Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Kebiasaan Buruk Pemicu Perceraian Bagian 1

Kebiasaan buruk pemicu perceraian bag.1

Kebiasaan Buruk Pemicu Perceraian (Bagian 1). Menjalani rumah tangga tidaklah mudah, memerlukan usaha agar rumah tangga tersebut tidak sampai hancur atau mengalami perceraian. Berikut ini merupakan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu perceraian sehingga harus dihindari:

  • Suka Melawan Suami

Kebiasaan wanita yang suka melawan suami bisa menjadi pemicu utama perceraian. Para peneliti dari Universitas Washington, mengadakan survei selama dua tahun. Dari kasus-kasus perceraian di lapangan, didapatkan kesimpulan, bahwa 95%  kasus perceraian dikarenakan hal tersebut.  Menurut Profesor Nail Jackson, Guru Besar dan sekaligus pembina survei mengatakan, bahwa faktor utama wanita mengakhiri kehidupan rumah tangga dengan perceraian, adalah:

  • Para istri yang sering melawan suami mereka baik secara psikologis maupun ucapan.
  • Para istri yang menyesali pernikahan mereka.
  • Kaum wanita yang tidak mempunyai rasa takut.

Tiga jenis wanita hasil survei dan penelitian tersebut, sangat dibenci oleh Islam karena membuat rumah tangganya hancur dan senang menyakiti suaminya dengan tangan dan lisannya, Rasululllahﷺ bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.

Muslim adalah di mana kaum Muslimin selamat dari tangan dan lisannya. “[1]

Wanita Muslimah hendaknya menghidari sifat tiga jenis wanita tersebut:

Pertama: Islam mengajarkan kepada wanita agar mentaat suami dan mendidik dirinya di atas aqidah dan akhlak yang mulia, agar tidak suka melawan dan menyakiti suami, baik dengan perbuatan ataupun ucapan. Nabi mengabarkan, jika manusia boleh sujud kepada sesama manusia, maka beliau akan memerintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya Istri yang diridhai suami akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Islam pun melarang wanita berpuasa Sunnah dan ibadah nafilah lain, sementara suaminya berada di sisinya dalam rangka untuk menjaga perasaan dan memenuhi haknya, meskipun puasa merupakan bagian dari ibadah yang mulia, kecuali suaminya mengizinkan.

Kedua: Bagian dari keimanan seorang Muslim adalah menerima ketentuan Allahﷻ, karena dengan sikap itu seorang Muslimah akan meraih pahala yang agung di sisi Allahﷻ atas kesabarannya. Seorang istri Muslimah harus bisa menerima keadaan suami dengan penuh kerelaan dan kepasrahan, bersabar atas tabiat dan kekurangan suami, asal bukan pelanggaran agama.

Ketiga: Takut kepada Allahﷻ merupakan inti keimanan dan buah dari ilmu yang bermanfaat. Ketika seorang istri merasa takut membangkang terhadap suaminya, dan takut kepada hisab serta siksaan-Nya bila mengabaikan pendidikan anak- anaknya, serta takut bila menyakiti keluarganya ketika meminta cerai kepada suaminya, rumah tangga dan pernikahannya menjadi langgeng.

Keempat: Hendaknya dia bertakwa kepada Allahﷻ dalam mentaati perintah-Nya dan mematuhi ajakan suami dalam kebaikan. Camkan, bahwa mentaati suami adalah kewajiban tertinggi setelah mentaati Allahﷻ dan Rasul-Nya, karena sikap membantah perintah suami akan mendatangkan dosa dan murka Allahﷻ. Wanita harus banyak instropeksi terhadap kekurangan dirinya. Dan hendaklah ia mendekatkan diri kepada Allahﷻ, niscaya Allahﷻ akan membantunya untuk mentaati suami dan tidak suka melawannya.

Adapun kalau hanya ingin melampiaskan hawa nafsu, mengumbar amarah dan emosi, atau meniru para wanita ahli maksiat yang tidak peduli dengan perintah Allah, maka dia akan merugi selama-lamanya di dunia dan akhirat.

