Membaca Tanda-Tanda Kematian (Bagian 5)

membaca tanda-tanda kematian-5

Membaca Tanda-Tanda Kematian – Berikut merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya : Membaca Tanda-tanda Kematian (Bagian 4). Lalu dikatakan kepadanya, ‘Duduklah.’ Maka dia pun duduk, dalam keadaan tergambarkan olehnya matahari telah dekat saat tenggelam. Maka dikatakan kepadanya, ‘Beritahu kami orang yang ada di tengah-tengah kalian. Apa yang engkau katakan tentangnya? Dan apa persaksianmu tentangnya?’

Dia berkata, ‘Biarkanlah saya shalat.’

Mereka berkata, ‘Engkau nanti akan melakukannya. ‘Beritahu kami orang yang ada di tengah-tengah kalian. Apa yang engkau katakan tentangnya? Dan apa persaksianmu tentangnya?’

Mayit menjawab seperti sebelum ia mati ,’Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, aku bersaksi tiada dzat yang berhak di ibadahi selain Allah dan Muhammad adalah hamba utusan Allah.’

Kedua malaikat itu berkata lagi, ’Kami tahu engkau akan berkata begitu.’ Kemudian diluaskanlah kuburnya; lebar dan panjangnya tujuh puluh hasta, serta diterangi cahaya. Lalu diucapkan kepadanya, ‘Tidurlah.’

Kedua: malaikat berkata, “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh keluarganya yang paling dicintainya, sampai Allah membangunkannya dari tempat pembaringannya.”

Kalau mayit itu orang munafik, maka ia akan menjawab dengan  berkata, ’Aku mendengar orang-orang mengatakan demikian, maka aku pun mengatakan seperti yang mereka katakan. Aku tidak tahu.’

Kedua malaikat itu berkata, ’Kami tahu kamu akan menjawab seperti itu.’ Lalu dikatakan kepada bumi, ‘Jepitlah dia!’ Maka bumi menjepitnya sehingga tulang rusuknya remuk dan ia terus menerus dalam siksaan tersebut sampai Allah membangunkannya dari tempat siksaannya itu .”

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa ada tiga pertanyaan yang akan ditanyakan kepada seorang hamba di dalam kuburnya. Tiga pertanyaan ini butuh jawaban secara langsung dan benar. Mari kita menyiapkan diri untuk menghadapi tiga pertanyaan ini. Tidak akan mampu menjawabnya melainkan orang yang mengetahui  Rabbnya, hidup untuk agamanya dan mengikuti Rasulnya.

Ketika seorang hamba ditanya mengenai Rabbnya mak tidak akan mampu menjawab pertanyaan ini kecuali orang yang mengetahui Rabbnya di dunia dan menyembahnya. Karenanya, apakah Anda benar-benar mengetahuinya, sehingga Anda tidak mendurhakainya, Anda menyembah seolah-olah melihatnya tunduk, patuh dan kembali kepadanya, dan berhukum padanya dalam semua keadaannya.

Ketika seorang hamba ditanya tentang agamanya maka ia akan menjawab sesuai agama yang ia ikuti , yang ia tunduk padanya, hidup dalam kedekapannya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan berhukum kepadanya dalam semua keadaannya.

Begitu pula ketika ia ditanya mengenai nabinya maka tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini kecuali orang yang benar-benar mengetahui Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, mengikuti petunjuknya, meneladani perbuatannya, dan melakukan sunnah-sunnahnya. Ia menjadikan nabi Muhammad sebagai imam, pemimpin, petunjuk, pembimbing, guru dan pengajarnya. Sedangkan orang yang mengikuti orang-orang dan menuruti hawa nafsunya akan gagap dalam menjawabnya. Pasalnya ia jauh dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sehingga ia tidak mengikuti petunjuknya.

Rasulullah bersabda, “Apabila seorang hamba telah dimasukkan ke dalam kuburnya dan orang-orang meninggalkannya, sesungguhnya ia mendengar suara sandal mereka, lalu datanglah kedua malaikat kepadanya. Keduanya duduk dihadapannya dan berkata,’ Apa yang engkau katakan tentang seorang laki-laki bernama Muhammad?’ jika ia seorang hamba yang mukmin maka ia akan menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan utusannya.’ Sedangkan bila ia seorang kafir dan munafik maka ia akan menjawab,’ Aku tidak tahu. Dikatakan kepadanya, ‘ Engkau tidak tahu dan tidak mau membacanya.’” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Lihatlah tatkala ia mengatakan , “Aku hanya mengatakan apa yang dikatakan manusia.” Mereka berhukum pada kebiasaan, tradisi dan perkataan manusia. Ketika dikatakan kepada mereka, “Rasulullah bersabda begini dan begini”, tetapi mereka malah berkata, ”Namun si Fulan berkata begini dan begini.” Mereka juga mengatakan , “Para orang tua mengatakan ini dan itu. “Maha benar Allah, yang telah berfirman perihal mereka:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka , ‘ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab, ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami‘. (Apakah mereka juga akan mengikuti), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapati petunjuk?” (QS. Al-Baqarah: 170)

Waspadalah wahai saudaraku tercinta, jangan sampai engkau termasuk golongan orang-orang yang lalai, menyimpang dari syariatnya, menyelisihi sunnah-sunnah Rasul-Nya dan tenggelam dalam kenikmatan-kenikmatan dunia.

4. Ditemani Amal

Kesedihan dan kesusahan serta bencana-bencana besar datang bertubi-tubi di alam kubur. Seorang hamba yang malang dipastikan tidak bisa lepas dari semua itu. Belum lagi berada dalam kegelapan kubur, terasing, mendapatkan bencana silih berganti, dan merasa takut. Lalu datang kepadanya seseorang yang berwarna hitam , berwajah tebal, dan berperawakan buruk. Begitulah buah perbuatan dosa, akan mengakibatkan keburukan seperti ini. Seorang di antara kita yang duduk selama beberapa menit dengan orang yang berbau bangkai saja, niscaya seolah-olah merasa duduk bersamanya selama beberapa tahun.

