Adab-Adab Didalam Berdoa (Bagian 2)

ada-adab dalam berdoa 2

Adab-Adab Didalam Berdoa – Segala puji hanya milik Allah. Hanya kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari semua kejelekan jiwa dan keburukan amal kami. Siapa saja yang diberikan petunjuk oleh Allah, niscaya tidak akan ada yang dapat menyesatkan dan siapa saja yang disesatkan oleh-Nya, niscaya tidak akan ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-nya.

Doa adalah senjata bagi umat muslim, dan dengan doa dapat merubah hidup kita. Dan Allah mencintai seorang hamba yang senantiasa selalu berdoa kepada-Nya, dan untuk itu agar doa kita diterima oleh Allah ta’ala, kita harus mengetahui adab-adab saat berdoa, dan untuk itu kita akan  membahas adab-adab berdoa, untuk penjelasannya sebagai berikut

  • Tidak Berdoa Meminta Kematian Karena Kemudharatan atau Musibah yang Menimpanya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah berdoa dengan meminta kematian dan janganlah kalian mengharapkannya. Namun, jika seseorang memang terpaksa meminta hal seperti itu, maka hendaklah ia berdoa: ‘Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.”[1]

Tidak pantas bagi seorang hamba meminta kematian untuk dirinya apabila sedang tertimpa musibah atau mudharat. Sebab, jika ia mati, maka akan terputuslah amalnya. Sebaliknya, jika ia hidup, mudah-mudahan ia bisa bertaubat dan dapat memperbaiki diri serta berbuat baik setelah perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Dengan demikian, hidupnya pun menjadi lebih bagus baginya.

  • Tidak Berlebihan atau Melampaui Batas dalam Berdoa

Allah ta’ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Allah ta’ala berfirman:

ادعوا ربكم تضرعا وخفية أنه لا يحب المعتدين

Artinya: “Berdoalah kepada Rabbmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak akan menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf {7}: 55

Sa’ad Radhiyallahu Anhu pernah melihat anak laki-lakinya berdoa. Anaknya berkata dalam doanya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga, kenikmatannya, kemegahannya, begini, dan begitu. Aku juga berlindung kepada -Mu api Neraka, rantainya, belenggunya, begini, dan begitu.” Sa’ad Radhiyallahu Anhu berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Radhiyallahu Anhu bersabda:

سيكون قوم يعتدون في الدعاء

Artinya: “Akan ada nanti kaum yang melampaui batas dalam berdoa.’  (HR. Ibnu Majah (3864))

Jangan sampai engkau masuk ke dalam golongan mereka. Jika engkau diberikan surga, niscaya engkau akan diberikan semua apa yang ada di dalamnya. Jika engkau dihindarkan dari neraka, niscaya engkau akan dihindarkan darinya dan seluruh keburukannya.”[2]

Demikian juga Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu Anhu, dia pernah melihat anaknya berdoa mengatakan: “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu istana yang putih di sebelah kanan Surga apabila aku memasukinya.” Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu Anhu lalu berkata: “Wahai anakku, mintalah kepada Allah ta’ala Surga dan mintalah perlindungan-Nya dari Neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Akan ada nanti suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.’”[3]

Diantara bentuk berlebih-lebihan dalam berdoa adalah berdoa dengan menyebut perkara-perkara yang mungkin terjadi atau memaksakan sesuatu kepada Allah ta’ala .

  • Tidak Meminta Penyegeraan Siksa Akhirat di Dunia

Karena takut kepada azab akhirat, ada sebagian orang yang memohon kepada Allah ta’ala agar menyegerakan hukumnya di dunia. Ini adalah kejahilan darinya karena hukuman Allah itu sangat berat sehingga bisa jadi ia tidak sanggup menanggungnya. Akan lebih baik baginya meminta kepada Allah ta’ala ampunan dan keselamatan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengunjungi laki-laki dari kalangan kaum muslimin yang tubuhnya lemah seperti seekor anak burung. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya: “Apakah kamu pernah berdoa meminta sesuatu kepada Allah?”; laki-laki itu menjawab:”Ya, aku pernah berdoa: ‘Ya Allah! Jika ada azab yang akan ditimpakan atasku di akhirat, segerakanlah siksa itu bagiku di dunia.’” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun bersabda: “Maha suci Allah! Engkau tidak mampu menanggungnya atau engkau tidak akan sanggup memikulnya. Mengapa tidak engkau katakan:

Jika ‘Ya Allah, berilah kebaikan bagi kami di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari adzab Neraka.’”