Kelima: Hendaklah seorang wanita Muslimah meneladani istri-istri Rasulullah dan wanita-wanita shalihah dari kalangan istri-istri sahabat dan tabi’in. Dan senantiasa mengingat keagungan Allahﷻ dan takut kepada-Nya, serta selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena Allah berfirman,

وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِى إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Ali Imran: 101).

Keenam: Ikhlaskanlah pengabdian pada suamimu, dan mintalah pertolongan kepada Allahﷻ, agar bisa menunaikan tugas-tugas rumah tangga dengan baik, walau badan capek, perasaan gundah, pikiran penat dan hati lelah. Dengan sikap ikhlas, akan memetik kedamaian, ketenangan dan kepuasan hidup, sehingga anda akan bisa menjadi orang yang paling bahagia.

  • Sikap Suka Menuduh

Ikatan suami istri seyogyanya dibangun atas dasar cinta sejati, kasih sayang murni, kesetiaan yang tulus dan kejujuran, serta saling menghormati, bukan menyakiti hati atau gampang melempar tuduhan. Apabila ada sesuatu yang memancing munculnya tuduhan dan kecurigaan suami terhadap istri atau istri terhadap suami, harus diselesaikan secara terbuka dan jujur.

Pasangan suami dan istri sangat perlu meluangkan waktu untuk duduk sesaat, saling bertanya terus terang tentang hal-hal yang memancing tuduhan dan kecurigaan daripada berlama-lama terpanggang dalam penderitaan dan kebingungan. Allahﷻ melarang sikap saling curiga suka melempar tuduhan palsu dalam firman-Nya,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْرٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَايَغْتَب بَعْضُكُم بَعْضًا

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (Al-Hujurat: 12).

Suami istri hendaknya saling berbagi rasa, sehingga masalah yang dihadapinya terselesaikan. Hilangkan kecurigaan, tumbuhkan saling percaya dan terbuka. Suami istri harus menghentikan berbagai macam tuduhan tak berdasar kepada istrinya, karena hal itu sangat dimurka Allahﷻ

Andaikan kedua suami istri mau menempuh cara seperti ini, yaitu bertanya terus terang dan mencari kejelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi, niscaya mereka tidak memerlukan lagi campur tangan orang lain untuk menyelesaikan urusan-urusan pribadi mereka berdua. Karena dengan campur tangan pihak luar, kesalahan masing-masing suami istri terbongkar dan tersiar kepada orang lain. Dan kadang yang menjadi masalah hanya hal yang sepele.

Begitu juga, hendaknya kedua belah pihak harus siap mengakui kekurangan masing-masing tanpa harus berusaha untuk menutupinya. Jangan membela diri dan ingin menang sendiri dengan cara yang benar ataupun salah. Dengan demikian, diharapkan akan bersatu kembali antara suami istri, atas izin Allahﷻ, jika keduanya benar-benar tulus dan ikhlas dan masing-masing dari keduanya tidak ada niat jahat dan maksud buruk terhadap pasangannya.

  • Istri Tajam Lidah

Sungguh sangat disayangkan bila seorang istri mempunyai kebiasaan gemar menganiaya anggota keluarga sendiri, menyakiti pikiran dan perasaan mereka, tanpa alasan yang benar menurut hukum syariat dan berlidah tajam yang Rasulullahﷺ menganggap keberadaan tipe wanita yang seperti itu sebagai indikasi kesengsaraan suami dalam hidupnya sebagaimana sabda beliau ﷺ,

ثَلَاث مِنَ الشَّقَاوَةِ : الْمَرْأَةُ تَرَاهَا فَتَسُوءُكَ، وَتَحْمِلُ لِسَانَهَا عَلَيْكَ، وَإِنْ غِبْتَ لَمْ تَأْمَنْهَا عَلَى نَفْسِهَا وَمَالِكَ.

