Murah Hati & Suka Membantu
Murah hati demi menaik pertolongan Ilahi
Di antara karakter dan akhlak mulia orang mukmin ialah murah hati dan suka membantu, ini sebagai salah satu kriteria seseorang dikategorikan sebagai Mukmin sejati. Mukmin sejati itu adalah orang Islam jam yang peduli kepada saudara seagama serta muda tergugah untuk membantu dan berbagi kebaikan dengan sesama hamba Allah. Mukmin sejati itu bukanlah orang yang bakhil, kaku, dan tidak Acuh terhadap kesusahan yang dialami orang lain. Sebab Ia yakin bahwasanya Allah akan membalas dan meridhoi kepeduliannya, sebagaimana firman-nya:
وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۙ هُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.(Qs. Al-Muzzammil: 20).
Setiap Mukmin tentu mendambakan Pertolongan Allah di dunia maupun akhirat, dan mengharapkan kemurahannya. Karena itulah, dia tidak akan bahil untuk membantu sesama dengan ikhlas, seperti yang diisyaratkan oleh Allah dalam Firman-Nya berikut:
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا
Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu”. (QS. Al-Insan: 9).
Semangat berbagi
Rasa cinta, sayang, dan jalinan Ukhuwah dengan sesama Karena mengharapkan keridhaan Allah semestinya mampu menumbuhkan semangat berbagi dalam diri setiap muslim. Berbagi nikmat dengan orang lain itu merupakan salah satu sumber kebahagiaan dunia dan akhirat. Setiap manusia pasti menyukai sifat ini. Hati akan mudah luluh dan terpikat saat disentuh oleh kemurahan hati dan sifat suka berbagi. Dan di akhirat, Allah tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi hamba yang bersifat demikian selama hidup di dunia. Semangat berbagi demikian yang senantiasa disuntikkan Rasulullah kepada para sahabat.
Bahkan di dalam perjalanan, nabi terus berusaha menanamkan semangat berbagi kepada ada para sahabat. Abu Sa’id Al khudri menuturkan pada saat kami melakukan perjalanan bersama nabi, muncullah seseorang yang menunggangi unta sambil menengok ke kanan dan kiri. Kemudian beliau menyebutkan beberapa jenis harta yang selainnya yang harus dibagi apabila berlebih. Sampai-sampai, kami berpikir bahwa Tidak seorangpun berhak memiliki kelebihan harta.
Lihatlah kondisi kita kini, tidak sedikit yang memiliki lebih dari 1 kendaraan tetapi sedikit yang tergerak untuk membantu sesama dengan kendaraan yang dimiliki itu. Apabila kita memiliki tanah ataupun perkebunan yang luas, Sudahkah hati kita tergerak sehingga membantu fakir miskin dengan Mendirikan Bangunan di atasnya, menanaminya, atau mengizinkan mereka mengelola dan menikmati hasilnya?
Tidaklah sepantasnya kita membiarkan sesama muslim bersedih serta merasakan kepiluan sedang kita bergembira tanpa bisa merpati kepada mereka. Sungguh, setiap muslim adalah bersaudara. Maka seorang muslim akan bahagia kalau saudaranya bahagia, dan sedih kalau saudaranya dirundung Nestapa. Apabila saudara kita memiliki tali untuk menimba air atau mengikat barang, namun tali tersebut kurang panjang, maka hendaklah kita memberikan tali tambahan kepadanya semata-mata demi mengharapkan pahala dari Allah. Dan apabila kita menepati seseorang yang merasa terasing, gelisah, atau ketakutan maka hendaklah membantu mengusir perasaan takut dan gelisah nya Hingga hatinya kembali merasa aman, tenang, dan damai.
Berbagi kebaikan melalui harta
Sebagai hamba yang beriman, kita dituntut menyadari bahwa harta kita hanya titipan dari Allah. Harta itu baru menjadi milik kita sesudah diinfakkan ke jalannya. Sebab Dia akan menyimpang nya sebagai pinjaman di sisinya, dan mengembalikannya kepada kita dengan jumlah yang berlipat ganda di akhirat. Karena itu, jadikanlah harta kita sebagai sumber kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain di dunia ini, sehingga ia tidak menjadi beban dan penyesalan di akhirat.
- Sedekah dan Hadiah
Ketika menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu orang yang membutuhkan, atau memberi manfaat kepada orang lain, Yakinlah bahwa Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih bernilai. Dia Subhanahu Wata’ala berfirman:
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِه وَيَقْدِرُ لَه ۗ وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُه ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
Artinya: “Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’: 39).
Para Salafus Shalih membiasakan diri bersedekah setiap hari meski hanya dengan se siung bawang. Tahukah Mengapa? Karena mereka tidak ingin terluput dari doa malaikat bagi orang-orang yang berbagi kenikmatan dengan bersedekah.
