PENGARUH BURUK MAKSIAT BAGI PARA PENUNTUT ILMU

pengaruh buruk maksiat bagi para penuntut ilmu

PENGARUH BURUK MAKSIAT BAGI PARA PENUNTUT ILMU – “Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (Asy-syafi’i Rahimahullah)

Syair di atas menggambarkan kisah yang luar biasa dari Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah. Suatu ketika beliau merasakan kurangnya kemampuan dalam mengulangi hafalan beliau, padahal dikisahkan bahwasannya beliau adalah orang yang sangat cerdas, yang telah menghafal Al-Quran sejak usia 7 tahun. Maka saat itu beliau langsung mengadu kepada gurunya Waki’ bin Jarrah. Lantas gurunya mengingatkan bahwa pasti ada dosa yang menjadi sebab hal tersebut, maka Imam Asy-Syafi’I merenung dan teringat bahwa beliau pernah tidak sengaja melihat betis wanita yang tersingkap lalu segera memalingkan wajahnya. Maka beliaupun mengucapkan syair ini.

Inilah sepenggal kisah yang mengawali tulisan ini yang menjadi pengaruh buruk terbesar maksiat terhadap penuntut ilmu adalah terhalanginya ilmu untuk masuk kedalam hati.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ banyak menyebutkan tentang pengaruh atau dampak-dampak buruk maksiat terhadap pelakunya dan terlebih lagi jika hal tersebut dilakukan oleh penuntut ilmu diantara dampak buruk tersebut ialah.

1. Maksiat menyebabkan kehampaan hati dari mengingat Allah

Tidak diragukan lagi bahwa segala macam kenikmatan duniawi jika dikumpulkan tidak akan bisa menggantikan kehampaan hati dari mengingat Allah (Al-Jauziyyah, 2005, h.128). Bisa kita lihat bagaimana keadaan penuntut ilmu di banyak universitas dan sekolah-sekolah agama, diantara mereka ada yang sudah meraih prestasi di berbagai bidang akan tetapi jika ilmu yang mereka gapai tidak diiringi dengan ketaatan, tidak menambah rasa takut kepada Allah, maka sungguh pencapaian mereka tersebut tidak akan membawa ketenangan dalam hati mereka malah justru akan menghasilkan kehampaan dari mengingat Allah.

2. Maksiat membuat semua urusan dipersulit

Segala urusan yang dilakukan oleh pelaku maksiat pasti akan menemui berbagai kesulitan dan jalan buntu dalam menyelesaikannya (Al-Jauziyyah, 2007, h.129). Maka bagi penuntut ilmu yang menginginkan kemudahan untuk setiap urusannya hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan berusaha meninggalkan segala macam bentuk maksiat, niscaya Allah janjikan kemudahan untuknya sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Talaq ayat ke 4:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِن أَمرِهِ يُسرًا

Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS. Ath-Thalaq: 4)

3. Maksiat melemahkan hati dan badan

Melemahnya hati dapat terlihat dengan jelas pada pelaku maksiat, hingga terus memperlemah hatinya hingga membuat cahaya hatinya padam. Adapun melemahkan badan hal itu karena kekuatan seorang mukmin bersumber dari hatinya (Al-Jauziyah, 2007, h.130). Hati yang lemah akan menyebabkan hilangnya semangat dalam menuntut ilmu atau yang dikenal dengan istilah “futur” dan lebih parah lagi jika seorang penuntut ilmu senantiasa melakukan dan menganggap remeh maksiat yang ia lakukan maka hal ini dapat menyebabkan hatinya padam, hingga ia berpaling dari menuntut ilmu dan sulit untuk menerima nasihat disebabkan hatinya yang telah tertutup oleh noda-noda maksiat. Allah berfriman dalam QS Al-Muthaffifin ayat ke 14.

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. QS. Al-Muthaffifin: 14)

Hati yang telah mati perlu untuk dihidupkan kembali dengan ketaatan, karena ketaatan bagi hati seperti kebutuhan makanan dan minuman bagi jasad, sedangkan maksiat adalah makanan beracun yang akan merusak hati (Farid, 2012, h. 66)

Menurut Syaikh Farid (2012, h.67) diantara hal yang dapat kembali menghidupkan hati adalah zikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, istighfar, berdoa, membaca shalawat kepada Nabi, dan shalat malam.

