, pada anggota wudhu yang lain juga wajib isbagh (serius dan sempurna) dalam membasuh dan mencuci sehingga air mengenai anggota wudhu dengan sempurna.
Kesalahan kedua puluh tujuh: Membiarkan ada penghalang di kulit
Dalam wudhu, ulama 4 madzhab mensyaratkan tidak adanya benda yang dapat menghalangi air mengenai kulit (Lihat Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 43/330).
Membiarkan adanya benda yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit adalah sebuah kesalahan dan bisa menyebabkan wudhunya tidak sah. Dikecualikan jika volumenya sangat kecil dan sedikit seperti kotoran yang ada di kuku, maka ini tidak mengapa. Wa Allahhu ‘alam…
Demikian kesalahan-kesalahan berkenaan dengan wudhu part 4, tujuannya membahas kesalahan yang berkaitan wudhu agar mengetahui kesalahan yang selama ini kita lakukan. Semoga pembaca bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang telah kita dapat, agar tidak sia-sia di kehidupan hari kelak dengan mengikuti perintah dan larangan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad.
Barokallahhufikum…
Referensi:
kesalahan-kesalahan umum dalam SHALAT lengkap dengan koreksinya, karya: Abu Ammar Mahmud Al-Misri. D, Peringkas: NENSI LESTARI (UMMU SALMA ATIKAH HASNA) pengajar di Ponpes Darul Qur’an wal Hadist OKU Timur Sumsel.
[1] Diriwayatkan oleh Muslim, kitab ath-Thaharah, no.234, dan at-tirmidzi,no.55.
BACA JUGA :
Leave a Reply