KIAT-KIAT ISTRI DALAM MENYAMPAIKAN NASEHAT ATAU TEGURAN KEPADA SUAMI
Alhamdulillah Rabbil Alamin. Segenap puja dan puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya hingga Hari Kiamat.
Amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu perkara yang harus di hidupkan dalam rumah tangga. Apabila suami menemukan penyimpangan dalam diri istrinya, ia berkewajiban untuk meluruskan dan memperingatkannya. Demikian pula ketika istri mendapati hal serupa pada diri suaminya.
Akan tetapi perlu di ingatkan di sini, bahwa ketika istri menyampaikan nasihat dan teguran kepada suaminya, tentu caranya berbeda dengan pengajaran seorang guru kepada muridnya atau seorang ustadz kepada jamaah pengajiannya.
Para Istri yang di rahmati Oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Dalam hal ini, seorang istri harus cerdik dalam mengambil langkah. Karena yang engkau kehendaki dari teguran itu, tentu adalah kebaikan pada diri suamimu. Yang pada hakikatnya itu juga merupakan kebaikan bagi dirimu. Maka engkau harus mengerahkan segenap kemampuanmu agar nasihat dan teguranmu itu mendatangkan perbaikan. Bukan mengundang keburukan yang lebih besar.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu di perhatikan:
- HENDAKNYA ENGKAU MENYAMPAIKAN NASEHAT ITU DENGAN IKHLAS, HANYA MENGHARAP RIDHA ALLAH SEMATA.
Jangan Engkau melakukannya karena dorongan rasa kesal dan amarah. Sebab hal itu hanya akan membawa kerugian. Karena jika tindakanmu semata-mata di dorong rasa kesal, maka engkau tidak akan mendapatkan pahala dan engkau akan bertambah kesal jika ternyata teguranmu tidak di terima.
Namun apabila engkau mendasari tindakanmu itu semata karena Allah, niscaya engkau akan menuai pahala. Dan ketika ternyata nasihat serta teguranmu tidak di terima, engkau tidak akan berputus asa atau merasa kesal. Mengapa…? Sebab hidayah itu datangnya dari Allah dan bukan berada di tangan kita.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “Sungguh engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Qs. Al-Qashash: 56)
Tugas kita hanyalah menyampaikan peringatan dengan baik, dan Allah-lah yang membuka hati siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagaimana di jelaskan oleh-Nya:
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Artinya: “Kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Qs. Yasin: 17)
Para istri yang di rahmati Oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Menegur suami yang keliru, adalah merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh di tinggalkan. Demikian juga dalam mempraktekkannya, banyak etika yang harus diperhatikan dengan baik.
- MULAILAH DENGAN MEMPERBAIKI DIRI SENDIRI.
”Siapapun yang hendak memperbaiki orang lain, hendaklah ia memulai dari dirinya sendiri.” (QS. Luqman: 17).
Mu’awiyah Radhiyallaahu ’anhu menasehatkan:
أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
Artinya: “Perbaikilah dirimu, niscaya orang lain akan berlaku baik kepadamu.”
Tarik simpati suamimu dengan menunjukkan banyaknya perubahan pada dirimu. Buktikan bahwa setelah mendalami ajaran Islam dan Sunnah Rasul Shallallaahu ’alaihi wa sallam, engkau semakin menjadi istri yang menyenangkan. Semakin taat, semakin santun, semakin sabar dan seterusnya. In Syaa Allah sikapmu itu dapat membuka hati suamimu untuk merubah perilakunya pula.
- BERLEMAH LEMBUT DALAM MENASEHATI
Sampaikanlah nasihat dan teguran itu dengan cara yang lemah lembut. Sebab karakter ini merupakan sifat yang di cintai Allah dan di sukai oleh manusia. Bahkan kelembutan merupakan salah satu faktor terbesar yang menjadikan teguranmu di terima.
Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan sesuatu pada kelembutan yang tidak di berikan-Nya pada kekerasan atau selainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallaahu ’anha dengan redaksi Muslim)
Beliau menambahkan:
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ؛ يُحْرَمِ الْخَيْر
Artinya: “Barangsiapa tidak memiliki sifat lembut, maka ia tidak memiliki kebaikan.” (HR. Muslim dari Jarir bin Abdullah Radhiyallaahu ’anhu)
Beliau juga menegaskan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ، وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
Artinya: “Sesungguhnya kelembutan itu jika masuk ke dalam sesuatu pasti akan menjadikannya indah. Sebaliknya jika kelembutan itu di cabut dari sesuatu, pasti akan membuatnya jelek.” (HR. Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallaahu ’anha)
Menegur suami yang keliru, adalah merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh di tinggalkan. Pun demikian, dalam mempraktekkannya, banyak etika yang harus di perhatikan dengan baik.
- HIASILAH DIRIMU DENGAN KESABARAN
Poin ini sangatlah penting. Karena mungkin engkau akan memerlukan waktu yang lama untuk dapat merubah sebagian penyimpangan atau perangai buruk yang ada pada diri suamimu. Rentang waktu yang akan menjadi ujian tersendiri bagimu. Bersabarlah, karena kesabaranmu dalam mempergauli suamimu akan menjadi catatan pahala bagimu di sisi Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang di sempurnakan pahalanya tanpa batas.” (Qs. Az-Zumar: 10)
- IRINGILAH NASEHATMU DENGAN DOA
Jangan pernah lupa dan bosan untuk berdoa kepada Allah. Karena hanya Dia-lah yang mampu membuka pintu hati suamimu dan dapat merubah segala keburukannya. Sebab hati para hamba ada di tangan Allah ta’ala.
Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wa sallam mengingatkan:
إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya hati bani Adam seluruhnya berada di antara dua jari Allah seperti satu hati. Dia mengarahkannya sekehendak-Nya.” (HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallaahu ’anhuma)
Perbanyaklah melantunkan doa-doa yang di ajarkan dalam al-Qur’an dan Sunnah. Antara lain: “Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan dan keturunan yang menyedapkan pandangan kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Furqan: 74)
- PERHATIKAN SKALA PRIORITAS.
Kekeliruan itu bertingkat-tingkat, ada yang ringan, sedang maupun berat. Tidaklah bijak jika engkau memberondong suami dalam satu waktu dengan sekian banyak penyimpangan. Sebab cara seperti itu justru kerap tidak membuahkan hasil yang di harapkan. Ketahuilah bahwa perubahan perilaku itu membutuhkan proses, tidak ‘sim salabim’ langsung berubah. Karenanya engkau harus memiliki skala prioritas dalam menasihati. Mulailah dari menasihatinya dalam penyimpangan yang paling berat, yang berat, yang sedang, baru kemudian yang ringan.
Menegur suami yang keliru, adalah merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh di tinggalkan. Pun demikian, dalam mempraktekkannya, banyak etika yang harus di perhatikan dengan baik.
- MEMPERHATIKAN SITUASI DAN KONDISI SAAT MENYAMPAIKAN TEGURAN
Penentuan masa, tempat serta tata cara menyampaikan teguran, juga mempertimbangkan situasi dan kondisi manakala kritik di sampaikan, adalah perkara yang sangat berpengaruh pada di terima atau tidaknya teguran itu. Hal ini tidaklah mudah. Namun membutuhkan kepiawaian dan pertimbangan yang jeli.
Sebagaimana kita tidak suka apabila di kritik atau di tegur di hadapan orang lain, maka jangan lakukan itu terhadap suamimu. Teguran yang di sampaikan secara empat mata, biasanya akan lebih mudah di terima. Sebab lebih terasa nyaman dan menjaga nama baiknya. Sebab terkadang seseorang hatinya bisa menerima teguran yang di sampaikan kepada dirinya, namun ia menolaknya karena gengsi dan demi menjaga harga dirinya di hadapan orang lain.
Imam Syafi’i menjelaskan: “Barangsiapa mengingatkan saudaranya secara rahasia, berarti ia telah menasehati dan menjaga nama baiknya. Dan barangsiapa menasehati di hadapan umum, berarti ia telah membuka aibnya dan merusak nama baiknya.”
- JANGAN MENEPUK AIR DI DULANG, MEMERCIK KE MUKA SENDIRI
Hendaknya engkau menjadi orang pertama yang melaksanakan hal yang engkau tuntut dari suami. Janganlah engkau mengkritik suatu keburukan pada diri suami, sementara keburukan itu ternyata ada pada dirimu.
