Peranan Ibunda Kaum Mu’minin Khadijah Binti Khuwailid dalam Membantu Dakwah Nabi Shallallhu ‘alaihi wasallam

PERANAN KHADIJAH

 

Peranan Ibunda Kaum Mu’minin Khadijah Binti Khuwailid dalam Membantu Dakwah Nabi Shallallhu ‘alaihi wasallam- Istri-istri Nabi adalah ibunda kaum mu’minin yang memiliki keutamaan sehingga Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam firman-Nya,

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

Artinya: “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka (orang-orang mukmin),..” (Q.S. Al-Ahzab: 6).

Para istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keutamaan disisi Allah subhanahu wata’ala dan menamakan mereka sebagai ibundanya kaum mu’minin. Di antara yang paling besar perananannya dalam membantu dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal masa kenabian adalah istri beliau Khadijah Radhiallahu ‘anha.

Ibnu Ishaq berkata, “Khadijah adalah seorang saudagar wanita yang memiliki darah bangsawan dan kaya raya. Dia memperjakan para lelaki untuk mengolah hartanya dan memberlakukan sistem bagi hasil keuntungan yang didapat dari modal harta tersebut. Kabilah Quraish dikenal dengan kepandaiannya dalam berdagang. Sehingga tatkala Khadijah mendengar kabar perihal Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikenal dengan akhlaknya yang mulia, kejujuran perkataannya, dan besarnya rasa Amanah yang dimilikinya, ia mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan kepadanya agar beliau memperdagangkan hartanya menuju Syam, dan ia akan memberikan imbalan yang belum pernah diberikan kepada pedagang selain beliau, dengan didampingi budak yang bernama maisarah. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima tawaran tersebut dan berangkat membawa barang dagangan Khadijah bersama budaknya hinga sampai di negeri Syam (Ibnu Hisyam, 2004).

Sepulangnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perjalanan dagang ke negeri Syam. Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan kepadanya, serta keberkahan hasil yang didapat dari perdagangan tersebut yang belum pernah didapati sebelumnya. Serta khadijah mendengar dari budaknya tentang kemuliaan akhlak Rasulullah, kejujuran dan amanah yang dijaga, sehingga seakan Khadijah menemukan calon suami yang didambakannya selama ini. Tak lama setelah itu, pernikahan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khadijah Radhiallahu ‘anha dilangsungkan dengan mahar sebanyak 20 ekor unta muda. Saat itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah telah berumur 40 tahun (al-Mubarakfuri, 2016).

Peranan Khadijah pada awal masa kenabian dan penyebaran dakwah islam di Mekkah

Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam genap berusia 40 tahun, wahyu pertama turun. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu ‘anha bahwa ia berkata, “Wahyu yang pertama dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak bermimpi melainkan sangat jelas, sejelas fajar subuh yang menyingsing, kemudian beliau mulai suka menyendiri di gua Hira untuk beribadah selama beberapa malam di sana. Selanjutnya beliau kembali kepada istrinya, Khadijah, dan mengambil perbekalan. Hingga akhirnya, pada suatu hari datanglah kebenaran saat beliau berada di gua Hira dan malaikat jibril pun mengampirinya seraya berkata, ‘Bacalah!’ (beliau berkata) lalu aku menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca!’ Beliau bertutur lagi, ‘kemudian dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, ‘Bacalah!’ Aku tetap menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca!’ lalu melakukan hal yang sama sebanyak tiga kali…” maka saat itulah turun wahyu yang pertama yaitu surat al-’Alaq.

Pada masa ini terlihat jelas peranan ibunda kita, Khadijah Radhiallahu ‘anhu tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa gemetar, takut dan khawatir akan sesuatu menimpa dirinya saat pertama kali bertemu dengan malaikat Jibril untuk menerima wahyu, Khadijah dengan sabar dan tegar menenangkan dan menguatkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berkata “Sekali-kali tidak akan demikian! Demi Allah! Dia tidak akan menghinakanmu selamanya!” kemudian Khadijah pun menyebutkan beberapa keutaman yang dimiliki Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar rasa takut dan khawatirnya hilang dan membawanya menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang penganut agama Nasrani pada masa jahiliyah.

Pada masa tahapan pertama perjuangan dakwah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi dan menawarkan Islam kepada orang-orang terdekatnya, dan yang menjadi orang pertama memeluk Islam adalah istri beliau, Khadijah binti Khuwailid, kemudian disusul mantan budak beliau, Zaid bin Haritsah, keponakan beliau yang saat itu masih kanak-kanak dan dalam asuhan beliau, Ali bin Abi Thalib, serta sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu ‘anhum (al-Mubarakfuri, 2016). Disini terlihat bagaimana dukungan penuh dari ibunda kita, Khadijah Radhiallahu ‘anha terhadap dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi keutamaannya.

Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي  النَّاسُ، وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ،

وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاس ُ وَرَزَقَنِي اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاء

Artinya: “Ia telah beriman kepadaku disaat orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkanku tatkala otang-orang mendustakanku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang tidak mau memberikan hartanya kepadaku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita lainnya.” (HR. Ahmad dalam musnadnya)

Maka pada hadis diatas setidaknya ada empat keutamaan Khadijah yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pertama, Khadijah menjadi orang yang pertama kali beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.

Kedua, ia selalu membenarkan apa yang dibawa Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa ada keraguan.

Ketiga, ia rela mengobarkan seluruh hartanya demi mendukung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dakwah beliau terutama pada saat peristiwa pemboikotan menyeluruh, kaum muslimin mengalami penderitaan yang sangat berat. Selama tiga tahun berada di celah bukit milik Abu Thalib akibat perjanjian zhalim dan melampui batas yang dibuat oleh orang-orang musyrikin quraisy yang berisi pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib.

Keempat, Allah menganugerahkan anak-anak kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari rahim Khadijah Radhiallahu ‘anha, tatkala Allah tidak menganugerahkannya dari istri-istri beliau yang lainnya. Maka semua putra-putri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berasal dari pernikahan beliau dengannya kecuali putra beliau, Ibrahim. Putra-putri beliau dari pernikahan tersebut ialah: Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Abdullah.

Penutup

Itulah beberapa peranan penting dari ibunda kita, Khadijah Radhiallahu ‘anha yang menjadi keutamaannya terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya hingga Aisyah Radhiallahu ‘anha sering kali cemburu terhadap Khadijah Radhiallahu ‘anha karena seringnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanjung dan menyebut-nyebut keutamannya.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku tidak cemburu pada seorangpun melebihi kecemburuanku pada Khadijah. Sungguh ia telah wafat tiga tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku. Kecemburuanku disebabkan aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut dia (Khadijah).” (HR. Muslim). 

Daftar Pustaka

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (2016). Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung. (Hanif Yahya, Terjemahan). Jakarta: Darul Haq.

Ibnu hisyam, A.M. (2004). As-Sirah An-Nabawiyah. Kairo: Darul Hadis.

Tausikal, M.A. (2017, Oktober 27). Faedah Sirah Nabi: Keutamaan Khadijah. Diakses 5 Juni 2021, dari https://rumaysho.com/16638-faedah-sirah-nabi-keutamaan-khadijah.html

(Disusun Oleh: Sahl Suyono)

Baca juga artikel:

Macam-Macam Shalat Tathawu

Makna 2 Kalimat Syahadat (Bagian 2)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.