
KISAH KECERDASAN UMMUL MUKMININ, AISYAH
Kecerdasan Spiritual Saudah Binti Zam’ah
Saudah binti zam’ah adalah salah seorang Ummul Mukminin. Rasulullah menikahinya di mekkah, sebelum hijrah ke madinah, dan setelah meninggalnya Ummul Mukminin, Khdijah. Rasulullah hidup serumah dengan saudah di mekkah pada tahun 10 kenabian. Sampai tiga tahun setelah itu, Rasulullah tidak menduakan saudah, hingga Rasulullah hijrah ke Madinah dan memboyong Aisyah untuk tinggal di rumah beliau. Meskipun waktu itu Rasulullah telah mempersunting Aisyah di Makkah, akan tetapi beliau tinggal serumah dengan Aisyah ketika masih di Makkah, yaitu semasa beliau hidup serumah dengan Saudah binti zam’ah.
Derajat saudah semakin tinggi dengan menyandang gelar Ummul Muminin. Nabi Muhammad menikmati saudah sebagai penghargaan dan penghormatan kepada-nya, setelah suaminya meninggal dan setelah apa yang dialaminnya di jalan Allah dan Rasul-nya.
Setelah menjadi istri Rasulullah sudah melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, seperti memelihara dan merawat putri-putri Rasulullah sampai istri-istri Rasulullah yang lain masuk ke rumah Nabi dan menyandang gelah Ummul Mukminin.
Ketika menikah dengan Rasululullah Saudah sudah berumur dibandingkan dengan istri-istri lain. Beberapa tahun kemudian, Saudah sudah lanjut usia, sehingga hari gilirannya di hadiahkan untuk Aisyah. Saudah berkata ”Wahai Rasulullah sayah hadiahkan hari-hari giliranku untuk Aisyah.”
Disebutkan dalambuku sirah dan hadits, bahwa ketika Saudah sudah lanjut usia Rasulullah bermaksud menceraikannya. Saudah berkata kepada Rasulullah ”Tolong jangan ceraikan saya. Saya ingin tetap menjadi istrimu. Saya hadiahkan giliraku untuk Aisyah. Saya tidak ingin meminta apa yang bisa diinginkan oleh kaum perempuan.”
Rasulullah tidak menceraikannya hingga beliau meninggal dan tetap menjadi istri beliau bersama istri-istri beliau yang lain.
Demikian lah dengan kecerdasan spiritualnya, Saudah mampuh bertahan menjadi Ummul Mukminin,di dunia dan akhirat.
Dalam Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari disebutkan bahwa Aisyah menceritakan hal itu kepada Urwah Bin Zubair. Aisyah berkata ”Wahai keponakanku, Rasulullah tidak mengistimewakan sebagian kami dengan sebagian yang lain dalam masalah bagian. Termasuk dalam giliran beliau menginap dengan kami. Beliau mendatangi dan menginap di semua rumah istrinya secara bergantian. Ketika Saudah Binti Zam’ah lanjut usia. Sementara dia khawatir diceraikan oleh Raulullah, dia berkata ” Ya Rasulullah, hari giliranku saya hadiahkan untuk Aisyah.” Rasulullh menerimah permintaan Saudah. Setelah itu turun firman Allah Ta’ala:
وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًاۗ وَالصُّلْحُ خَيْرٌۗ وَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Artinya: “Jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya. Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka), walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’, ayat 128)
Begitulah kisah tentang Saudah Binti Zam’ah, ketika dia sudah lanjut usia, sementara dia takut diceraikan suaminnya. Rasulullah dia menghadiahkan hari gilirannya untuk Aisyah, istri termuda Rasulullah. Aisyah berterima kasih dan memuji Saudah.
Tindakan yang dilakukan oleh Saudah merupakan bukti kecerdasannya dn keinginannya untuk tetap dekat dengan Rasulullah, karena cintanya yang besar kepada beliau, serta untuk menjaga kedudukannya di dunia dan akhirat.
- Saudah Tidak Pernah Pergi Haji Lagi Setelah Rasulullah Wafat.
Saudah Binti Zam’ah berpegang teguh terhadap wasiat Rasulullah kepada istri-istrinya pada haji wada ketika beliau bersabda,”Tahun ini saja, setelah itu harus menetap di rumah.” Sabda ini isyarat kepada istri-istri beliau, agar mereka menetap di rumahnya dan tidak pergi ke mana mana. Setelah haji waja, ’Rasulullah meninggal dunia. Saudah berkata ”Saya tidak akan pergi haji lagi setelah haji waja.”
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, ” Istri-istri Rasulullah pergi haji, kecuali Zainab Binti Jahsy dan Saudah Binti Zam’ah. Mereka berdua berkata, ”Demi Allah, kami tidak pernah mengerakkan kendaraan lagi, setelah kami mendengar wasiat tersebut dari Rasulullah.”
- Ummu Salamah Dan Balasan Orang-orang Yang Sabar
Diantara bentuk kecerdasan spiritual adalah mengukuti petunjuk Nabi. Kisah berikut salah satu dari kisah Ummul Mukminin, yang senatiasa mengikuti petunjuk Nabi, sehingga mereka mendapatkan balasan yang agung dan mulia.
