Hanya Butiran Debu

HANYA BUTIRAN DEBU

 

Hanya Butiran Debu

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah Azza wa Jalla, setiap orang berharap puasanya, zakatnya, sholatnya diterima oleh Allah Azza wajalla, Namun ternyata tidak demikian, betapa banyak orang yang berpuasa, shalat malam, mengeluarkan zakat, bersedekah tiap hari akan tetapi hanya bagaikan butiran debu yang berterbangan dia tidak mendapatkan pahala dari apa yang mereka kerjakan, berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, shalat malam hanya mendapatkan begadang. Lalu apa yang menyebabkan mereka hanya mendapatkan lelah dan letih dari ibadah yang mereka lakukan? Bukankah Allah Azza wa Jalla akan memberi balasan pahala terhadap ibadah yang dilakukan hamba-hambanya?

Mereka mendapatkan Lelah dan letih dari ibadah yang mereka lakukan disebabkan mereka melakukan ibadah bukan karena Allah Azza wa Jalla, namun mereka melakukannya untuk mendapatkan pujian dari orang lain, ingin dikatakan orang yang rajin ibadah, banyak bersedekah karena ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, membaca Al-quran karena ingin dikatakan orang yang mahir dan pandai dalam membaca Al-Qur’an. Allah akan memberikan balasan terhadap hamba-hambanya sesuai dengan jerih payah dan usaha serta niat hamba-hambanya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلى شَاكِلَتِهِ (الاسراء: 84) أي على ما ينوي. كما ذكره الطبري عن قتادة

“katakanlah wahai Muhammad, setiap orang berbuat sesuai dengan tabiatnya masing-masing” (QS: Al-Isra’ : 84)

Imam at-thabari menafsirkan makna kalimat (شَاكِلَةِ) sebagai (ما ينوي) apa yang diniatkan, apa yang dijelaskan oleh imam at-thabari dalam tafsirnya mengenai ayat di atas bahwa setiap orang melakukan sesuatu sesuai dengan tabiat dan niatnya sebagaimana hal ini dinukil oleh imam At-thabari dari said dan qatadah.[1]

Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“setiap amalan tergantung dengan niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan”[2]

Betapa banyak orang yang berpuasa dia hanya mendapatkan lapar dan dahaga, shalat malam hanya mendapatkan lelah dan letih dan tidak tidur malam.  Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ

“Betapa banyak orang yang puasa, tidak dia dapatkan dari puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang shalat malam dia tidak dapatkan dari shalat malamnya melainkan hanya begadang”[3]. Imam adz-dzahabi berkata: Apabila puasa dan shalat dilakukan bukan karena mengharap wajah Allah dan pahala dari-Nya.

Setiap amalan ibadah yang dilakukan dengan riya’ dan sum’ah tidak akan diterima oleh Allah dan Allah jadikan amalan tersebut bagaikan debu yang beterbangan.

Allah berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan” (QS Al-Furqan : 23)

Berkata Iman adz-dzahabi : setiap amalan yang dilakukan bukan karena Allah sehingga Allah gugurkan pahalanya dan amalannya Allah jadikan debu yang beterbangan.

Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam memperingatkan sahabat-sahabatnya dan kaumnya secara umum akan bahaya riyak. Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

إياكم والشرك الأصغر قالوا: يا رسول الله، وما الشرك الأصغر؟ قال: الرياء، يقول الله عز وجل يوم يجازي العباد بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤونهم بأعمالكم في الدنيا، فانظروا هل تجدوا عندهم جزاء

“Jauhilah oleh kalian syirik kecil, mereka bertanya wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu? Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda: Ar-riya, Allah berfirman pada hari pembalasan kelak: pergilah kalian kepada orang yang kalian riyak dengan amalan-amalan kalian sewaktu didunia, kemudian perhatikanlah apakah kalian dapatkan balasan disisi mereka terhadap amalan kalian” (HR. Ahmad:428/5, dan di shahikkan oleh syaikh Al-bani di dalam kitab ash-shahihah:951)

Rosulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

 أخوفُ ما أخافُ عليكمُ الشركُ الأصغرُ، فسُئِلَ عنه، فقال: الرياءُ

“perkara yang paling aku kwatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil, kemudian ditanya, apa itu syirik kecil? Beliau menjawab: ar-riya’”[4].

