AL-FATTAH (Yang Maha Membuka)

AL FATTAH YANG MAHA MEMBUKA

AL-FATTAH (Yang Maha Membuka)

Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan, Dzat yang tersifati dengan sifat-sifat keagungan dan kemuliaan. Yang Maha Esa, tempat bergantung, Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Bagi-Nya nama-nama yang baik  dan sifat-sifat yang mulia, agung dan sempurna. Amma ba’du

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

قل يجمع بيننا ربنا ثم يفتح بيننا بالحق وهو الفتاح العليم

Artinya: “Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.”  (QS. Saba: 26)

Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وسع ربنا كل شيء علما على الله توكلنا ربنا افتح بيننا وبين الحق وأنت خير الفاتحين

Artinya: “Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah  kami bertawakkal. Ya Rabb kami, keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf: 89)

Makna nama ini “Al-Fattah” adalah Dzat yang menghukumi diantara hamba-hamba-Nya dengan apa yang Dia kehendaki dan memutuskan diantara mereka denga napa yang Dia inginkan. Allah memberikan kenikmatan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari mereka denga napa yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat menolak hukum-Nya, tidak ada yang dapat menandingi keputusan-Nya dan perintah-Nya.  Allah Ta’ala berfirman,

ما يفتح الله للناس من رحمة فلا ممسك لها وما يمسك فلا مرسل له من بعده وهو العزيز الحكيم

Artinya: “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksan.” (QS. Fathir: 2)

Ibnu Al-Qoyyim Rahimahullah berkata dalam “Qashidah Nuuniyah” dalam menjelaskan nama ini serta maknanya,

Demikian juga “Al-Fattah” termasuk nama-nama Allah

Al-fath (membuka) yang merupakan  bagian dari sifat-sifat-Nya terbagi menjadi dua

Dia membuka hukum yang merupakan syariat ssembahan kita

Dan membuka takdir yang merupakan bentuk al-fath yang kedua

Ar-Rabb adalah Fattah dengan kedua bagian tersebut

Penuh dengan keadilan dan kebaikan dari Ar-Rahmaan

As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah dalam menjelaskan ucapan ibnu Al-Qoyyim diatas mengatakan, “Al-Fattah adalah yang membuat hukum, yang berbuat kebaikan dan yang dermawan. Dan sifat membuka bagi Allah ada dua bagian, yang pertama, dia membuka hukum agama-Nya  yaitu syariat-Nya yang melaluli lisan-lisan para Rasul-Nya yang berkaitan dengan semua apa yang dibutuhkan oleh oleh orang-orang yang telah dibebankan kewajiban kepadanya dan mereka berjalan diatas jalan yang lurus. Adapun sifat membuka-Nya dalam pembalasan-Nya maka ini berlaku antara para Nabi dan para penentangnya, antara wali-wali-Nya dan para  musuh-Nya. Dia memuliakan para Nabi dan pengikutnya, menyelamatkan mereka serta menghinakan para musuh mereka dan menyiksa mereka. Demikian pula pada hari kiamat sifat membuka-Nya dan menghukum-Nya diantara semua makhluk Ketika setiap manusia diberi balasan sesuai denga napa yang dia lakukan. Adapun sifat membuka-Nya yang berkaitan dengan kebaikan dan kejelekan, kemasalahatan dan kemudharatan, pemberian dan pencegahan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

مايفتح الله لناس من رحمة فلا ممسك لها وما يمسك فلا مرسل له من بعده وهو العزيز الحكيم

Artinya: “Apa saja yang  Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya dan siapa saja yang ditahan Allah maka tidak ada seorang pun yang dapat melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  (QS. Fathir: 2)

Allah adalah Al-Fattah (Yang Maha Membuka) dan Al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui), yang Dia membuka lagi para hamba-Nya yang taat pembendaharaan kedermawanan dan kemuliaan-Nya dan membuka bagi para musuh-Nya kebalikan dari semua itu dengan karunia dan keadilan-Nya.

Beliau juga berkata, “Makna “Al-Fttah” ada dua, pertama, kembali kepada makna hukum yang Dia bukakan untuk hamba-hambanya. Dia menghukumi diantara mereka dengan syariat-Nya dan menghukumi mereka dengan memberi balasan kepada yang taat dan memberi siksa kepada pelaku maksiat didunia dan diakhirat, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala,

قل يجمع بيننا ربنا ثم يفتح بيننا بالحق وهو الفتاح العليم

Artinya: “Katakanlah: “Rabb kita akan mengumpulkan kita semua kemudian Dia memberikan keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Saba’ : 26)

firman Allah Subhanahu Wata’ala,

ربنا افتح بيننا وبين قومن بالحق وأنت خير الفاتحين

Artinya: “Ya Rabb kami, berlah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raaf: 89)

Ayat  yang pertama, Allah membuka bagi hamba-hambanya pada hari kiamat. Selain itu, didunia dengan Allah menolong kebenaran dan yang berpegang teguh dengannya, menghinakan kebathilan dan orang-orangnya, serta menimpakan azab atas mereka.

Makna yang kedua, Allah membukakan bagi semua hamba-Nya pintu-pintu kebaikan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

مايفتح الله لناس من رحمة فلا ممسك لها

Artinya: “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya.” (QS. Fathir: 2).

