Menggugah Nurani Pemirsa TV (Bagian 1) – Bismillah, Alhamdulillah washshalatu wassalam ‘ala Rasulillah, amma ba’du. Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, yang menurunkan Al-Qur’an al-Karim sebagai petunjuk dan peringatan bagi seluruh makhluk dari kalangan jin dan manusia. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dr. Abdul Azhim al-Math’ani, guru besar sastra Arab di Universitas al-Azhar, dalam sebuah wawancara mengatakan: “Saya tidak bosan menceritakan sebuah kasus yang menyedihkan yang menimpa seorang remaja cilik bersama saudara perempuannya. Ayahnya sibuk sebagai pejabat tinggi, sedangkan ibunya pergi bersama teman-temannya untuk bersenang-senang, sementara kedua anak tersebut ditinggal di rumah hanya dengan televisi dan video, ada hal yang mengejutkan ketika ayahnya pulang cepat dari pekerjaannya, dia melihat anak lelakinya menjadikan saudara perempuannya layaknya istri, tatkala sang Ayah menyaksikan pemandangan yang memilukan dan memalukan ini, ia naik ke loteng via lalu menjatuhkan dirinya hingga mati terkapar.”
Di Perancis, anak usia 5 tahun menembak tetangganya hingga terluka parah dan ketika ditanya dari mana dia mempelajarinya, dia menjawab, “Belajar mengisi senapan dan menembak dari sebuah film yang ditayangkan televisi.”
Sebuah studi yang dilakukan di Syiria membuktikan bahwa 81% pelaku kriminal dari kelompok anak-anak telah terbiasa menonton film di televisi. Para orang tua mereka mengatakan mereka belajar kejahatan dari film-film yang mereka tonton.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian terhadap masyarakat Sulawesi Selatan setelah maraknya dunia pertelevisian di Indonesia dan hasilnya terungkap, sejak masuknya televisi di daerah tersebut, masyarakat di sana berangkat kerjanya lebih siang, karena malam harinya menonton acara televisi hingga pukul 00.00 dini hari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana audio visual atau televisi memberikan manfaat yang sangat besar bagi dunia pendidikan sebagaimana yang dilansir oleh seorang pakar pertelevisian yang menyatakan bahwa daya ingat pelajaran yang diperoleh melalui audio visual 65%, dari mendengar 10% dan dari melihat 20%. Jika keunggulan itu dimanfaatkan untuk kebajikan, betapa besar manfaatnya, dan sebaliknya bila digunakan untuk keburukan, betapa besar kerugiannya, namun pada kenyataannya televisi sekarang ini mengarah kepada keburukan, sehingga televisi ibarat khamar, dampak negatifnya lebih banyak daripada dampak positifnya.
BAB I : DIBALIK TAYANGAN TELEVISI
Dibalik Nikmat Televisi
Pada awal abad ke-21, berbagai macam kemajuan peradaban dan teknologi telah dicapai manusia, baik dalam bidang pendidikan, pemikiran, industri, pertanian, ekonomi, politik, sosial budaya, militer, transportasi, dan komunikasi, maupun hubungan diplomatik antar bangsa, maka tidak bisa dihindari berbagai lembaga pendidikan dan penelitian, mereka dirikan untuk memantik kemajuan.
Terutama dunia pertelevisian dengan cepat mampu mempercanggih produknya. Tahun 1920 mulai diadakan penelitian untuk membuat stasiun dan mesin televisi. Tahun 1927 mulai diadakan uji coba siaran televisi. Tahun 1951 mulai ditemukan teknologi televisi berwarna. Tahun 1962 Amerika Serikat meluncurkan satelit TELSTAR. Tahun 1968 mulai diproduksi teknologi kaset video. Tahun 1975 mulai ditemukan televisi layar datar. Tahun 1979 mulai diorbitkan televisi tiga dimensi (3D). tahun 1989 industri pertelevisian mulai mengadakan siaran langsung dan tidak lagi menggunakan rekaman kaset video.
Saudaraku, pada saat sekarang televisi telah mengalami kemajuan sangat pesat hingga hadir di tengah kita Smart TV, akan tetapi bila tidak diwaspadai bisa menimbulkan malapetaka dan bencana yang sangat dahsyat bagaikan benalu yang tumbuh di pohon beringin atau laksana rumput yang bagus tumbuh di atas kotoran kerbau, sehingga bisa memberi pengaruh buruk bagi kehidupan dan peradaban umat manusia, baik pada tingkat pribadi dan masyarakat.
