PESAN-PESAN GENERASI SALAF KEPADA PARA PEMUDA
Tidak diragukan lagi, bahwa masa muda merupakan masa penting dalam kehidupan seorang manusia. Sebab, masa muda adalah masa kekuatan dan vitalitas, kemudahan bermobilitas, anggota tubuh prima dan panca indera sehat, berbeda halnya dengan seseorang yang telah menua usianya dan melemah fungsi panca indera dan kekuatannya.
Islam telah menaruh perhatian besar dan khusus terdapat masa perkembangan ini. Ada banyak nash yang menegaskan tentang pentingnya masa muda.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَحَيَا تَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum dating masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum dating kematianmu.”[1]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَاعَلِمَ
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di Hari Kiamat dari sisi Rabbnya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.”[2]
Melalui hadits ini, nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam mengabarkan bahwa seorang akan ditanya tentang hidupnya dengan dua pertanyaan: (pertama), tentang masa hidupnya secara umum dari awal hingga akhir hayatnya, dan (kedua) mengenai masa mudanya, yang sebenarnya masuk dalam masa hidupnya di dunia.
Karenanya, seorang pemuda seyogyanya mengingat-ingat urgensi masa mudanya dan menyadari bahwa Rabbnya akan bertanya kepadanya tentang itu pada Hari Kiamat kelak, apa yang ia perbuat pada masa itu, selain pertanyaan tentang aktifitasnya dalam seluruh hayatnya. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam mendorong para pemuda untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam telah berpesan khusus juga kepada para Ulama dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan dakwah untuk lebih memperhatikan para pemuda. Sebab, para pemuda butuh perhatian, penanganan yang lembut dan penuh kasih-sayang, penanaman kecintaan kepada kebaikan pada hati mereka, sehingga para pengusung kebatilan tidak menggaetnya.
Maka, para sahabat bersemangat dalam mempraktekkan pesan tersebut, sebagaimana dilakukan oleh Abu Sa’id al-Khudri Rodhiallahu ‘anhu, bila ia melihat ada pemuda, ia berkata, “Selamat datang wahai orang yang menjadi wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam . Kami diberi wasiat oleh Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk melapangkan majelis bagi kalian dan memahamkan hadits kepada kalian. Sesungguhnya kalian adalah penerus kami dan ahli hadits setelah kami”.
Dahulu, Abu Sa’id al-Khudri Rodhiallahu ‘anhu mendekati seorang pemuda dan berkata :
ياَابْنَ أَخِيْ إِذَاسَكَكْتَ فِيْ شَيْءٍ فَسَلْنِيْ حَتَّى تَسْتَيْقِنِ. فَإنَّكَ إِنْ تَنْصَرِ فْ عَلَى الْيَقِيْنِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ تَنْصَرِ فَ عَلَى السَّكِّ
“Wahai putra saudaraku, bila engkau ragu-ragu tentang sesuatu, tanyalah kepadaku sampai engkau menjadi yakin. Sesungguhnya jika engkau pulang dalam keadaan yakin itu lebih aku sukai daripada engkau pulang dalam keadaan ragu-ragu.”[3]
Wasiat-wasiat dari generasi Salaf bagi para pemuda sangat banyak. Di sini, akan disampaikan sejumlah wasiat dari mereka.
WASIAT PERTAMA:
Dari Abul Ahsah, Ia berkata, “Abu Ishaq as-Sabi’I Rodhiallahu ‘anhu berkata,
“Wahai sekalian pemuda, manfaatkanlah masa muda kalian. Tidaklah satu malam berlalu kepadaku kecuali aku membaca seribu ayat di dalamnya dan sesungguhnya aku benar-benar membaca Surat Al-Baqarah
dalam satu rakaat. Aku benar-benar berpuasa pada bulan-bulan haram, tiga hari dari setiap bulan dan puasa Senin dan Kamis’. Kemudian ia membaca firman Allah : “Dan tentang nikmat Rabbmu, maka ceritakanlah.”[4]
Itu artinya, ia mengkhatamkan baca al-Qur’an di setiap pekan. Mengkhatamkan baca al-Qur’an setiap pekan merupakan kebiasaan generasi salaf. Pada atsar di atas, termuat pendidikan dengan keteladanan. Seorang Pemuda membutuhkan cermin keteladanan. Sehingga ia bersemangat dan mudah melakukannya. Namun, seorang pendidik mesti mengingat-ingat agar menjaga niat dan motivasi saat meyampaikan apa yang dia lakukan supaya tidak terjerumus dalam riya’, yang akan berakibat amalanya akan terhapus.
WASIAT KEDUA:
Dari Hammad bin Zaid Rodhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami datang menjenguk Anas bin Sirin saat sakit, lalu beliau berwasiat
إِتَّقُوْا اللهَ ياَ مَعْشَرَ الشَّبَاب. انْظُرُوْا مِمَّنْ تَأْ خُذُوْنَ هَذِهِ الْأَ حَا دِيْثَ فَإِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah, wahai para pemuda. Lihatlah dari siapakah kalian mengambil hadits-hadits ini. Sebab itu bagian dari agama kalian.”[5]
Ini sebuah pesan yang sangat agung. Pesan agar seorang pemuda yang akan menimba ilmu dan mencari periwayatan hadits-hadits, seyogianya proses penimbaan ilmunya dilakukan dihadapan para Ulama yang berilmu kuat, terpercaya, ahli riwayat dan pemahaman dari kalangan senior dalam keilmuan. Bukan mengambilnya dari setiap orang. Namun ia mengambilnya dari Ulama yang berpegang teguh dengan Sunnah-Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam yang memiliki keilmuan mendalam.