Pemberian tidak harus besar dan bernilai kalau memang kondisi sedang tidak mampu. Janganlah enggan menyerah suatu pemberian karena merasa itu remeh dan sepele, sebab tidak ada kebaikan yang bernilai rendah di dalam Islam.
- Pinjaman
Kemurahan hati dalam harta tidak Selalu identik dengan memberikannya, tetapi bisa juga dengan meminjamkannya kepada orang yang membutuhkan. Uang, misalnya. Pinjaman uang di beri tanpa bunga dan sebisa mungkin dengan perjanjian lunak. Apabila seorang meminjamkan uangnya itu dengan ikhlas, niscaya Allah akan membebaskan kebaikannya tersebut.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa nabi bersabda: dahulu ada laki-laki yang sering memberi pinjaman kepada orang lain. Ia pun selalu berpesan kepada pelayannya: Jika kamu menagih orang yang kesulitan membayar utangnya, maka berilah keringanan padanya. Mudah-mudahan dengan anne-marie to Allah mengampuni dosa kita. Orang itu kemudian meninggal dan Allah benar-benar mengampuni dosanya.
- Manihatul ‘Anzi
Diantara bentuk kebaikan melalui harta yang dianjurkan adalah manohatul ‘anzi. Yaitu Memberikan manfaat dari harta kita kepada orang lain tanpa harus menggali kepemilikan harta tersebut kepadanya. Misalnya, seseorang mempunyai kambing betina yang produktif dalam menghasilkan susu. Lalu kambing itupun dipinjamkan kepada fakir miskin atau siapa saja yang memerlukan susu nya. Setelah dimanfaatkan, kambing itu dikembalikan kepadanya. Manihatul ‘anzi merupakan sedekah dalam bentuk jasa dan pemanfaatan suatu barang, bukan sedekah barangnya secara langsung. Sebab kepemilikan barang dalam praktek Amal ini tidak beralih, Tetapi hanya manfaat dan kegunaannya saja yang yang yang di makan didermakan kepada orang yang membutuhkannya.
Setiap kebaikan termasuk sedekah
Kemurahan hati melalui sedekah sunnah tidak terbatas pada harta benda. Akan tetapi, Iya dapat diwujudkan melalui sebuah bentuk kebaikan dan amal Shalih. Berbicara sopan, murah senyum, dan membantu mengangkat barang bawaan, semua ini termasuk sedekah apabila dilakukan eh kelas karena Allah.
Meneladani kemurahan hati Rasulullah
Apabila kita ingin menggali kemurahan hati nabi, cukuplah menyimak ucapan Ummul Mukminin Khodijah pada saat turun Wahyu pertama ada suaminya. Dengan tubuh gemetar, beliau mendatangi istrinya itu Seraya berkata:” Hai Khodijah, Aku benar-benar khawatir dengan keselamatan diri ku! ” Hadijah pun menenangkan beliau Seraya berkata: ” engkau tidak kak akan celaka, sekalipun. Demi Allah, dia tidak akan menghinakan mu selamanya karena engkau kau selalu menyambung tali kekeluargaan, menanggung beban orang yang kesusahan, memuliakan tamu, Dermawan terhadap orang fakir, dan membantu orang yang tertimpa musibah.”
Keutamaan sedekah
Saat nafsu menghasut kita agar bersifat bahil, atau pada waktu hati begitu berat diajak bersedekah, maka renungilah betapa besar keutamaan beserta pahala yang dijanjikan Allah melalui sedekah. Dengan demikian, kita akan merasa sangat merugi kalau sampai meninggalkan kesempatan selama hidup di dunia ini untuk mengerjakan amalan sedekah tersebut. Berikut beberapa keutamaan yang akan diraih seseorang yang bersedekah dengan ikhlas karena Allah.
- Memadamkan kemurkaan Allah.
- Menghapus dosa.
- Pelindung dari api neraka.
- Dinaungi sedekahnya pada hari kiamat.
- Mengobati penyakit jasmani.
- Mengobati penyakit hati.
- Dicegah dari tertimpa berbagai bala.
- Mendapat keberkahan pada harta.
- Harta yang disedekahkan yang akan tersisa bagi pelakunya.
- Dipanggil dari salah satu pintu khusus di surga.
- Melapangkan dada dan menentramkan hati.
- Membersihkan dan mengikis kotoran pada harta karena perbuatan sia-sia, sumpah, dusta, dan karena kelalaian pribadi.
REFERENSI:
Diringkas dari buku: Ensiklopedi Akhlak Salaf.
Karya: Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari.
Diringkas oleh: LIA MAULANA (Pengajar Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits OKUTimur).
Baca juga artikel:
Leave a Reply