Kiat-kiat Meraih Hidup Bahagia

kiat meraih hidup bahagia

Kiat-kiat Meraih Hidup Bahagia – Segala puji hanya bagi Allah yang bagi-Nya seluruh pujian. Saya bersaksi bahwa tiada illah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba dan Rasul-Nya, semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau, keluarga dan para sahabatnya.

Sesungguhnya ketenangan hati dan kesenangannya serta hilangnya rasa gundah dan resah merupakan keinginan setiap orang. Karena dengan demikian akan tercapai kehidupan yang tentram, Bahagia dan Sejahtera. Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan sarana-sarana yang bersifat religious, ala,I dan logika yang kesemuanya tidak dapat dicapai kecuali oleh seorang mu’min. Adapun selain mereka, walaupun dapat diraih salah satunya itupun setelah para pemikir mereka menguras pikirannya untuk itu akan tetapi masih banyak hal lain yang terlewatkan yang lebih bermanfaat dan utama baik di dunia ini atau kehidupan berikutnya.

Iman dan Amal Sholeh

Sarana yang paling utama dan paling mendasar dalam masalah ini adalah beriman kepada Allah dan beramal Shalih. Firman Allah Ta’ala:

من عمل صّلحا مّن ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينّه حيوة طيّبة ولنجزينّهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun Perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”[1]

Allah Ta’ala mengabarkan dan menjanjikan bagi siapa saja yang menggabungkan antara iman dan amal saleh dengan kehidupan yang baik di dunia ini serta balasan kebaikan di dunia dan akhirat.

Sebabnya jelas, karena orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dengan iman yang benar dan berbuat amal saleh yang dapat memperbaiki hati, akhlak, dunia dan akhirat, mereka memiliki pijakan  dan landasan tempat menerima semua apa yang datang kepada mereka, baik yang berbentuk kebahagiaan dan kesenangan atau penderitaan dan kesedihan.

Jika mereka mendapatkan sesuatu yang dicintai dan disenangi, mereka menerimanya dengan rasa Syukur serta menggunakannya sesuai fungsinya, dan jika mereka mengguanakannya atas dasar tersebut maka timbullah perasaan gembira seraya berharap agar kebaikan tersebut tetap ada padanya dan mengandung berkah serta berharap teraihnya pahala karena dia termasuk orang-orang yang mensyukurinya. Semua ini merupakan perkara yang agung yang nilai dan berkahnya melebihi kebaikan itu sendiri sekaligus merupakan buahnya.

Mereka juga menghadapi keburukan dan kesulitan sesuai kemampuan yang mereka miliki, memperkecil semampunya, sabar terhadap apa yang tak mungkin mereka hindari. Dengan demikian, kesulitan-kesulitan tersebut memberikan mereka pengamalan dan kekuatan bagaimana menghadapi masalah. Sabar dan berharap pahala atas apa yang dialami, berdampak sangat besar atas hilangnya kesulitan, berganti dengan kemudahan dan harapan yang baik, keinginan akan karunia Allah dan ganjaran-Nya, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah ﷺ dalam hadits shahihnya:

عجبا لأمر المؤمن إنّ أمره كلّه خير إن أصابته سرّاء شكر فكان خيرا له, وإن أصابته ضرّء صبر فكان خيرا له وليس ذلك لأحد إلّا للمؤمن

Artinya: “Sesungguhnya perkara seorang mu’min itu menakjubkan, karena semua perkara yang dialaminya adalah baik, jika mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka hal itu lebih baik baginya, jika mengalami kesulitan dia bersabar, maka hal itu lebih baik baginya, dan hal seperti itu tidak terdapat kecuali pada diri seorang mu’min.”[2]

Dalam hadits tersebut Rasulullah ﷺ menggambarkan bahwa seorang mu’min akan berlipat-lipat kebaikan dan buah amalnya atas setiap apa yang dialaminya.

Karena itu anda mendapatkan dua orang yang mengalami hal serupa baik berupa kebaikan ataupun keburukan, akan tetapi ada perbedaan yang besar di antara keduanya dalam menerimanya. Hal tersebut dapat terjadi, karena berbedanya iman dan amal shalih pada keduanya.