WASIAT KETIGA:
Dari Malik bin Dinar Rodhiallahu ‘anhu, berkata:
إِنَّمَا الخَيْرُ فَي الشَّبَاب
“Sesengguhnya kebaikan itu hanya masa muda.”[6]
Ini sebuah pengingat penting dari Malik bin Dinar Rodhiallahu ‘anhu,mengenai pentingnya masa muda. Bila seorang pemuda memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak. Selain itu, apa yang telah ia hasilkan pada masa mudanya akan menjadi tonggak, landasan dan prinsip yang kokoh yang akan menyertainya hingga ia meninggal, bermanfaat bagi dirinya dan bagi umat.
Sebaliknya, jika ia tidak mempergunakannya dengan baik, maka ia telah menyia-nyiakan kebaikan dan keberkahan masa muda baginya. Saat terkumpul pada seorang pemuda kekuatan masa muda dan masa luang serta materi di tangan, maka itu akan dapat membinasakannya. Keadaan akan bertambah bahaya, bila disertai dengan fitnah yang bermacam-macam, dekat dengan mereka dan banyak pintunya. Ini termasuk ancaman besar yang dapat menghancurkan seorang pemuda.
Jadi, apa yang disampaikan oleh Malik bin Dinar Rahimahullah merupakan pengingat tentang keberkahan dan kebaikan yang besar pada masa muda, bila Allah ‘azza wajalla memberikan taufik kepada seorang pemuda dan memudahkannya untuk memanfaatkan masa itu dalam perkara yang mengundang ridha-Nya.
WASIAT KEEMPAT:
Dari Zaid bin Abi Zarqa, ia berkata, “Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah keluar menemui kami, sementara kami berada di pintunya, lalu berkata,
يَا مَعْشَرَ السَّبَابِ, تَعَجَّلوْا بَرَكَةَ هَذَا العِلْمِ , فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ. لَعَلَّكُمْ لَا تَبْلُغُوْنَ مَاتُأمَّلُونَ مِنْهُ. لِيُفِدْ بَعضُكُمْ بَعْضًا
“Wahai para pemuda, bersegeralah menggapai keberkahan ilmu ini. Sesungguhnya kalian tidak tahu, mungkin saja kalian tidak dapat mencapai apa yang kalian idamkan darinya. Maka hendaknya sebagian kalian memberi sebagian yang lain”[7]
Ini sebuah pesan kepada para pemuda agar mereka memanfaatkan masa muda mereka untuk menimba ilmu. Sebab, manusia bila telah tua, tidak memiliki semangat, ingatan dan kemampuan untuk menulang-ulang pelajaran lagi sebagaimana yang ia memiliki saat muda, selain berbagai tanggung jawab, pekerjaan dan kesibukan yang menyita waktu orang yang sudah tua.
WASIAT KELIMA:
Dari Al-Hasan al-Bashri Rahimahullah, dia seringkali mengatakan:
“Wahai para pemuda, kalian mesti mencari akhirat. Kejarlah ia. Kebanyakan yang kami lihat, orang yang mencari akhirat, ia dapat menggapainya sekaligus dunianya, Dan kami tidak melihat seorang pun, melihat seorangpun mengejar dunia, lalu ia mendapatkan akhirat bersama dunia
Wasiat ini memuat peringatan penting sekali dari Imam Al-Hasan al-Bashri Rahimahullah bagi seorang pemuda, supaya ia menjadikan akhirat sebagai fokus pikirannya dan memberi perhatian khusus untuk meraihnya, menyibukkan waktu untuk mendekatkan dirinya kepada Rabb-Nya. Bila ia melakukannya, sesunguhnya Allah ‘azza wajalla akan memberikan kepadanya bagian dan anugerah bagi dirinya dan kenikmatan dunia. Namun tidak boleh dipahami dari wasiat di atas, bahwa seseorang mengabaikan usaha untuk memenuhi kehidupan dunianya, kebutuhan rezekinya, sandang dan papannya, sehingga akhirnya ia pun mesti meminta-minta orang-orang.
Tidak masalah bagi seorang muslim untuk bekerja, berlelah-lelah dan menghasilkan uang, meskipun kemudian ia memiliki uang yang banyak. Akan tetapi, yang membahayakan seseorang adalah bila fokus dan tuntutan utamanya adalah dunia.
WASIAT KEENAM:
Dari Qabus bin Abi Zhabyan, ia berkata,
“Suatu hari, kami mengerjakan sholat Dhuhur di belakang Abu Zhabyan. Kami semua adalah anak-anak muda. Kami semua dari kampung kami, kecuali sang Muadzin, ia orang yang sudah tua. Setelah salam, Abu Zhabyan menoleh kepada kami, lalu mulailah kamu?” Setelah menanyai mereka, lalu ia berkata untuk memotivasi mereka, ‘sesungguhnya tidaklah seorang nabi diutus kecuali saat berusia muda, dan tidaklah kebaikan diberikan kepada seorang yang lebih baik daripada ketika diberikan kepada orang itu saat masih muda.”[1]
Abu Zhabyan Rahimahullah mengingatkan pemuda supaya memanfaatkan sisi positif dan keberkahan masa muda, dan sesungguhnya masa muda merupakan kesempatan agung untuk membekali diri dan mendapatkan ilmu serta mempergunakan semangat dan kekuatan yang prima.
Sumber :
al-Abbad, Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr. 2019. Min Washaya as-salafi li asy-Syabab. Majalah As Sunnah: Tahun ke- XXII Edisi #11
Diringkas oleh: Abu Ghifar Supriadi (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur)
Baca Juga Artikel: