Tanamkan Tauhid Sejak Dini

tanamkan tauhid sejak dini

Tanamkan Tauhid Sejak Dini – Usia dini adalah saat terpenting untuk penanaman pondasi akidah karena saat itu fitrah anak masih bersih. Ibarat memahat di atas kayu, begitulah saat mengajarkan ilmu di usia belia. Inilah tanggung jawab ayah ibu dan para guru agar anak tumbuh di atas fitrah yang lurus.

Tauhid dan akidah merupakan kunci kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Para nabi dan rasul pun telah menyeru kepada anak pada akidah yang lurus dengan menanamkan pemahaman akidah sejak dini.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala,

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”[1]

Jadi, akidah Islam adalah perkara yang wajib diajarkan terlebih dahulu.

Banyak faidah yang akan dirasakan​ anak ketika memiliki akidah shahihah. Ia akan terbiasa tawaduk dan selalu meminta pertolongan​ hanya kepada Allah terutama saat mengalami kesulitan. Ia akan menyandarkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup dengan selalu bersyukur kepada Allah Setelah kita berkeluarga, setelah kita memilih pasangan hidup kita, lalu kita menikah kemudian kita memiliki anak lalu mau kita bawa kemana anak itu?

Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan:

الْمالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَياةِ الدُّنْيا

Artinya: “Harta dan anak itu perhiasan kehidupan dunia”[2]

Hidup tanpa memiliki harta mungkin sepi kehidupan, memiliki banyak harta tapi tak punya anak serasa malam tanpa bintang yang menerangi.

Allah Subhanahu Wata’ala jadikan anak itu belahan jiwa, pelipur lara, penyejuk pandangan, tapi dia adalah amanah dari pencipta. Ada yang  mungkin yang lama belum memiliki anak atau sampai hari ini belum memiliki anak, anak itu adalah amanah.

Antara kita mungkin banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum amanah itu datang. Kita lihat kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, bertahun-tahun Beliau belum memiliki anak ternyata ada perjuangan yang harus beliau tuntaskan, dan ketika punya anak, anak itu tambahan dari ujian yang harus beliau selesaikan.

Ada banyak kebaikan yang ingin kita ajarkan kepada anak kita, ada banyak informasi penting yang ingin kita terapkan kepada mereka tapi bagaimana caranya? Apakah dia bisa memahaminya? Kapan kita mulai menyampaikan hal-hal penting yang  dia perlukan dalam kehidupan ini? Kalau bukan karena bantuan dari Allah.

Seseorang akan menghadapi kebingungan bagaimana ia mesti menyampaikannya kepada anak dan bagaimana pula anak bisa berinteraksi dengan itu semua ? bagaimana cara menjelasakan dan memaparkannya? Di hadapan pertanyaan ini atau pertanyaan sejenis lainnya, kedua orangtua bisa kelabakan dan mencari tahu bagaimana caranya. Akan tetapi melalui penelaahan terhadap cara Nabi shalallahu’alaihi wassalam dalam bergaul dengan anak-anak, kita temukan ada lima pilar mendasar di dalam menanamkan akidah ini.

  1. Pendiktean kalimat tauhid kepada anak.
  2. Mencintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan kepadaNya, serta beriman kepada qadha’ dan qadar.
  3. Mencintai Nabi dan keluarga beliau.
  4. Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
  5. Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berkorban karenanya.

Kita harus sadar dengan pentingnya peran orang tua. Bukan hanya harta yang anak-anak kita inginkan kita perlu memikirkan mendidik mereka, bukan hanya mengajarkan pelajaran matematika agar dia pandai menjadi juara disanjung dan dipuja. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menanamkan aqidah yang benar sejak kecil dalam jiwa mereka. Tapi merekalah yang akan melanjutkan perjuangan kita , merekalah yang senantiasa akan mengatakan “Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira“.

Merekalah yang akan melanjutkan perjuangan kita, merekalah yang akan membawa dan mengibarkan laa ilaaha illallah di muka bumi ini. Ada banyak kebaikan yang mungkin kita sudah tuntaskan tapi ada yang lebih banyak lagi yang belum kita selesaikan. Kepada siapa kita akan berikan amanah ini kalau bukan kepada anak-anak kita, tongkat estafet ini harus diberikan kepada mereka.

Kita akan mati, sebanyak apa pun harta yang kita miliki sejatinya buat mereka tapi tatkala kita tidak mempersiapkan mereka berapa banyak harta yang menjadi bencana buat anak-anak kita.

Peristiwa-peristiwa yang kita dengar tentang empat kerangka manusia ditemukan dibelakan rumah ternyata saudara-saudara mereka dibunuh oleh saudaranya sendiri gara-gara harta peninggalan orang tua, orang tua meninggalkan harta yang menyebabkan tali silaturahim putus dan menyebabkan nyawa anak-anaknya melayang ditangan anak-anaknya sendiri, karena kita lupa menanamkan tauhid kepada mereka.

