Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita begitu banyak kenikmatan, yang mana diantara kenikmatan yang paling besar yang Allah Ta’ala berikan kepada kita adalah nikmat islam, nikmat iman dan nikmat untuk tetap istiqamah diatas jalan hidayah. Dan Allah Ta’ala tidak akan memberikan nikmat-nikmat ini kecuali hanya kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, patutlah bagi kita untuk selalu mensyukuri nikmat Allah yang amat banyak ini.
Saudaraku, kita telah tahu bahwasanya semua yang bernyawa didunia ini pasti akan merasakan kematian. Dan yang namanya kematian dia datang pada sat yang tidak diduga-duga, betapa banyak orang yang dipagi harinya segar bugar akan tetapi pada waktu sorenya dia telah tiada. Dan kematian wahai saudaraku, dia datang tanpa memandang usia seseorang, baik itu bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan lansia sekalipun, jikalau hari itu adalah ajalnya, maka dia akan datang untuk mencabut nyawanya.
Dan kita juga telah mengetahui, bahwasanya setelah kehidupan didunia ini berakhir maka akan ada kehidupan yang baru serta lebih kekal dan abadi yaitu alam akhirat. Oleh karena itu, hendaklah bagi seorang muslim untuk selalu mempergunakan waktunya dengan sebaik mungkin yaitu dengan beramal shalih sebagai bekal untuknya kelak di akhirat.
Kita telah tahu, bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling mulia di muka bumi, dan beliau juga telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah baik yang telah berlalu maupun yang akan datang, dan beliau juga telah dijamin oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam surga. Akan tetapi ketahuilah waha saudaraku, meskipun demikian Nabi pun selalu mengisi hati-harinya, dengan berdzikir kepada Allah, memohon ampun kepada-Nya dan selalu meminta pertolongan kepada-Nya.
Sebagaimana didalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah dia berkata, Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah Dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Ahmad, Muslim dan yang lainnya)
Penjelasan dari hadits ini adalah bahwasanya Allah memerintahkan kita untuk selalu bertaubat kepada-Nya dan perintah ini merupakan perintah wajib yang harus segera dilaksanakan sebelum ajal tiba.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan didalam ayat yang lain, Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (ikhlas).” (Qs. At-Tahrim: 8)
Allah dan Rasul-Nya telah telah memerintahkan kita untuk bertaubat, karena taubat merupakan jalan kebahagiaan, jalan menuju surga, pembersih hati , penghapus dosa, dan menjadi sebab keridhaan Allah Ta’ala.
Setiap anak Adam pasti pernah berbuat dosa dan yang terbaik diantara mereka adalah yang bertaubat kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Makna Taubat
Asal makna taubat adalah kembali dari kesalahan dan dosa menuju ketaatan. Dan seseorang dikatakan bertaubat jikalau dia mengakui kesalahan dan dosa-dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Dan lafazh taubat didalam surat at-tahrim pada ayat ke 8 diatas diiringi dengan lafazh nashuh, sehingga menjadi taubat nashuh. Taubat nashuh bermakna taubat yang ikhlas, jujur, benar dan taubat yang tidak diiringi dengan perbuatan dosa.
Taubat Wajib Dilakukan Dengan Segera Dan Tidak Boleh Ditunda
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya bertaubat kepada Allah dari perbuatan dosa adalah wajib dilakukan dengan segera dab tidak boleh ditunda.” [Madarijus Salikin (I/297), cet. Darul Hadits-Kairo]
Imam An-Nawawi juga berkata, “Para Ulama telah bersepakat, bahwa bertaubat dari seluruh perbuatan maksiat adalah wajib. Wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda, baik itu dosa kecil apalagi dosa yang besar.” [Syarhu Shahih Muslim (XVII/59)]
Kesalahan serta dosa yang dilakukan oleh manusia sangat banyak sekali. Setiap hari manusia pernah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa kepada Sang Khaliq (Allah Maha Pencipta) maupun dosa kepada makhluk.
Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya dosa dan kesalahan akan berakibat buruk dan kehinaan bagi pelakunya, baik didunia maupun diakhirat, apabila orang tersebut tidak segera bertaubat kepada Allah. Oleh karena itu, setiap muslim tidak boleh lepas dari beristighfar dan selalu bertaubat kepada-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Setiap hari beliau memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali. Bahkan dalam hadits disebutkan bahwa beliau memohon ampun kepada Allahseratus kali didalam satu majelisnya.
Dari Ibnu Umar, dia berkata, “Kami pernah menghitung didalam satu majelis Rasulullah, bahwa seratus kali beliau mengucapkan, “Ya Rabb-ku! Ampunilah aku dan orang yang bertaubat kepada-Mu. Sungguh, Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Apabila ada yang beranggapan bahwa dirinya telah melakukan dosa yang banyak sekali, sehingga dia merasa dosanya tidak akan diampuni oleh Allah. Maka orang ini harus mengubah anggapan buruknya itu. Dia harus yakin bahwasanya Allah akan mengampuni segala dosa jika pelakunya bertaubat kepada Allah dengan taubat yang nashuh.
Segeralah bertaubat! Tidak ada kata terlambat dalam masalah taubat, pintu taubat selalu terbuka sampai matahari terbit dari arah barat.
Seorang Muslim tidak boleh merasa putus asa dari rahmat Allah. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya:
“Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku, yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Az-Zumar: 53)
Disamping itu juga, ada banyak hadits yang menunjukkan bahwa Allah akan senantiasa memberi ampunan disetiap waktu dan menerima taubat setiap saat. Dia selalu mendengar istghfar dan mengetahui taubat hamba-Nya, kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, jika ada orang yang mengabaikan dan lengah dalam menggunakan kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat Allah yang luas itu akan berbalik menjadi malapetaka, kesedihan dan kepedihan di padang mahsyar. Hal ini tak ubahnya, seperti seseorang yang kehausan padahal dihadapannya ada air bersih namun ia tak dapat menjamahnya, hingga akhirnya maut menjemput sesudah merasakan penderitaan haus tersebut. Begitulah penderitan orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Pintu rahmat terbuka lebar, namun mereka enggan memasukinya. Jalan keselamatan sudah tersedia, namun mereka tetap berjalan diatas jalan kesesatan.
Dan apabila tanda-tanda kiamat besar telah tampak, yakni matahari sudah terbit dari arah barat. Kematian sudah diambang pintu, yakni nyawa sudah berada ditenggorokan maka taubat tidak lagi diterima. Wal’iyyadzubillah
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Artinya:
“Taubat itu bukanlah bagi orang-orang yang berbuat kemaksiatan, sehingga apabila kematian telah datang kepada seseorang diantara mereka, lalu ia berkata: ‘Sungguh sekarang ini akau bertaubat dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi mereka Kami sediakan siksa yang pedih’.” (Qs. An-Nisa: 18)
Allah Ta’ala juga berfirman,
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ
Artinya:
“Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, atau kedatangan Rabbmu, atau sebagian dari tanda-tanda Rabbmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu. Katakanlah: ‘Tunggulah! Kami pun menunggu.” (Qs. Al-An’am: 158)
Maksud firman Allah, “Yang mereka nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, atau kedatangan Rabbmu, atau sebagian tanda-tanda dari Rabbmu.” yaitu pada hari kiamat kelak.
Dan firman Allah, “atau sebagian tanda-tanda dari Rabbmu, “ yaitu munculnya tanda-tanda hari Kiamat.
Dan kita berharap kepada Allah agar Allah selalu menerima amalan shalih yang telah kita lakukak semasa hidup didunia, agar diakhirat kelak kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi. Karena alangkah meruginya kita jikalau nanti diakhirat kita masuk kedalam neraka dalam keadaan hina dina.
Wal’Iyyadzubillah
REFERENSI:
Demikianlah artikel yang saya buat dengan mengutip dari majalah As-Sunnah Edisi 06 Dzulhijjah 1437 H/Oktober 2016
Nama: Husain Gati Rianto
Baca juga artikel berikut:
Leave a Reply