Yang pertama menerima kebaikan dan keburukan sebagaimana yang telah kita sebutkan, yaitu dalam bentuk Syukur dan sabar dengan segala konsekwensinya. Sehingga lahir pada dirinya perasaan bahagia dan senang, hilangnya rasa gundah gulana, perasaan tak tenang, kesempitan dada dan kehidupan sengsara, semuanya berganti dengan kehidupan di dunia ini.

Sementara yang lain menerima kesenangan dengan sombong dan melampaui batas. Akhlaknya menyimpang sehingga dia menerimanya bagaikan hewan rakus yang kelaparan, namun demikian hatinya tetap tidak tenang, bahkan gelisah dari berbagai sisi, dari sisi ketakutan akan hilangnya sesuatu yang dicintainya, dari banyaknya pertikaian yang biasanya tumbuh dari hal tersebut, dari sisi jiwanya yang tak puas-puasnya, bahkan menginginkan hal-hal lainnya yang mungkin dapat dia raih ataupun tidak. Walaupun seandainya dapat diraihnya, itupun akan mengakibatkan kegelisahan dari berbagai sisi yang telah disebutkan tadi.

Adapun jika mendapatkan kesulitan, dia menerimanya dengan panik , ketakutan dan tidak tenang.jika demikian halnya, maka jangan tanya lagi bagaimana sempit kehidupannya, banyak pikiran dan tegang, ketakutan yang dapat mengakibatkan kondisi lebih buruk dan lebih parah lagi. Karena semua itu tidak dihadapi dengan mengharap pahala dari Allah, juga tidak dengan kesabaran yang dapat menghiburnya dan meringankan penderitaannya.

Semu aitu dapat disaksikan lewat pengalaman. Satu contoh, jika anda renungkan dan anda kaitkan dengan realita yang ada, maka akan anda dapatkan perbedaan yang besar antara seorang mu’min yang mengamalkan semua tuntutan keimanannya dengan mereka yang tak seperti itu. Hal itu karena agama menyeru manusia untuk qana’ah (merasa cukup) rizki Allah dan semua yang dialami seorang hamba dari keutamaan dan karunia-Nya yang bermacam-macam.

Seorang mu’min jika ditimpa penyakit atau kefakiran atau musibah lainnya Dimana setiap orang memiliki kemungkinan itu, lalu dengan keimanannya dia akan menerimanya dengan qana’ah dari Ridha atas pemberian Allah kepadanya, maka hatinya menjadi tenang, tidak menuntut sesuatu yang dia tidak mampu untuk meraihnya, dirinya selalu melihat orang yang di bawahnya (yang lebih menderita dari dia) dan tidak melihat orang yang diatasnya (yang lebih senang darinya), bahkan bisa jadi dia semakin bertambah senang dan gembira jika melihat orang-orang yang dapat meraih keinginan-keinginan dunianya namun tidak memiliki sifar qana’ah atas semua itu.

Begitu juga akan anda dapatkan orang-orang yang tidak menjalankan nilai-nilai keimanan, manakala mendapatkan cobaan seperti kefakiran atau luputnya sebagian dari keinginan duniawinya, dia sangat putus asa dan menderita.

Kasus lainnya, Ketika sebab-sebab ketakutan dan kekalutan menghinggapi manusia, maka akan anda dapati orang yang imannya benar, hatinya akan mantap, jiwanya tenag, teguh dalam mencari penyelesaian serta menyelesaikan masalah yang menimpanya tersebut dengan keluasan yang dimilikinya berupa pemikiran, perkataan dan perbuatan. Dirinya telah kokoh menghadapi gangguan yang menimpa. Kondisi seperti ini akan membuat seseorang tenang dan hatinya mantap.

Sebagaimana akan anda dapatkan orang yang tak memiliki keimanan, mengalami kondisi sebaliknya. Jika mengalami ketakutan, hatinya menjadi tak tenang, emosinya tak terkontrol, pikirannya kacaubalau dan ketakutan menjalar dalam dirinya. Sehingga dalam dirinya terkumpul ketakutan luar dalam yang sulit untuk diungkapkan. Orang semacam ini jika belumpernah mendapatkan Latihan yang banyak dalam mengatasi permasalahan berdasarkan sebab-sebab alami, akan meruntuhkan kekuatan dan kejiwaannya, karena ketiadaan iman yang mengarahkannya kepada kesabaran, khususnya dalam kondisi terdesak dan sangat menyedihkan atau menakutkan.