Anak-anak kita adalah harapan kita, banyak di antara kita yang mengharapkan anaknya menjadi polisi, ustadz, guru, dokter dan semisalnya, ada banyak angan-angan. namun yang kita cukup inginkan adalah memiliki doa anak, seorang ketika memiliki seribu cita-cita yang dia ingin berikan kepada anaknya kira-kira berapa anak yang harus dia miliki?

Jika anak-anak yang lahir tidak ditanamkan tauhid kepada mereka, takut mereka tidak menjadi umat Nabi Muhammad.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik menanamkan tauhid kepada anak kita.

  1. Selamatkan fitrahnya dari kerusakan

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“setiap anak yang lahir di lahirkan di atas fitrah”

فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

“Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi. Majusi atau Nasrani”[3]

Maka kita harus menanamkan keimanan kepada anak-anak kita menjaga fitrahnya.

Menanamkan tauhid sejak dini.

Yang perlu diperdengarkan kepada anak adalah tentang tauhid, tentang Allah.

  1. Tanamkan keimanan kepada malaikat bukan ditakut-takuti setan

Tanamkan rukun iman kepada anak-anak sehingga dia menjadi orang yang berani untuk menghadapi segalanya.

اِنۡ كُلُّ نَفسٍ لَّمَّا عَلَيهَا حَافِظٌ

“tidak ada satu jiwapun kecuali ada malaikat yang menjaganya”[4]

  1. Jangan berhenti menanamkan keimanan kepada anak kita

Ketika anak sudah beranjak dewasa, remaja bahkan mungkin ketika dia sudah menikah, seakan-akan berhenti orang tuanya menanamkan tauhid, menanamkan keimanan, menanamkan aqidah yang benar. Tidak ada berhentinya wahai orang tua, manusia itu suka lupa, maka terus ditanamkan kepada mereka. Kisah Nabi Yakub alaihissalam

Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan :

أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. [5]

Begitulah para Nabi mengajarkan tauhid sejak dini sampai mau meninggal, Begitu juga dengan Rasulullah Beliau peduli dengan umatnya, awal dakwah beliau adalah kepada tauhid mengajak orang-orang untuk mengatakan laa ilaaha illallah lima hari sebelum beliau meninggal dunia.

Dengan landasan akidah yang kokoh di atas Al-Qur`an dan al-hadits, insya allah anak akan terjaga dan senantiasa dalam lindungan Allah. Praktik pengukuhan akidah perlu terus menerus dibiasakan agar anak merasakan manfaatnya dengan menjauhkan kisah-kisah atau cerita yang menodai ke-shahih-an akidah, termasuk film atau game yang menyimpang.

Seperti halnya dalam tayangan-tayangan tersebut terdapat permohonan kepada dewa-dewa, peri, atau sosok lain yang dianggap memiliki kekuatan layaknya Tuhan. Tak kalah pentingnya, menjauhkan anak dari pengaruh teman buruk agar fitrah anak tak tercemar. Maka tak sepantasnya para orang tua atau pendidik menakut-nakuti anak dengan hal-hal tahayul dan perkara lain yang dilarang syariat.

Ketika akidah telah tertancap kuat di sanubari anak, ia kan menjadi sosok orang beriman yang berkepribadian kuat, baik sikap dan perbuatannya karena selalu merasa dalam pengawasan Allah, serta meminimalisasi anak melakukan perbuatan buruk, seperti berkata kotor, menipu, dan lainnya. Orang tua akan memperoleh manfaat besar dengan keberadaan anak shalih. Namun, orang tua yang melalaikan pendidikan untuk buah hatinya, ia akan menuai kesengsaraan.

Orang tua jangan pernah berhenti meminta tauhid kepada Allah untuk anaknya.

Semoga Allah menganugerahi kepada anak-anak kita sebagai penyejuk mata bagi orang tua. Mudah-mudahkan kita diberi taufik untuk mendidik mereka menjadi generasi yang lebih baik. Hanya Allah yang memberi hidayah dan kemudahan. Allahu a’lam

 

Referensi:

Kajian Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, MA. 2019. Tanamkan Tauhid Sejak Dini. Channel youtube Syafiq Riza Basalamah Official, https://youtu.be/B_0k7l2IcS8 Uk. 1.43.54 Menit, dan kitab (Mendidik Anak Bersama Nabi, Muhammad Suwaid, Pustaka Arafah)

Diringkas oleh Lailatul Fadilah (Pengajar di Ponpes Darul Qur’an wal Hadist OKU Timur)

[1] Q.S Al-Baqarah: 132

[2] Q.S Al-Kahfi: 46

[3] HR Al-Bukhari no. 1385 dan Muslim no. 2658

[4] Q.S At-tariq: 4

[5] Q.S Al-Baqarah: 133

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.