Ummu Salamah termasuk salah seorang generasi muslimah yang pertama. Dia mempunnya nama lengap Hindun Binti Umayyah. Ummu Salamah dikenal sebagai salah seorang sahabat perempuan yang faqih, fasih dan cerdas.
Ummu Salamah sebelum-nya menikah dengan Abdullah Bin Abdul Asad atau dikenal dengan Abu Salamah. Abu Salamah masuk islam sejak pertama kali islam di dahkwahkan oleh Raulullah. Sehingga dia dan Ummu Salamah termasuk generasi pertama yang masuk islam.
Mereka berdua hijrah bersama sama ke Habasyah, tapi ketika hijrah ke Madinah mereka berangkat sendiri-sendiri.
Abu Salamah ikut bertempur dalam perang Uhud. Para pereng ini dia mengalami luka parah, sehingga menyebabkannya menghembuskan nafas terakhir pada tahun keempat kenabian.
Menjelang kematin suaminnya, Ummu Salamah berkata kepadanya, ”Saya telah mendengar bahwa tidak ada balasan bagi seorang perempuan yang suaminnya meninggal dunia, sementra suaminya termasuk ahli surga, kemudian dia tidak menikah lagi, kecuali Allah akan mengumpulkan mereka berdua kelak di surga. Marilah kita berkilar bahwa kamu tidak akan menikah lagi setelah saya meningga, dan saya tidak akan menikah lagi setalah kamu meninggal.”
Abu Salamah berkata, ” Apakah kamu akan menaatiku?
Ummu Salamah berkata, ” Ya saya akan menaatimu.”
Abu Salamah berkata, ” Jika saya meninggal, saya minta agar kamu menikah.”
Kemudian Abu Salamah mengadakan kedua tangannya mendoakan istri-nya,”Ya Allah,karuniakanlah kepada Ummu Salamah,setelah saya, seorang suami yang lebih baik dari saya, yang tidak membuat dia sedih dan tidak menyakitinnya.”
Setelah suami-nya meninggal, Ummu Salamah mendatangi Nabi seraya berkata,” Ya Rasulullah apa yang harus saya ucapkan?”
Beliau bersabda ”ucapkanlah: ”Ya allah ampunilah dosa kami dan dosanya, dan berikanlah saya ganti yang lebih baik setelahnya.”
Ummu Salamah membaca doa tersebut. Dia bener-bener mendaptkan ganti yang baik, yaitu menjadi istri Rasulullah.
Diceritakan dalam buku buku sirah dan hadits, dari Ummu Salamah, bahwa dia pernaah mendengar Abu Salamah berkata, ”Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda,’ tidak ada balasan bagi seorang muslim yang terkena musibah, lalu berkata, ”Innalillahi wa inna ilaihi raji’un; Ya Allah saya ikhlas karenamu menerima musibah yang engkau berikan, karunikanlah saya ganti yang lebih baik dari musinah ini,’ kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik dari pada itu.”
Setelah Abu Salamah meninggal, Abu Salamah berkata, “ Innalillahi wa inna ilahi ra’jiu; Ya Allah sya ikhlas karenamu menerima musibah yang engakau berikan, berupa kematian Abu Salamah. Karunikan lah saya ganti yang lebih baik dari Abu Salamah.” Saya bertanya kepada diri saya sendiri,” Siapa yang lebih baik dari pada Abu Salamah?”
Tiba-tiba Rasulullah datang meminang saya, lalu saya berkata, Saya adalah perempuan yang mempunyai banyak anak, mudah cemburu, dan sudah tua.”
Rasulullah brsabda: ”Jika dari usia, saya lebih tua dari kamu. Jika masalah cumburu, saya akan berdoa kepada Allah semoga Allah menghilangkan perasaan itu darimu.” Sedangkan masalah keluarga, pasrahkan lah kepada Allah.”
Demikianlah kisah Ummul Salamah. Dia mendapatkan kedudukan yang tinggi dan mulia, masuk dalam jajan wanita ahli bait Nabi,dan tersukan bagian dari Ummuahatul mukminin, dengan mengikuti petunjuk Nabi yang disertai kecerdasan priritual, yang jarang dimiliki oleh orang lain.
- Ummu Salamah Pada Peristiwa Hudaibiyah dan pendapatnya kepada Rasulullah.
Setelah Ummu Salamah menjadi bagian dari penghuni rumah Nabi, dia meneruskan penjualan dan dakwahnya di jalan Allah. Dia ikut pergi menunaikan ibadah ummrah bersama Rasulullah dan beberapa sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Ketika sampai di Hudaibiyah, orang orang Quraisy menghadang langkah mereka, sehingga rombongan kaum muslimin yang akan menunaikan Umrah tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Baitul Haram. Terjadi negosiasi antara kedua belah pihak. Akhirnya disepakati bahwa kedua belah pihak akan menjaga perdamaian atau gemcatan senjata selama sepuluh tahun, kaum Muslimin harus kembali ke Madinah tanpa melaksanakan ibadah umrah, dan bisa melaksanakan nya tahun berikutnya.
REFERENSI:
Ditulis Oleh: Manshur Abdul Hakim
Diringkas Oleh: Nyai Anita Sari
Di Ambil Dari: Buku Wanita-wanita cerdas sepanjang masa
Baca juga artikel:
Tim Sarpras DQH Bersama Santri Gotong Royong Membuat Selokan
Ajukan Pertanyaan atau Komentar