Orang baik dan orang jahat, orang beriman dan orang kafir punya kemungkinan yang sama dalam mewujudkan keberanian dan naluri untuk memperkecil ketakutan, akan tetapi orang beriman memiliki kelebihan berupa kekuatan iman, kesabaran dan tawakkal kepada Allah, berpegang teguh kepada-Nya dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala, semua itu akan menambah keberaniannya, meringankan beban ketakutannya dan memperkecil pengaruh musibah. Sebagaimana Allah berfirman:

إن تكونوا تألمون فإنّهم يألمون كما تألمون وترجون من الله مالا يرجون

Artinya: “Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah, apa yang tidak mereka harapkan.”[3]

Mereka juga akan mendapatkan pertolongan dan bantuan khusus dari Allah Ta’ala yang dapat menghilangkan ketakutan:

وآصبروا إنّ الله مع الصّبرين

Artinya: “Dan bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah Bersama orang-orang yang sabar.”[4]

Berbuat Baik Sesama Makhluk

Termasuk dapat mengusir perasaan gundah dan gelisah adalah berbuat baik kepada sesame makhluk dengan ucapan, perbuatan serta berbagai bentuk Kebajikan.

Dengan kebaikan tersebut Allah akan menghilangkan kesusahan baik dari orang berimanataupun orang kafir sesuai kadar kebaikannya. Akan tetapi orang beriman memiliki bagian yang lebih sempurna. Karena perbedaannya bersumber dari keikhlasan dan harapan akan pahala Allah Ta’ala. Dengan modal tersebut Allah ringankan baginya dalam mencegah keburukan dengan penuh Ikhlas dan harap akan pahala dari Allah Ta’ala:

لاّ خير  فى كثير مّن نّجوهم إلّا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلّح بين النّاس ومن يفعل ذلك ابتغآء مرضات الله فسوف نؤتيه أجرا عظيما

Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”[5]

Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa semua perkara yang disebutkan dalam ayat di atas adalah kebaikan, dan kebaikan selalu mendatangkan kebaikan berikutnya dan menolak keburukan. Seseorang yang berharap dari Allah Ta’ala akan selalu Allah berikan kepadanya pahala yang banyak, diantaranya hilangnya perasaan gundah dan gelisah dan kesulitan hidup lainnya.

Sibuk dengan Pekerjaan atau Ilmu yang Bermanfaat

Termasuk hal yang dapat mengusir kegundahan yang timbul dari kegamangan jiwa karena hati disibukkan oleh urusan-urusan yang memberatkan adalah dengan menyibukkan diri dengan sebuah pekerjaan atau mendalami ilmu yang bermanfaat. Dengan begitu dai akan melupakan apa yang selama ini membebani dirinya dan yang selama ini membuatnya gelisah. Maka kemudian jiwanya menjadi tenang, semangatnya bertambah.

Sebab ini juga dapat terjadi pada diri seorang beriman atau yang bukan beriman. Akan tetapi orang beriman memiliki kelebihan karena keikhlasan dan harapan akan pahala dari apa yang menyibukkan dirinya, berupa ilmu yang dipelajari atau yang diajarkan, begitu juga dengan kebaikan yang dikerjakan. Jika hal tersebut berbentuk ibadah maka nilainya adalah ibadah, jika merupakan kesibukkan atau kebiasaan dunia maka dia mengiringinya dengan niat yang shalih dan membantunya dalam beribadah kepada Allah. Hal tersebut sangat efektif dalam mengusir kesedihan dan keluh-kesah.

Betapa banyak orang yang dirundung duka dan gelisah sehingga dia ditimpa penyakit yang bermacam-macam,maka obat mujarabnya adalah melupakan sebab-sebab yang selama ini mengganggunya dan membuatnya gelisah serta menyibukkan diri dengan pekerjaan dan tugas-tugas.

Dianjurkan agar perbuatan yang menyibukkan dirinya adalah yang sesuai dengan seleranya dan disenangi jiwanya, maka dengan begitu lebih memungkinkan untuk mendatangkan manfaat yang dia maksudkan.