Allah membukakan bagi hamba-hamba-Nya, kebaikan-kebaikan dunia dan agama. Allah membukakan bagi orang-orang yang Dia pilih dengan kelmbutan dan perhatian-Nya hati-hati yang terkunci, mencurahkan kepada hati-hati tersebut berbagai macam pengenalan terhadap-Nya, hakikat-hakikat keimanan yang dapat memperbaiki keadaan nya, dan dapat berjalan diatas jalan yang lurus. Hal yang lebih khusus dari ini adalah Dia membuka bagi para hamba-hamba-Nya yang Dia cintai dan yang dekat dengan-Nya berbagai macam ilmu tentang-Nya, kenikmatan-kenikmatan rohani, cahaya yang menerangi, pemahaman-pemahaman, serta perasaan-perasaan yang benar. Dia juga membukakan bagi para hamba pintu-pintu rezeki dan jalan menuju kepada-Nya serta menyediakan bagi orang-orang yang bertaqwa rezeki-rezeki dan jalan-jalannya yang tidak mereka sangka-sangka. Dia memberi kepada orang-orang yang bertawakal lebih dari apa yang mereka minta dan yang mereka harapkan serta memudahkan bagi mereka kesulitan-kesulitan mereka dan juga membuka pintu-pintu yang tertutup.”

Oleh karena itu para Rasul Allah memohon kepada-Nya untuk dibukakan diantara mereka dan kaum mereka Ketika terjadi perselisihan dianatara mereka. Allah berfirman tentang Nuh yang artinya,  “Nuh berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku.” (QS. Asy-syu’ara: 117-118) dan tentang Do’a Nabi Syu’aib,

ربنا افتح بيننا وبين قومن بالحق وأنت خير الفاتحين

Artinya: “Ya Rabb kami, berlah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raaf: 89),

واستفتحوا وخاب كل جبار عنيد

Artinya: “Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang-orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala,”  (QS. Ibrahim: 15)

maksudnya  para Rasul memohon pertolongan kepada Allah atas kaum mereka, ada pula yang memaknai bahwa para rasul meminta agar Allah membukakan hati kaum mereka, yaitu meminta disegerakan Fathu Allah dan dibedakannya wali-wali Allah dan musuh musuh Allah.

Sesungguhnya Allah telah mengabulkan doa-doa para rasul dengan membukakan kebenaran dalam perkara yang mereka dan kaum mereka perselisihkan. Allahpun menolong para rasul dan orang-orang yang beriman serta membinasakan musuh-mush mereka dari orang-orang kafir yang zalim dan melampaui batas.

Diantara apa yang Allah bukakan adalah hukum-Nya diantara para hamba pada hari kiamat terhadap apa yang mereka perselisihkan,

قل يجمع بيننا ربنا ثم يفتح بيننا بالحق وهو الفتاح العليم

Artinya: “Katakanlah: “Rabb kita akan mengumpulkan kita semua kemudian Dia memberikan keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Saba’ : 26)

maksudnya Allah  memutuskan diantara mereka dengan hukum yang bisa menjelaskan antara yang jujur dengan yang dusta, yang benar dari yang salah, serta yang berhak mendapat pahala dari yang berhak mendapat siksa. Oleh karenanya Allah menamakan hari kiamat dengan hari fath dalam firman-Nya yang artinya,  “Katakanlah: “Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi Tangguh.”  (QS. As-Sajdah: 29), maksudnya bahwa pada hari Kiamat, kalian akan mendapat siksa jika telah diputuskan perkara kalian dan kalian tidak akan mendapat kelonggaran waktu dan kesempatan lagi. Oleh sebab itu, sesungguhnya keimanan seorang hamba bahwa Rabbnya adalah Al-Fattaah yang mengharuskan seorang hamba untuk benar-benar mendekatkan diri kepada-Nya saja dan mengharap agar Allah embukakan pintu-pintu hidayah, rezeki, dan rahmat serta membuka hati dan melapangkan ddadnya untuk kebaikan. Al-Qurthubi berkata, “Pembukaan dan pelapangan ini tidak terbatas dan setiap orang mukmin telah mengambil bagiannya, sedangkan para Nabi telah memperoleh bagian yang terbanyak dalam hal ini, kemudian setelah mereka adalah para wali, para ulama, kemudian setelah mereka adalah orang-orang awam dari orang-orang yang beriman dan tidak ada yang dihalangi dari hal ini, melainkan orang-orang kafir.”

Rahmat, karunia, dan kebaikan semuanya ditangan Allah, Dia membukakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan memudahkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Semua ini merupakan pengaruh dari nama Allah ini. Sesungguhnya kami memohon kepada Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama Allah yang mulia ini dan menyeru bahwa Dia adalah Al-Fattaah dan sabaik-baiknya pembuka, untuk Allah membukakan hati-hati kami dengan keimanan yang benar, petunjuk yang sempurna, dan keyakinan yang kokoh  dan agar Dia membukakan perbendaharaan rahmat, kemuliaan, serta keluasan keutamaan dan kenikmatan-Nya, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.

REFERENSI:

Diringkas oleh: Ayesa Artika Aprilia dari kitab FIKIH ASMA’UL HUSNA karangan Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.

Baca juga artikel:

Kejayaan Hanya Milik Islam

Agar Prosefi Dokter Menjadi Pahala

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.