4. Kemaksiatan memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya

Umur merupakan modal utama dari penuntut ilmu, oleh karenanya jika keberkahan umur tersebut hilang maka penuntut ilmu akan merasa waktunya banyak terbuang sia-sia hingga pada akhirnya ia pun menyesali hal tersebut.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (2017, h.132) menyebutkan bahwa jika seorang hamba berpaling dari Allah dan sibuk dengan berbagai kemaksiatan, maka sirnalah kehidupan hakikinya yang kelak dia temui. Pelakunya akan merasakan akibat kemaksiatan tersebut pada hari ketika ia mengungkapkan penyesalannya: “…Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) unuk hidupku ini.”  (QS. Al-Fajr: 24)

5. Kemaksiatan melahirkan kemaksiatan lain yang semisalnya

Diantara dampak buruk dari maksiat yang berbahaya bagi penuntut ilmu adalah ketika ia mulai meremehkan suatu maksiat, hingga ia akan melakukan maksiat lain yang semisalnya, misal seorang yang pada awalnya hanya penasaran dengan film korea yang sedang populer di kalangan anak muda, kemudian ia pun ikut menonton, kemudian ia mulai suka memandangi aurat wanita pada aktor film tersebut, hingga pada akhirnya ia kecanduan dan berat untuk meninggalkan maksiat tersebut.

Bahkan menurut Imam Ibnu Qayyim (2017, h. 133) banyak orang fasik yang tetap melakukan maksiat meskipun dia tidak merasakan kelezatannya. Faktor pendorongnya hanyalah kegundahan ketika terpisah darinya.

Seorang hamba akan terus-menerus melakukan ketaatan, mencintai dan membiasakan kebaikan hingga Allah mengutus para malaikatnya dengan rahmat-Nya untuk membantunya, mendorong, dan memotivasinya untuk terus melakukan ketaatan.

Sebaliknya, seorang hamba akan terus melakukan maksiat, mementingkan, dan mencintainy sehingga Allah mengutus syaitan kepadanya untuk membantunya melakukan maksiat tersebut.

Kesimpulan:

Dari beberapa poin yang telah disebutkan di atas dapat diambil simpulan bahwa pengaruh buruk terbesar dari maksiat terhadap penuntut ilmu adalah terhalangnya ilmu tersebut untuk masuk ke dalam hati, hal itu disebabkan karena ilmu adalah cahaya Allah, dan Allah tidak mungkin memberikan cahaya-Nya kepada para pelaku maksiat. Maksiat juga bisa menambah kesulitan yang dihadapi penuntut ilmu dalam proses belajarnya, serta ia akan dihadapkan dengan berbagai kebuntuan yang tak memiliki jalan keluar, oleh karenanya hendaknya ia bertakwa kepada Allah agar Dia mudahkan urusannya dan memberinya jalan keluar atas permasalahannya. Kemudian, maksiat dapat melemahkan hati dan jiwa para penuntut ilmu sehingga ia menjadi futur, dan maksiat  juga dapat menyebabkan hilangnya keberkahan umur bagi para pelakunya serta yang terakhir dan ini diantara yang paling berbahaya, maksiat dapat melahirkan kemaksiatan yang semisalnya hingga ia kecanduan dan merasa berat untuk meninggalkan maksiat tersebut. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa melakukan ketaatan kepadanya, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Referensi:

Al-Jauziyyah, I.Q. (2017). Macam-macam Penyakit Hati yang Membahayakan dan Resep Pengobatannya (8th ed.). (A. Kruniawan, Terjemahan). Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Farid. A. (2012). Tazkiatun Nafs Penyujian Jiwa Dalam Islam. (M. Suhadi, Terjemahan). Jakarta: Ummul Qura.

Tausikal, M.A. (2011, November 19) Cahaya Allah Akan Jauh dari Pelaku Maksiat.

Dirangkum oleh: Sahl Suyono (Pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.