Jihad dijalan Allah merupakan amalan yang paling utama, amalan yang agung disisi Allah Azza wa Jalla:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ

“Pokoknya perkara adalah Islam, Tiangnya adalah Shalat, dan puncaknya adalah jihad dijalan Allah Azza Wa Jalla” (HR. At Tirmidzi: 2541)

Pada hadist di atas merupakan dalil akan keutamaan berjihad dijalan Allah Azza wa Jalla namun apabila jihad tersebut dilakukan bukan karena Allah Azza Wa Jalla, maka jihad yang dilakukan bagaikan debu yang beterbangan, pelakunya tidak akan mendapatkan pahala disisi Allah Azza wa Jalla, sebagaimana seseorang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya tentang orang yang berjihad dijalan Allah Azza Wa Jalla sebagaimana berikut:

جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبيِّ صَلَّى الله عَليهِ وَسَلم، فَقال: أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ؟ فَقال رَسُوْ لُ الله صَلَّى الله عَليهِ وَسَلم: لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، يقُولُ لَهُ رَسُوْ لُ الله: لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قالَ: إِنَّ الله لَا يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلَّا ما كَانَ لَهُ خَالِصًا، وابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ (رواه النسائي :3089)

“telah datang seseorang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya: bagaimana menurut anda tentang seseorang yang berperang (berjihad) dengan mengharapkan upah dan sanjungan, apa yang akan diperoleh? Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: ia tidak mendapatkan apa-apa, kemudian dia mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya: “ ia tidak mendapatkan apa-apa” kemudian beliau bersabda: Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan kecuali dilakukan dengan Ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya”. (HR. An-Nasai: 3089)

Dari berbagai dalil di atas menunjukkan betapa bahayanya riya’ dan pengaruhnya terhadap amalan seorang hamba, sampai-sampai amalannya Allah Azza wa Jalla jadikan debu yang beterbangan, dan tidak mendapatkan sedikitpun pahala hanya mendapatkan lelah dan letih dari upaya dan usaha ibadah yang dilakukannya lantas adakah kiat-kiat agar amalan kita diterima oleh Allah Azza wa Jalla.

Di antara kiat-kiat amalan agar diterima oleh Allah.

  1. Ikhlas dalam beramal.

Tidak ada jalan dan kiat-kiat agar amalan kita diterima oleh Allah Azza wa Jalla kecuali pertama ikhlas (beramal hanya mengharapkan wajah dan pahala dari Allah Azza wa Jalla).

Sebagaimana Allah berfirman:

فَٱدۡعُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ

“Serulah Allah dengan mengikhlaskan peribadahan dalam beragama hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya”. (Al-Ghafir: 14)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَاْبتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan, kecuali (amalan) yang ikhlas dan mengharapkan wajah Allah semata”. (HR. An-Nasai no. 3140 dari sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai no. 3140)

Begitu pentingnya keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, Bahkan ketika suatu ibadah dilakukan bukan berdasarkan ikhlas, akan rusak dan menjadi bumerang bagi pelakunya.

  1. Mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rosulullah sallallahu alaihi wa Sallam)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad) niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Ali Imran: 31)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

الْعَمَلُ بِغَيْرِ إِخْلَاصٍ وَلَا اقْتِدَاءٍ كَالْمُسَافِرِ يَمْلَأُ جَرَابَهُ رَمْلًا يُثْقِلُهُ وَلاَ يَنْفَعُهُ

“beramal tanpa keikhlasan dan tidak meneladani ajaran Rosulullah sallallahu alaihi wa sallam, bagaikan seorang musafir yang mengisi penuh tasnya dengan pasir. Itu hanya akan membebani perjalanannya, dan tanpa manfaat sedikit pun”[5].

Ditulis oleh: Ali zhufri

Tenaga pengajar pondok pesantren Darul quran wal hadist oku timur

Sumber artikel:

  1. Al-Quranul karim.
  2. Tafsir At-thabari PDF
  3. Kitab Al-kabair imam Adz-dzahabi, cet darul aqidah 2016.
  4. Terjemah ringkasan syuabul iman imam Al-baihaqi, cet darus-sunnah 2014.
  5. Syarhu durusil muhimmah liamatil ummah, cet dar An-nashihah 2015.
  6. Al-fawaid, ibnul qayyim, cet dar alimil fawaid

[1] Tafsir At-thabari hal:66 jilid 15

[2] ) HR Bukhari No 54 bab 41 dan Muslim No 1907

[3] ) HR Ahmad, dan ibnu hibban dan di shahihkan oleh syikh Al-bani dalam kitab shahihil jamik: 3490.

[4] HR. Ahmad dan baihaqi No 6412 syuabil iman

[5] Al-Fawaid hlm. 66

Baca juga artikel:

Motivator Cinta Kepada Allah

Menjadi Hamba Yang Bersyukur

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.