Mengingat Kematian

ingat_mati

Oleh Ust. Azhar Robani

Ada suatu perkara menakutkan yang sering kita melalaikannya, meskipun dalam waktu yang tidak lama kita pasti akan menghadapinya. Apakah perkara itu? Tiada lain adalah kematian. Siapapun akan mengalaminya. Itu merupakan keniscayaan yang terjadi pada setiap manusia walaupun sebabnya berbeda-beda.

Sebagaimana firman Allah;

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوُكمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. ( QS Al-Anbiya 35).

Ayat di atas dengan tegas memberitakan bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Setiap orang, baik kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau wanita, besar atau kecil, sholih atau jahat pasti akan merasakan kematian. Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarinya, meskipun berlindung di dalam benteng yang kokoh. Allah berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An-Nisa’ :78).

Dan Alloh menantang kepada orang-orang yang menyangka bahwa mereka tidak dikuasai oleh Alloh, dengan mengembalikan nyawa orang yang sekarat, jika memang mereka benar. Alloh berfirman:

فَلَوْلآ إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَكِن لاَّتُبْصِرُونَ فَلَوْلآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ تَرْجِعُونَهَا إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar.

(QS. Al-Waqi’ah:83-87)

Paska kematian

Kematian bukanlah akhir kehidupan, di mana badan menjadi tanah dan selesai segara urusan, sebagaimana anggapan sebagian orang. Tidak, tetapi kematian adalah awal kehidupan baru, yaitu kehidupan akhirat. Di mana manusia akan mendapatkan balasan atas semua amal perbuatannya waktu hidup di dunia. Jika amal perbuatannya baik, maka akan mendapatkan balasan kebaikan dan jika perbuatanya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Di antara mereka ada bahagia dan ada yang celaka.Dan mereka akan terbagi menjadi dua golongan: penghuni surga dan penghuni neraka. Alloh berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

(QS Ali Imran/3 : 185).

Dan Alloh berfirman:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (QS. 42:7)

As-Sa’di di dalam tafsir ayat ini mengatakan: “ … Bahwasanya manusia terbagi menjadi dua golongan. Segolongan masuk surga, yaitu orang-orang yang beriman kepada Alloh dan membenarkan para rosul-Nya dan segolongan masuk neraka, yaitu orang-orang yang kafir dan mendustakan”. (Taisirul Karimir Rohman: 483)

Anjuran mengingat kematian

Banyak hadits-hadits yang mengingatkan kematian, agar manusia selalu ingat bahwa hidup di dunia hanya sementara. Setelah itu, mereka akan berpindah kepada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Juga agar mereka bersiap-siap dengan perbekalan yang dia butuhkan untuk perjalanan yang panjang.

Rosululloh shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ الْمَوْتَ فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di dalam kesempitan hidup, kecuali akan melapangkan kesempitan hidupnya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di kelapangan hidup, kecuali akan menyempitkan kelapangan hidupnya. (Mashobihut Tanwir ‘ala Shohihil Jami’ish Shohir Lil-Albani : 12111)

Syumaith bin ‘Ajlan rahimahullah berkata:

مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نُصْبَ عَيْنَيْهِ لَمْ يُبَالِ بِضَيْقِ الدُّنْيَا وَلاَ بِسَعَتِهَا

“Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan dunia atau keluasannya”. (Mukhtashor Minhajul Qoshidin : 483, tahqiq: Syeikh Ali bin Hasan Al-Halabi)

Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan iman yang benar dan amal yang sholih serta dilandasi dengan niat yang ikhlas, dia itulah termasuk orang-orang yang paling berakal.

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhu, dia berkata: “Aku bersama Rosululloh shallallahu ‘alahi wa sallam, lalu seorang laki-laki Anshor datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata: “Wahai Rosululloh, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?”. Beliau menjawab:

أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Yang paling baik akhlaknya di antara mereka”.

Dia berkata lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?”. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik”. (HR. Ibnu Majah : 4259 ; hadits hasan, lihat Ash-Shohihah : 1384)

Cobalah renungkan sabda Nabi:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu akan tetap. Mayit akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarganya dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap. (HR. Tirmidzi; Albani berkata : Shohih)

Bersegeralah beramal kebaikan

Janganlah seseorang selalu mengundurkan amal sholih karena kesibukan duniawi, karena selama masih hidup, manusia tidak akan lepas dari kesibukan dunia. Orang yang berakal akan mengutamakan urusan akhiratnya yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunianya yang pasti ditinggalkan. Alloh berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munafiqun: 9-11)

Akhirnya, marilah kita semua berusaha untuk banyak-banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Yakni dengan melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta bertaubat dengan sebenar-benar taubat dari segala dosa yang telah kita lakukan.

Sumber : Majalah Lentera Qolbu Tahun ke-2 Edisi ke-8

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.