Allah Ta’ala berfirman: “Mengapa kalian suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedang kalian melupakan dirimu sendiri, padahal kalian membaca Kitab…? Tidakkah kalian berpikir…?.” (Qs. Al-Baqarah: 44)
Dalam ayat lain Allah mengingatkan: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan ? (Itu) sangatlah di benci oleh Allah, jika kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Qs. Ash-Shaff: 2-3)
Jangan sampai kuman di seberang lautan tampak, sedangkan gajah di pelupuk mata tak nampak.
- PAKAILAH SENI DALAM MENEGUR
Jangan tergesa-gesa mengkritik dan menegur. Tahanlah dulu, sebab ada beberapa perkara yang harus diperhatikan. Antara lain:
- Jangan menyampaikan teguran ketika engkau sedang marah. Sebab dalam keadaan marah, biasanya engkau terdorong untuk terlalu membesar-besarkan permasalahan dan cenderung sentimental. Dalam kondisi seperti ini, suami akan menangkap bahwa kritikmu tidak lain semata karena dorongan emosi, sehingga ia pun enggan untuk menerimanya.
- Terlalu cepat menyampaikan kritik dalam kondisi seperti itu akan membuatmu keliru dalam mengambil sikap. Selanjutnya, engkau akan berada pada pihak yang bersalah.
- Demikian pula jangan menyampaikan teguran ketika suamimu sedang marah. Sebab dalam kondisi tersebut, biasanya ia tidak siap untuk menerima kata-kata apapun. Apalagi yang berisi kritik. Justru akan lebih mengobarkan amarahnya.
Jadi, waktu yang tepat untuk menyampaikan kritik adalah dalam kondisi yang tenang dan kondusif antara kedua belah pihak. Bukan juga dalam kondisi gembira, suka cita dan ceria. Sebab hal itu bisa merusak suasana. Apalagi jika waktu-waktu seperti itu sangat jarang di temukan, maka janganlah engkau menyia-nyiakannya.
Alangkah baiknya bila sepasang suami istri menyediakan waktu khusus untuk saling terbuka antara keduanya terhadap seluruh masalah. Praktek seperti ini lebih ideal lagi. Sebab, kondisi jiwa pada saat itu lebih siap untuk menerima masukan dan perubahan.
Lalu bagaimana cara menyampaikan Nasihat ?
- Keahlian menyampaikan nasihat atau teguran kepada suami merupakan seni yang sangat agung dan harus engkau pelajari. Dalam masalah ini tentu berbeda antara suami yang satu dengan yang lainnya. Dan engkaulah orang yang paling mengenal watak dan kepribadian suamimu. Intinya, engkau harus memperhatikan metode dan kepantasannya. Hindari suasana gaduh dan kata-kata yang menyakitkan atau melukai perasaan. Jauhi caci maki, sebab hal itu pasti akan membuat suamimu kecewa.
- Apabila ada sinyal-sinyal yang menunjukkan ketidaksukaan dan penolakan dari suamimu, maka hendaknya engkau segera berhenti dan mengalihkan pembicaraan kepada hal lainnya. Bersabarlah dan coba lagi di lain kesempatan. Mungkin suamimu perlu waktu untuk dapat mencerna dan menerima kata-katamu.
- Demikian pula jangan lupa untuk membuat dadanya lapang. Dengan cara menyebut-nyebut jasa dan kebaikannya, setelah menyampaikan kritik padanya. Ini akan mengembalikan suasana kenyamanan hatinya dan menjadikan keadaan kembali rileks.
Hal penting lain yang perlu di perhatikan, jangan terkesan memojokkan suami, seakan ia merasa seperti seorang tersangka yang sedang divonis di hadapan hakim. Tunjukkan bahwa engkau melakukan itu semua semata-mata karena rasa sayangmu padanya.
Selamat mencoba…!
Referensi :
Ummu Ihsan dan abu Ihsan//Surat Terbuka Untuk Para Istri//Bogor//Pustaka Darul Ilmi
Diringkas oleh : Adibah Mira Trisna (Santriwati khidmah Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Artikel bulan : Januari 2024
Baca juga artikel:
Leave a Reply