Pengaburan Islam dan sejarah berhasil di wujudkan dengan sempurna melalui apa yang dinamakan dengan “Serial Film Agama dan Program Dakwah” yang ditulis dan diproduksi oleh kalangan yang tidak mengerti tentang ajaran Islam kecuali gambaran kabur dan parsial. Akibatnya mereka memberikan informasi salah dan berita dusta. Sebagian aktor yang dikenal oleh para pemirsa memerankan tokoh-tokoh besar Islam, seperti Shalahudin al-Ayyubi, Nuruddin Zanki, Harun ar-Rasyid dan Abdullah bin Mubarak, tampil tidak sesuai dengan sosok yang sebenarnya. Akhirnya rusaklah para tokoh panutan tersebut di benak para pemirsa.
Prof.Dr. Umar Maliki berkata, “Keadaan yang miris adalah adanya televisi religi yang dibuat oleh organisasi gereja internasional seperti Stasiun Televisi NBN, Stasiun Televisi CBN yang menjangkau 17 juta rumah melalui kabel.[1]
Bahkan organisasi misionaris dunia (tahun 90-an) pernah mengadakan kongres di London, yang dihadiri oleh 8194 misionaris yang menghabiskan dana kurang lebih 21 juta dolar. Kongres tersebut dipimpin langsung oleh misionaris kawakan, Billy Graham. Adapun tema utama kongres tersebut adalah optimalisasi televisi untuk misi Kristen.
Akhirnya tantangan dakwah ke depan dalam membina umat makin berat dan dibutuhkan langkah nyata dan usaha serius untuk mengembangkan televisi dakwah Islam dan menangkal imbas siaran televisi misionaris.
Liberalisasi Budaya & Agama
Di antara beberapa contoh dampak negatif media elektronik adalah munculnya leberalisme agama, pluralisme peradaban, pembaruan budaya, kebebasan berpikir, kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam dunia media serta timbulnya gaya hidup seks bebas (free sex) yang telah mewarnai corak kehidupan bangsa Barat dan Eropa.
Pakar pertelevisian terkenal, Anal Croom saat hendak meninggal dunia di salah satu rumah sakit Chicago mengatakan, “Sesungguhnya televisi di dalam rumah ibarat musuh bebuyutan dan virus kanker berbahaya yang menyerang tubuh anak-anak.”[2]
Mereka pun mengusung budaya rusak dan kebiasaan buruk tersebut ke tengah keluarga dan kehidupan masyarakat Muslim di seluruh belahan dunia. Bersama kekuatan kristenisasi dan imperialisme, mereka menebarkan dan menularkan virus kerusakan moral dan akhlak serta pendangkalan akidah. Allah ta’ala berfirman,
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢١٧﴾
Artinya: “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217).
Tanpa disadari, kaum Muslimin telah merasakan secara langsung radiasi kerusakan media tersebut ditambah lagi oleh buaian setan yang terus berusaha menggoda agar mereka jauh dari jalan lurus dan melenceng dari petunjuk, sehingga secara perlahan-lahan mereka keluar dari nilai agama dan ajaran Allah, dan memenuhi segala panggilan syahwat yang mengundang murka dan kemarahan Allah yang mengakibatkan di akhir hidupnya menuai kesengsaraan dan tempat kembali yang buruk, seperti yang telah ditegaskan Allah ta’ala dalam firman-Nya,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴿٥٩﴾
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).
Sarang Kriminal Dan Dekadensi Moral
Saudaraku kaum Muslimin! Berhati-hatilah kalian terhadap bencana televisi yang telah memasuki setiap rumah kecuali rumah orang-orang yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala dan mereka itu sangat sedikit. Televisi lebih berbahaya dari para perampok yang mungkin hanya menjarah harta dan melukai jiwa, sementara televisi, di samping menguras harta benda, yang lebih kejam lagi acara televisi merampok kehormatan dan merampas kesucian serta menghancurkan moral keluarga kita, namun hanya sedikit di antara kita yang sadar akan dampak dan bahaya yang ditimbulkan televisi, sehingga tanpa merasa berdosa maupun menyesal mereka menghabiskan waktunya di depan televisi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحة والفراغ.
Artinya: “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (terpedaya) oleh keduanya, yaitu (nikmat) kesehatan dan (nikmat) kesempatan (waktu luang).”[3]
Seorang Muslim yang mengagungkan Allah, membesarkan dan mencintai-Nya akan terpanggil nuraninya untuk membasmi kemungkaran dan menghalau kemaksiatan, apalagi sudah masuk ke dalam bilik rumahnya melalui saluran televisi.
