PENYAKIT HATI DAN OBATNYA (BAGIAN 2)

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA-2

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA (BAGIAN 2)- Sering kita mendengar pertanyaan, “Untuk apakah Allah Subhanahu Wata’ala menciptakan manusia”? Maka tujuannya adalah agar hambahnya beribadah kepada Allah.

HAKIKAT IBADAH PADA ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA

Allah Subhanahu Wata’ala menjawab:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ٦

 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat:56)

Lalu ditanyakan, “Mengapa Allah Subhanahu Wata’ala mensyariatkan ibadah tersebut untuk manusia?

Jawabnya hanya satu yaitu, “Untuk kebaikan hatinya.”

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اعبُدُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالَّذِينَ مِنۡ قَبلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ ۙ ‏

Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)

Ketika Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan manusia pada ayat tersebut “beribadalah kepda Rabb-mu”, maka maksudnya adalah bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menginginkan seluruh manusia  agar bertakwa, sedangkan tempatnya adalah hati.

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasalam bersabda:

ا لتقو ى ههنا ا لتقو ى ههنا ا لتقوى ههنا و يشيرا الى صدره < ثلاث مرات >

Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! Dan beliau menginsyaratkan kedadanya (tiga kali)….” (HR. Muslim)

Artinya adalah jika seseorang beribadah, tetapi tidak menghasilkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka ibadah orang tersebut telah dimasuki sesuatu, dan ibadah yang menghasilkan ketakwaan itu berarti ibadah tersebut kurang diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

……اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya:  “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah 27)

Lihat juga bagaimana Allah Subhanahu Wata’ala  menyebutkan tentang hikmah di bulan puasa Ramadhan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنۡ قَبلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-baqarah 183)

Ternyata seluruh ibadah yang tidak memperbaiki hatinya adalah ibadah yang terkontaminasi oleh sesuatu, ibadah yang tidak menyebabkan hati semakin khusyu’ dan tunduk kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dan itu memberikan tanda bahwa ibadah tersebut tidak semurna di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.

Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman:

قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

Artinya adalah orang yang tidak menghasilkan ketakwaan dari hatinya dari ibadahnya tersebut, itu pertanda ibadahnya dikotori oleh sesuatu.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan ath Thabrani yang di shahihkan oleh Albani, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasalam tentang 2 hal, yang pertama tentang “Siapakah manusia yang paling mulia”, dan yang kedua tentang “Apa yang dimaksudkan dengan hati yang bersih.

عبد ا لله بن عمر و قا ل لر سو ل ا لله  صلى ا لله عليه و سلم اي  ا لنا س ا فضل قا ل كل محمو م ا لقلب صد و ق ا للسا ن قا لو ا صد و ق ا للسا ن نعر فه فما مخمو م ا لقلب قا ل هى ا لتقي ا لنقي ا ثم فيه و لا بغي و لا حسد 

Artinya: “Dari Albani bin ‘Amru bin al-Ash Rhadiyallahuanha dia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasalam, “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” beliau menjawab: “Semua orang yang hatinya bersih dan lisan ucapannya benar.” Mereka berkata; “Perkataannya yang benar-benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersih?” Beliau bersabda; “Hati yang bertakwa dan bersih tidak ada kedurhakaan dan kelaliman pada dirinya, serta kedengkian yang hasad”. (Shahih, HR. Ibnu Majah)

SELAYAKNYA MEMPERHATIKAN HATI

Seseorang yang merasa badannya atau fisiknya sehat belum tentu atau tidak merasakan dirinya sudah terkena penyakit hati. Tapi sebaliknya, jika badannya atau fisiknya yang sehat tersebut tiba-tiba ada yang tertimpa penyakit, pasti setiap orang sangat mudah merasakan sakit tersebut.

Apabila seseorang tertimpa penyakit pada bagian atau fisiknya, maka segeralah dia akan pergi ke dokter. Kalau bisa mencari seorang dokter terkenal, dan kalau bisa juga dokter tersebut orang yang spesialis dibidang penyakitnya agar penyakitnya cepat sembuh.

Maka orang tersebut akan berkonsultasi dengan menceritakan dan mengatakan gejala-gejala penyakit yang dirasakan. Setelah itu ia segera meminta resep dan membeli obat dari penyakitnya tersebut.

Begitulah sifat manusiawi setiap orang begitu perhatian dan peduli terhadap badan dan jasadnya. Karena sakitnya badan itu memang mudah untuk dirasakan, tetapi penyakit hati sulit dirasakan. Hanya orang-orang yang Allah berikan rahmat dan kasih sayang-Nya yang merasakan kepedihan tersebut.

Makanya generasi para sahabat begitu perhatiannya kepada masalah hati dengan sangat luar biasa. Maka sudah seharusnya perhatian seseorang kepada hati harus melebihi perhatiannya kepada badan atau fisiknya saja.

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasalam bersabda:

ا لا و ا ن فى ا لجسد مضغة ا ذ ا صلحت صلح ا جسد كله و ا ذ ا فسد ت فسد ا لجسد كله ا لا و هى ا لقلب

Artinya: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)

 

Masalah untuk menjaga hati ini menunjukkan betapa Islam begitu perhatian terhadap masalah hati, dan ini luar biasa karena anjuran untuk menjaga hati tidak terdapat pada agama lainnya. Maka dari itulah setiap kita berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memperhatikan hati. Kenali apa dan gejala-gejalanya serta kenali juga ciri-ciri hati yang terkena penyakit tersebut.

Al- Imam Ibnul Qayyim ketika menyebutkan jenis-jenis penyakit hati, beliau membagi sesuai dengan jenisnya. Ada jenis yang merupakan sifat manusia, ada juga jenis penyakit hati yang merupakan sifat hewan/ternak.

Adapun sifat penyakit hati yang bersifat seperti hewan, rakus dan serakah, kehidupannya hanya untuk makan dan minum, serta mengikuti hawa nafsu dan lainnya.

Dari sifat hewan ini ada lagi yang merupakan mempunyai sifat seperti binatang buas, dia maunya menguasai orang lain, keras dan kasar, sadis serta persis seperti binatang buas. Dan ada lagi yang bersifat seperti iblis, na ini yang akan kita bahas karena menyangkut sifat manusia dan binatang di dalamnya.

Karena apapun jenis penyakit-penyakit hati tentunya akan sangat membahayakan bagi kehidupan manusia lainnya dan terlebih lagi berbahaya lagi kita yang memiliki penyakit tersebut di akhirat nanti.

Diringkas dari buku: penyakit hati dan obatnya, Abu Yahya Badrussalam Lc,2017. Pustaka Ibnu Abbas

Ditulis Oleh: Salma Nadhir F. (Pegawai Pondok pesantren Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.