Maka, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendoakan kesembuhan baginya, kemudian Allah ta’ala menyembuhkannya.[4]

  • Menampakkan Kebutuhan dan Ketergantungan kepada Allah Ta’ala

Hal itu akan menolong dikabulkannya doa, yaitu seorang hamba menunjukkan bahwa tidak ada daya dan upaya kecuali dengan bantuan Allah, serta tidak ada kuasa baginya untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudharat kecuali dengan bantuan Allah. Apabila Allah ta’ala menyerahkan urusan kepada dirinya, niscaya ia akan tersesat dan menyimpang sebab ia tidak berkuasa atas sesuatu apa pun, baik dalam urusan dunia yang sepele maupun urusan-urusan akhirat.

Seorang hamba berdiri di depan pintu Allah ta’ala dalam keadaan hina dan rendah, mengakui kelemahan dan kebutuhannya kepada Rabbnya, dan menampakkan kerendahannya di hadapan Allah ta’ala. Ia menundukkan kepalanya, mengangkat kedua tangannya, dan meminta kepada Allah ta’ala. Ia merintih berlindung kepada-Nya dalam setiap urusannya. Ia adalah seorang hamba dan Allah adalah Rabb, Raja segala raja, pemilik keagungan dan kemuliaan, yang tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya. Ia Maha kaya dan tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya, bahkan hamba-hamba-Nyalah yang membutuhkan diri-Nya, Rabb penguasa langit dan bumi, tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya. Barang siapa yang menunjukkan makna-makna ini, mudah-mudahan doanya tidak ditolak.

  • Berdoa dengan Kata-kata Yang Singkat dan Padat serta Doa-Doa yang ma’tsur

Berdoa dengan doa yang ma’tsur maksudnya berdoa dengan doa-doa yang berasal dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu doa-doa yang di dalamnya terkumpul kebaikan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu alaihi wasallam menyukai kata-kata yang singkat dan padat di dalam berdoa, serta meninggalkan doa-doa selain itu.[5]

Tidak diragukan lagi bahwa kata-kata yang paling padat, paling singkat, dan paling agung berkahnya adalah doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Doa-doa itu sangat banyak terdapat di dalam buku-buku seputar as-Sunnah! Telah disebutkan sebelumnya beberapa contoh doa dari bab-bab telah lalu, dan akan disebutkan yang lainnya.

  • Memperbanyak Meminta Sehat Sejahtera kepada Allah Ta’ala

Sesungguhnya tidak ada yang lebih baik daripada sehat sejahtera dan mensyukurinya. Barang siapa yang Allah berikan kepadanya’afiat (Sehat Sejahtera) di dunia dan akhirat, maka ia telah mendapatkan semua kebaikan.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

اكثر الدعاء بالعافية

Artinya: “perbanyaklah doa meminta’afiat (Sehat Sejahtera).”[6]

Beliau shalallahu alaihi wasallam berkata kepada Abbas: “Wahai Abbas! Wahai paman Rasulullah! Mintalah ‘afiat kepada Allah di dunia dan akhirat.”[7]

  • Melaksanakan Sebab-Sebab Terkabulnya Doa

Di antara sebab-sebab terkabulnya doa ialah bertawasul dengan nama dan sifat-sifat Allah.

Allah ta’ala berfirman:

ولله الحسنى فادعوه بحا

Artinya: “Dan Allah memiliki Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna…” (QS. Al-A’raf: 180)

Misalnya juga mendahulukan amal shaleh untuk bertawasul dengannya, sebagaimana firman Allah ta’ala: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu): ‘Berimanlah kamu kepada Rabbmu,’ maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami …” (QS. Ali ‘Imran:  193)

Serta, bertawasul dengan doa orang orang shalih yang mendoakannya. Dalil-dalil lain yang menunjukkan adab ini sangat banyak, baik dalam Al-Qur’an maupun as-Sunnah.

  • Memperbanyak dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Agung

Berdoa dengan menyebut nama Allah juga merupakan salah satu sebab terkabulnya doa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mendengar seorang laki-laki berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya engkau adalah Allah Yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak seorang pun yang setara dengan-Nya.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh meminta kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang sangat agung, jika ia meminta dengannya, pasti Allah akan memberikan kepadanya, dan apabila ia berdoa dengannya, pasti Allah akan mengabulkannya.”[8]

Nabi pernah mendengar seorang laki-laki berkata: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, bahwa sesungguhnya segala puji hanya milik-Mu, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali engkau semata, tidak ada sekutu bagi-Mu, yang Maha Memberi Karunia, Pencipta Langit dan bumi, yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”

Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, ia telah meminta kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang sangat agung, yang jika ia meminta dengannya, pasti Allah akan memberikan kepadanya, dan apabila ia berdoa dengannya, pasti Allah akan mengabulkannya.[9]

Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan:

“Nama Allah Yang agung disebutkan di dalam dua ayat ini: ‘Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.’ (QS. Al-Baqarah: 163). Demikian pula pada pembuka surat Ali ‘Imran.”[10]

  • Merintih di dalam Berdoa dan Meminta yang Banyak kepada Allah ta’ala

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kamu meminta, hendaklah ia meminta yang banyak karena sesungguhnya ia meminta kepada Rabbnya.”[11]

Selayaknya ia memperbanyak doa dan permintaan serta bersungguh-sungguh/terus-menerus mengulangi doanya. Sebab, itu merupakan bentuk ketergantungannya kepada Allah ta’ala. Seolah-olah kondisinya mengatakan: “Aku tidak akan beranjak dari pintu, Hibban Engkau mengabulkannya bagiku.” Demikian juga, hendaklah ia meminta sesuatu kepada Yang Mahaagung yang mampu ia minta, karena Allah adalah Raja yang mulia. Dia tidak merasa keberatan atas sesuatu yang diberikannya.

  • Hendaklah Seorang Hamba Meminta kepada Rabbnya untuk Urusan Dunia dan Akhiratnya

Janganlah ia merasa keberatan meminta kepada Rabbnya dalam urusan dunianya meskipun urusan yang sepele. Sebab permintaan itu bukti ketergantungan dan kebutuhan yang sangat kepada Allah ta’ala dalam semua urusan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إنه من لم يشأله يغضب عليه

Artinya: “Sesunguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya.”[12]

Alhamdulillah selesai untuk pembahasan masalah adab berdoa, semoga dapat mengambil manfaat dari artikel ini dan kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Referensi:

Ensiklopedi Adab Islami, Pustaka Imam Syafi’i , Cetakan keenam: Sya’ban 1449 H/April 2019 M, Abdul Aziz Fathi as-Sayyid Nada.

Diringkas oleh: Suci Wahyuni (Pengabdian Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits Oku Timur Martapura)

[1] HR. Al-Bukhari (6351) dan Muslim (2680) dari Anas Radhiyallahu.

[2] HR. Ahmad (I/172) dan Abu Dawud (1480) dari Sa’ad. Lihat kitab Shahih Abi Dawud (1313).

[3] HR. Ibnu Majah (3864) dari Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu. Lihat kitab Shahih Ibnu Majah (3116).

[4] HR. Muslim (2688) dari Anas Radhiyallahu. Disebut seperti anak burung karena kondisinya yang sangat lemah.

[5] HR. Abu Dawud (1482), al-Hakim (I/539) dan dishahihkannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi, Ibnu Hibban dalam al-ihsan. Ahmad, dan yang lainnya dari Aisyah. Lihat kitab Shahih Abi Dawud (1315).

[6] HR. Al-Hakim (I/529)

[7] HR. Tirmidzi (3514) dan dishahihkannya dari al-Abbas.

[8] HR. Abu Dawud (1493), At-Tirmidzi (3475), dan dihasankan olehnya, dan Ibnu Majah (3857) dari Buraidah. Lihat kitab Shahih Abi Dawud (1324).

[9] HR. Abu Dawud (1495) dan Ibnu Majah (3858) dari Anas Radhiyallahu. Silahkan lihat kitab Shahih Ibnu Majah (3112).

[10] HR. Abu Dawud (1497)

[11] HR. Ibnu Hibban (866) dalam al-Ihsan dari Aisyah. Silahkan lihat kitab shahihul (591).

[12] HR. At-Tirmidzi (3373) dan Ibnu Majah (3727) dari Abu Hurairah Radhiyallahu. Silahkan lihat kitab Shahih at-Tirmidzi

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.