Periksa Akhlakmu Sebagai Penuntut Ilmu

Periksa akhlakmu sebagai penuntut ilmu

PERIKSA AKHLAKMU SEBAGAI PENUNTUT ILMU

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّابَعْدُ الحَمْدُ

Segala puji bagi Allah telah memberikan nikmat sehat kepada kita semua , shalawat serta salam tidak lupa kita ucapkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh niscaya.

Syaikhu masayikhina Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata: “penuntut ilmu apabila tidak menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia maka menuntut ilmunya tidak ada faedahnya. Sewajibnya bagi seorang apabila mengetahui tentang akhlak mulia atau ibadah utama untuk melaksanakannya, karena jika tidak, maka dia tidak ada bedanya dengan orang yang jahil. Maka saya mengajurkan kepada diriku pribadi dan kepada kalian semua untuk berhias diri dengan akhlak yang mulia”[1].

 

Dalam artikel singkat ini, saya akan meringkaskan 7 pembahasan mengenai penuntut ilmu :

Pembahasan pertama

Adab penuntut ilmu terhadap dirinya

 

  1. Ilmu adalah ibadah

Intinya pembahasan ini dan dalam segala hal adalah engkau harus menyadari bahwa penuntut ilmu merupakan ibadah. Oleh karenanya, maka ketahuilah bahwa syarat ibadah adalah :

Pertama, Ikhlas.

Hal yang pertama adalah ikhlas dalam menuntut ilmu. Memurnikan niat karena Allah ta’ala bila menuntut ilmu, ilmu tidak di bangun di atas keikhlasan maka ketaatan paling mulia ini akan berubah menjadi amalan paling hina. Dan tidak ada yang menghancurkan ilmu semisal riya’, sum’ah dan sebagainya. Menuntut ilmu termasuk jihad di jalan Allah ta’ala. Dalam firman-Nya surah At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :

وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”[2]

 

Dalam menuntut ilmu, maka berusahalah untuk menjauhi dari segala hal yang bisa menodai niatmu dalam menuntut ilmu seperti popularitas, menyaingi teman, karena semua ini bila hingga dalam niat maka akan merusaknya dan menghilangkan keberkahan ilmu.

Kedua, cinta kepada Allah

kunci kebaikan dunia akhirat adalah cinta kepada Allah ta’ala dan cinta kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan mewujudkannya berupa mengikuti jejak beliau. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya : Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3]

Juga hadits Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya :“Tiga hal, yang apabila seorang memilikinya, maka akan mendapatkan manisnya; orang yang menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci pada kekafiran setelah Allah selamatkan darinya sebagaimana benci dilemparkan ke Neraka“[4]

 

  1. Jadilah salafi sejati

Jadilah engkau salafi sejati yang mengikuti jejak salaf shalih dari kalangan sahabat dan generasi yang mengikuti jejak mereka dalam berbagai bidang agama berupa tauhid, ibadah dan lain sebagainya. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 137 yang berbunyi :

فَإِنْ ءَامَنُوا۟ بِمِثْلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا هُمْ فِى شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Artinya : “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[5]

  1. Selalu takut kepada Allah

Hendaknya penuntut ilmu menghiasi dirinya dengan takut kepada Allah, dengan menegakkan syi’ar-syi’ar Islam, menampakkan sunnah dan menyebarkannya dengan cara mengamalkannya dan mendakwahkannya. Milikilah rasa takut kepada Allah saat sendirian maupun dalam keramaian. Jangan lupa bahwa seorang yang berilmu tidaklah disebut alim kecuali apabila dia mengamalkan ilmunya dan tidaklah dia mengamalkan ilmunya kecuali apabila dia selalu takut kepada Allah ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّـهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Artinya : “Hanyalah para ulama yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan takut yang sebenarnya dikalangan manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.[6]

 

  1. Selalu merasa diawasi oleh Allah

Hendaknya seorang penuntut ilmu berhias diri dengan muraqobah (merasa diawasi oleh Allah) saat sepi maupun ramai. Berjalanlah menuju Rabbmu antara rasa takut kepada Allah dan berharap, karena keduanya bagaikan dua sayap burung. Bersemangatlah menuju Allah azza wa jalla secara totalitas, isilah hatimu dengan cinta kepada Allah, basahilah lisanmu dengan selalu berdzikir kepada-Nya, serta merasa senang dengan hukum-hukum-Nya. Ibnu Hibban Rahimahullah meriwayatkan dalam shahihnya juga Adh Dhiya’ Al-Maqdisi dalam Kitab Al-Mukhtarah, dari sahabat Usamah bin Syarik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا كَرِهَ اللَّهُ مِنْكَ شَيْئًا، فَلَا تَفْعَلْهُ إِذَا خَلَوْتَ

Artinya : “Apa yang Allah benci darimu, maka janganlah engkau lakukan ketika engkau sendirian.”[7]

  1. Merendahlah dan jangan sombong

Hiasilah dirimu dnegna adab-adab yang mulia berupa ‘iffah (menjaga diri dari keharaman), lemah lembut, sabar dan tawadhu’, tenang, berwibawa, siap memikul serita ilmu untuk meraih kemuliannya dan tunduk kepada kebenaran. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ آدَمِيْ إلاَّ فِيْ رَأْسِهِ حَكَمَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ فَإِذَا تَوَاضَعَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ ارْفَعْ حَكَمَتَهُ وَإِذَا تَكَبَّرَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ ضَعْ حَكَمَتَهُ