Bagaimana tidak, karena dia adalah seorang Muttaqi yang telah berikrar bahwa hanya Allah yang pantas untuk ditaati dan tidak boleh didurhakai, wajib diingat dan tidak boleh dilupakan dan Dzat yang pantas sebagai tempat bersyukur dan dia mengetahui bahwa dia akan berdiri di hadapan Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai segala apa yang dilihat dan didengarnya, seperti firman Allah ta’ala,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿٣٦﴾
Artinya: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)
Saudaraku kaum Muslimin! Janganlah kalian mudah tergiur dengan acara televisi yang bernuansa agamis, karena hampir mayoritas menyeret Anda ke dalam pelanggaran akidah dan moral, karena tayangan yang disuguhkan kepada para pemirsa walaupun bermanfaat seperti program agama, keilmuan dan pendidikan tidak pernah lepas dari selingan-selingan yang berupa musik, nyanyian, tari-tarian dan para wanita yagn mengumbar aurat dan berhias secara berlebihan atau perkara lain yang diharamkan oleh Islam.
Dr. Muhsin Syeikh berkata, “Acara televisi yang paling berbahaya adalah iklan komersial, dengan durasi pendek dan menarik namun, dalam sekejap mampu merusak akal pikiran.”[4]
Distorsi Akidah & Akhlak
Sebuah penelitian menunjukkan sekitar 60 juta anak Indonesia menonton televisi selama berjam-jam hampir sepanjang hari, tayangan yang mereka lihat pun bervariasi, entah itu kriminalitas, kekerasan, dan pornografi bahkan acara berbau mistik, takhayul, atau khurafat. Muatan siaran menyesatkan tersebar di berbagai mata acara, seperti sinetron, berita dan aksi laga, bahkan film kartun sekalipun.
UNESCO pernah mengadakan penelitian yang hasilnya adalah memasukkan media elektronik terutama televisi ke masyarakat berkembang akan mengakibatkan kemunduran nilai moral dan karakter mereka hingga ratusan tahun ke belakang dalam proses pembentukan peradaban mereka.[5]
Program televisi sedikit sekali memberikan nilai edukasi apalagi religi kepada masyarakat. Kalau dikalkulasi mayoritas program tayangan televisi bersifat hiburan atau berita bombastis yang hanya menonjolkan sensasi. Siaran dalam bentuk sinetron, komedi, entertainment dan yang lainnya sengaja ditayangkan pada saat jam-jam anak menonton televisi. Apalagi muatan cerita yang disuguhkan sungguh tidak bermanka. Pada pemirsa terutama anak-anak, semata-maat dipuaskan dengan beberapa hal, yaitu gelimang darah, linangan air mata dan hal-hal yang berbau mistik, takhayul dan khurafat yang menumbuhkan kemunduran dan kebodohan pada umat secara kolektif.
Memang benar, tidak semua tayangan televisi memberi dampak negatif, tetapi kuantitas dan kualitas acara televisi yang bermanfaat bagi para pemirsa terutama anak-anak masih sangat rendah. Televisi seharusnya mempunyai andil dalam membangun negara dan mencerdaskan generasi bangsa, bukan menjadi sebab tersebarnya kesesatan, pelecehan, kekerasan, takhayul dan pembodohan yang tidak masuk akal dan sejenisnya. Bagi sebagian masyarakat televisi menjadi sumber utama untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan, adapun sebagian membaca surat kabar atau media masa hanya kecil saja, bahkan pembaca buku dan majalah lebih sedikit lagi persentasenya.
Bersambung ke bagian berikutnya, insyaallah.
Referensi:
diringkas dari buku: Menggugah Nurani Pemirsa TV
Penulis: Zainal Abidin bin Syamsuddin
Penerbit: Pustaka Imam Bonjol
Diringkas Oleh: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
[1] Itu dibuat tahun 90-an, lalu bagaimana pada masa sekarang, otomatis sudah sampai ratusan juta pemirsa. (Al-Batsul Mubasyir, Dr. Nashir al-Umar, hal. 55).
[2] Terdakwa Utama menggugat Televisi, Wahid Abdussalam Bali, hal. 38.
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, No.6412; At-Tirmidzi dalam Kitab az-Zuhd, No.2304; dan Ibnu Majah dalam Kitab az-Zuhd, No.4170.
[4] Al-Batsul Mubasyir, Dr. Nashir al-Umar, hal.72
[5] Al-Batsul Mubasyir, Dr. Nashir al-Umar, hal. 73.
BACA JUGA :
Leave a Reply