Lantas, bagaimana jika ia duduk bersama seorang yang berbau bacin, berwajah hitam sampai tiba hari kiamat?!

Di lain pihak, seorang hamba yang semasa hidupnya menyelisihi hawa nafsunya maka amal perbuatannya kelak akan tampak seperti seseorang yang berwajah putih, berpakaian putih, dan berwajah tampan.

Ada salah satu syair:

Berbekallah dari dunia karena Anda sedang menempuh perjalanan.

Bersegeralah melakukan kebaikan

Harta dan takhta adalah titipan,

Suatu hari nanti akan dikembalikan

Tidak ada yang bermanfaat bagi manusia dalam kuburnya

Kecuali ketakwaan dan amal saleh.

Kubur Terdengar oleh Binatang Ternak

Nabi menyebutkan dalam hadist, “Lalu ia (penghuni kubur ) pun berteriak  dengan teriakan yang di dengar oleh segala sesuatu , kecuali jin dan manusia yang tidak mendengarkannya.” Ini menunjukkan bahwa binatang ternak mendengar siksa kubur. Bahkan, Nabi menjelaskan hal itu melalui sabdanya:

“Sesungguhnya mereka disiksa di dalam kubur mereka yang dapat didengar oleh binatang ternak.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu menyebutkan, “Tatkala Nabi berada di kebun milik Bani An-Najjar beliau menunggangi Bighal milik beliau dan kami bersama beliau. Tiba-tiba Bighal menyimpang hingga hampir melemparkan beliau. Ternyata ada enam, lima, atau empat kubur.

Lalu beliau bertanya, ‘Siapa yang mengetahui penghuni-penghuni kubur ini?’ seseorang menjawab, ‘saya.’ Beliau bertanya ‘kapan mereka meninggal?’ Orang tersebut menjawab, ‘ Mereka meninggal dalam kesyirikan.’ Sesungguhnya para penghuni kubur ini tengah disiksa dalam kuburnya. Seandainya kalian tidak saling mengubur, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar kalian dapat mendengarkannya sebagaimana aku dapat mendengarnya,’ Jelas beliau.

Setelah itu beliau menghadapkan wajah ke kami lalu bersabda,’ Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa neraka.’ Mereka berkata, ‘ Kami memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka.’

‘mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.’

‘Kami memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.’ jawab mereka.

‘Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak dan yang tersembunyi

Kami memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak dan yang tersembunyi, jawab mereka. ‘Mohonlah perlindungan kepada Allah  dari fitnah Dajjal.’ ‘Kami memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal,’ jawab mereka.” (HR Muslim).

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ  وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Artinya: “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketika Al-Qurthubi Rahimahullah menjelaskan hadits ini, ia berkata, “Bighal yang ditunggangi Rasulullah menyimpang karena mendengar suara orang-orang yang disiksa di dalam kubur mereka. Hanya saja, jin dan manusia memiliki akal dan tidak mendengarnya. Hal ini berdasarkan sabda beliau, “Seandainya kalian tidak saling mengubur, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar kalian dapat mendengarkannya sebagaimana aku dapat mendengarnya.”

Ibnul Qayyim Al jauziah Rahimahullah mengatakan dalam kitab Ar-Ruh, “Karena itulah, orang-orang pergi dengan binatang tunggangan mereka ketika binatang tunggangannya sakit perut menuju kuburan orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Munafik, atau Isma’iliyah, Nushariyah dan Qaramithah dari bani Ubaidir dan lainnya yang berada di tanah Mesir dan Syam.

Para pemilik kuda juga menuju kuburan mereka dengan maksud yang sama. Mereka berkata, ‘Ketika kuda tersebut mendengar siksa kubur maka ia terkejut hingga hilanglah sakit perutnya.’

Pertanyaan yang sering terbesit di benak kita sekarang adalah, mengapa Allah menghalangi kita dari mendengar siksa kubur?

Jawaban dari pertanyaan ini terdapat dalam sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Artinya: “Maka seandainya kalian tidak saling mengubur niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar kalian dapat mendengarnya sebagaimana aku dapat mendengarnya.” (HR. Muslim)

Allah menutup telinga kita dari siksa kubur supaya kita dapat saling mengubur. Seandainya Allah memperdengarkan siksa kubur kepada kita niscaya tak seorang pun dari kita yang dapat mengubur, dan tak seorang pun dari kita yang sanggup mendekati kubur. Segala puji bagi Allah yang telah menutup telinga kita dari siksa kubur dengan kelembutan dan pengetahuannya terhadap kelemahan kita. Seandainya Dia membuka tabir itu bagi kita niscaya kita akan pingsan atas kedahsyatannya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ

Artinya: “Apabila jenazah diletakan, lalu dibawa oleh kaum lelaki di atas pundak mereka, jika mayit itu seorang yang saleh, ia akan berkata, ‘segerakanlah aku, segerakanlah aku, ‘namun jika ia tidak saleh, maka ia berkata, ‘Celakalah aku, ke mana mereka akan membawaku.’ Ketika itu suaranya terdengar oleh segala sesuatu selain manusia. Kalau seandainya manusia mendengarnya, tentu mereka pingsan.” (HR. Al-Bukhari).

 

Referensi:

Disusun Oleh: Ustadz Abu Khalid Abdurrahman

dari Buku Membaca Tanda-Tanda Kematian (Part5)

Diringkas Oleh: Bima Yoga Prasetiyo (Pegawai Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits)

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.