Artinya : “Tidak ada seorang bani Adam kecuali ada dikepalanya hakamah (seperti tali kekang kuda) ditangan seorang malaikat. Jika dia bertawadhu (rendah diri) maka dikatakan kepada malaikat tersebut: angkat hakamahnya dan jika sombong dikatakan kepada malaikat tersebut: pakaikan hakamahnya.”[8]

Dari Abu Hurairah, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

Artinya : “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”[9]

Dalam surah Maryam ayat 32 Allah berfirman,

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

Artinya : ”Dan berbakti kepada ibuku dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”[10]

 

Demikian juga dengan ilmu, dapat membuat pemiliknya menjadi sombong dan angkuh. Perhatikanlah perkataan yang dinukil oleh Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berikut :

                                                                          

Artinya : “Ilmu itu ada tiga jengkal. Barangsiapa yang masuk jengkal pertama, dia menjadi sombong. Barangsiapa yang masuk jengkal kedua, dia menjadi tawadhu’. Barangsiapa yang masuk jengkal ketiga, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak tahu (masih sedikit ilmunya).”[11]

 

Waspadalah dari penyakit sombong karena kesombongan, rakus dan hasad adalah dosa pertama kepada Allah azza wa jalla. Hati-hati dari sombong kepada gurumu, kepada muridmu atau enggan mengamalkan ilmumu karena semua itu termasuk tanda kerugian.

  1. Qona’ah dan zuhud

Hiasilah dirimu dengan Qana’ah dan zuhud. Hakekat zuhud adalah meninggalkan keharaman dan menjauhinya dengan menghindari dari perkara-perkara syubhat dan ambisi serta rakus terhadap apa yang dimiliki oleh manusia lainnya. Jadilah orang yang sederhana dalam hidup, menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya dan tidak mendatangi tempat-tempat hina.

  1. Berhias dengan mahkota ilmu

Berupa akhlak yang baik berupa ketenangan, kewibawaan, kekhusuyu’an, tawadhu’, menempuh jalan yang lurus dengan menjaga diri baik dhahir dan bathin serta menghindari pembatal-pembatalnya.

  1. Menjaga Muru’ah

Milikilah muru’ah berupa akhlak yang baik, senyum, menebar salam, sabar menghadapi manusia. Dan jauhilah perusak muru’ah baik suatu pekerjaan yang hina, perangai yang rusak semisal ujub, riya’, sombong dan mendatangni tempat-tempat yang tidak pantas.

  1. Hindari kemewahan

Janganlah engkau larut dalam kemewahan karena kesederhanaan termasuk bagian dari keimanan. Perhatikanlah pakaianmu, pilihlah pakaian yang sederhana dan sesuai syari’at yang melambangkan kepribadiamu.

  1. Jauhilah majlis-majlis yang tiada guna

jangan menginjakkan kaki ke tempat-tempat kemungkaran dan merusak adab-adab. Jangan pura-pura tidak tahu akan hal itu, karena itu bisa merusak dan menodai keindahan ilmu dan ahli ilmu.

  1. Jangan berisik

Hindarilah kebisingan dalam menuntut ilmu karena dengan engkau ribut, berdebat dan berisik akan merusak adab sebagai penuntut ilmu, yang mana ilmu yang disampaikan tidak masuk ke dalam pikiran dan hati, sungguh banyak sekali yang secara tidak langsung merusak saat menyampaikan ilmu.

  1. Lemah lembut

Milikilah sikap lemah lembut sebagai penuntut ilmu, hindarilah dalam perkataan dan perbuatan yang kasar , jagalah lisan, karena jika lisan tersebut kasar maka ilmu tidak akan masuk. Dan kata-kata yang lembut bisa memikat hati manusia untuk bisa mempelajari ilmu tersebut juga.

  1. Merenung

Dalam kehidupan kita, kita di sunnahkan untuk merenungi apa yang telah kita dengar dan kita pelajari, ini adalah sebagai bentuk kesadaran dalam diri juga jika ilmu tersebut menyentuh di hati kita, agar hati menjadi lembut dan merenungi dosa-dosa kita selama hidup di dunia.

 

  1. Tegar dan tastabuut

Tegarlah terutama saat-saat genting, dan sabarlah dalam belajar menimba ilmu dari para guru. Karena barang siapa yang tegar di akan tumbuh dan berkembang.

 

Kita baru membahas 1 dari 7 pembahasan, dari 1 pembahasan ini saja banyak yang di pelajari dari bab adab penuntut ilmu terhadap dirinya, pembahasan selanjutnya akan di bahas pada part kedua InsyaAllah. Semoga Allah mudahkan kita alam menuntut ilmu secara kaffah , secara baik mulai dari adab dan akhlak itu sendiri yang terlebih dahulu untuk dibenahi dalam menuntut ilmu.

Referensi :

Diringkas dari buku “ perhiasan akhlak penuntut ilmu

Penulis Yusuf Abu Ubaidah as- Sidawi

Dibuat oleh : Marisa Daniati

Pengajar PONPES DQH OKU TIMUR

[1] Syarh Hilyah Thalibib Ilmi, hlm.7

[2] Q.S At-Taubah : 122

[3] Q.S Ali Imran : 31

[4] HR al Bukhari, kitab al Iman, Bab Halaawat Iman, no. 16.

[5] Q.S Al-Baqarah : 137

[6] QS. Fatir: 28

[7] HR. Ibnu Hibban

[8] Hadits ini diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu oleh Imam ath Thabraniy dalam al Mu’jam al Kabîr 3/182/1

[9] HR. Muslim no. 2588

[10] Q.S Maryam : 32

[11] Hilyah Thalibil ‘Ilmi, hal. 79

Baca juga:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.