Memusatkan Pikiran untuk Melakukan Pekerjaan Hari Ini dan Tidak Dihantui oleh Pikiran di Masa Depan atau Kesedihan Masa Lalu

Termasuk yang dapat mengusir perasaan cemas dan gelisah adalah memusatkan semua pikiran untuk mengerjakan sebuah pekerjaan pada hari ini dan memutuskan diri dari pikiran-pikiran yang akan dating serta kesedihan atas waktu-waktu yang lalu. Karena itu Rasulullah ﷺ berlindung dari Al-Hamm dan Al-Hazn adalah perkara-perkara yang telah lalu yang tidak mungkin diulang dan didapati Kembali, sedangkan Al-Hamm adalah sesuatu yang diakibatkan oleh ketakutan pada masa yang akan dating. Maka hendaklah seseorang menjadi manusia hari ini, mengerahkan sekuat tenaga kesungguhannya dalam memeperbaiki hari dan waktunya saat ini.

Memusatkan pikiran dalam masalah ini juga dapat menyempurnakan sebuah perbuatan, disamping menjadi Penawar kesedihannya. Rasulullah ﷺ jika berdoa atau mengajarkan umatnya untuk berdoa, maka dia juga menganjurkan untuk minta pertolongan dan keutamaan kepada Allah Ta’ala atas kesungguhannya dalam mewujudkan apa yang dia mohonkan dalam doa-doanya. Dan juga meninggalkan setiap yang tidak diinginkan dalam doa-doanya karena doa seharusnya sesuai dengan amal perbuatan. Seorang hamba yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang bermanfaat baginya dalam urusan agama dan dunia akan memohon kepada Rabb-nya kesuksesan yang diinginkannya. Dan dia minta tolong kepada-Nya atas hal tersebut:

احرص على ما ينفعك واستعن باالله ولا تعجز, وإذا أصابك شيء فلا تقل : لو أنّي فعلت كذا كان كاذا وكاذا ولكن قل قدّر الله و ما شاء فعل, فإنّ لو تفتح عمل الشّيطان

Artinya: “Berusahalah umtuk meraih apa yang bermanfaat umtukmu, mintalah pertolongan Allah dan janganlah engkau lemah. Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan engkau katakan: Seandainya saya kerjakan ini niscaya akan jadi begini dan begitu, akan tetapi katakanlah bahwa Allah yang telah menetapkannya, apa yang Dia kehendaki Dia perbuat. Karena sesungguhnya (kata-kata) “seandainya” membuka peluang bagi perbuatan setan.”[6]

Rasulullah ﷺ dalam hadits diatas menggabungkan antara perintah untuk berupaya mendapatkan manfaat dalam setiap keadaan setiap keadaan dengan perintah meminta pertolongan kepada Allah serta tidak tunduk terhadap kelemahan, yaitu kemalasan yang merugikan dan menyerah terhadap perkara-perkara yang telah berlalu serta menyaksikan ketetapan Allah dan ketentuannya.

Beliau juga menjadikan sebuah perkara menjadi dua bagian: bagian Dimana seorang hamba memungkinkan baginya, atau menolaknya atau meringankannya kesungguhannya dan minta tolong kepada Rabb-nya.

Bagian lain adalah yang tidak mungkin untuk itu, maka pada hal tersebut seorang hamba harus tenang, Ridha dan pasrah. Tidak diragukan lagi bahwa berpedoman dengan kaidah ini merupakan penyebab datangnya kesenangan dan hilangnya rasa gundah dan resah.

REFERENSI:

Diringkas oleh :Dewi Sartika (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel)

Judul : Kiat-kiat Meraih Hidup Bahagia

Judul Buku : Al Wasiat Al Mufidah Li Hayati Sa’idah

Penulis : Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Penerjemah : Abdullah Haidar, Lc

Editor : Bayu Prayuda

Desain Cover : Audita Sarah Amulia

Cetakan Pertama : Muharram 1444 H / Agustus 2022


[1] QS. An-Nahl: 97

[2] HR. Muslim

[3] An-Nisa: 104

[4] Al-Anfal: 46

[5] An-Nisa: 114

[6] HR. Muslim

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.