Tiga perkara tanda kesengsaraan seseorang, yaitu (salah satu-nya) seorang wanita yang apabila anda melihatnya, maka dia menyedihkanmu, dia menyakitimu dengan perkataan buruk, dan jika anda bepergian maka anda tidak percaya padanya bisakah dia menjaga kehormatan dirinya dan menjaga hartamu[2]

 Umar bin Khaththab berkata, “Tiga orang paling licik; seorang tetangga dekat, bila ia melihat kebaikan ditutupi namun bila mendapati keburukan disiarkan, seorang wanita yang bermulut pedas hingga suaminya tidak betah di rumah dan bila ditinggal pergi berkhianat, dan seorang pemimpin bila anda berbuat baik kepadanya tidak memujimu tetapi bila anda berbuat salah kepadanya ia membunuhmu[3]

Dalam shahih Bukhari dan Muslim terdapat suatu riwayat dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi ﷺbersabda,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقَ وَقِتَالُهُ كُفْر

Mencela sesama Muslim itu fasik dan memeranginya adalah kufur. “[4]

Tidak diragukan, bahwa ayat dan hadits di atas dan dalil-dalil lainnya, memberi pengertian, bahwa menyakiti dan mencela sesama Muslim pada umumnya dilarang. Apalagi mereka yang dicelanya ternyata mertua atau iparnya sendiri. Dengan mencela keduanya, berarti telah melakukan dosa-dosa yang terkandung dalam mencela atau menyakiti sesama Muslim, dengan alasan sebagai berikut:

Pertama: Baik mertua maupun ipar masih mempunyai hubungan pertalian darah dengan wanita tajam lidah tersebut. Tetapi dengan kebiasaan buruknya yang gemar mencerca, mengecam dan mengumpat, hubungan silaturahmi bisa terancam putus. Sementara Allahﷻmengaitkan antara pemutusan silaturahmi dengan membuat kerusakan di muka bumi.

Kedua: Suami akan merasa tertekan hatinya jika mendengar celaan dan kecaman tersebut. Dan tidak diragukan, bahwa suami mempunyai hak yang tidak dimiliki orang lain atas istri yang suka mencela itu sebagaimana firman Allahﷻ,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمُ

Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah: 228).

Ketiga: Cercaan dan makian dapat mengakibatkan perceraian, sedang dengan terjadinya perceraian akan menimbulkan berbagai macam kerusakan dan kehancuran. Talak merupakan perkara halal yang paling dibenci Allahﷻ, maka hendaknya seorang istri bertakwa dan bertaubat kepada Allahﷻ serta meminta maaf kepada orang-orang yang telah dicelanya dan berupaya membuat suaminya ridha kepadanya. Dan selanjutnya berusaha sungguh-sungguh mematuhi suaminya dengan baik.

Keempat: Setiap kata-kata yang meluncur dari lidah seseorang, pasti akan dicatat oleh malaikat dan akan dihisab oleh Allahﷻ pada hari pembalasan, sebagaimana firman Allahﷻ,

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 18).

Begitu juga sang suami, hendaknya menasihati dan mencegah istrinya dari kebiasaan buruknya yang suka mencela da mengumpat orang lain, dan mengarahkan kepada perbuatan dan akhlak mulia, karena seorang Muslim pemimpin dan pengendali keluarganya. Dan hendaknya menghadapi istrinya seperti menghadapi wanita yang muzyus, sehingga diharapkan dia mau kembali ke jalan yang lurus.

  • Istri Mudah Ngambek

Saudaraku yang budiman, ketika seorang lelaki menikah, berarti dia mentanda-tangani kontrak perjanjian dan kesepakatan, bahwa istrinya menjadi amanah yang harus dibimbing dan Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya pada Hari Kiamat, sebagaimana firman Allahﷻ,

كُلُّ نَفيس بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةُ

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Al-Mudzdzatsir: 38).

Ada seorang suami yang mengadu bahwa istrinya termasuk wanita yang sensitif, mudah ngambek dan tertutup. Sehingga dia ingin menceraikannya. Dalam hal ini hendaknya sang suami bersabar dan berusaha untuk memahami istri dan mencari tahu apa yang menjadi sebab.

Dia ingin merasa lebih diperhatikan dan merasa dirinya masih patut dicintai sebagaimana yang lain. Dan akan merasa bahagia kalau ternyata dia masih menarik perhatian, dalam arti masih mendapat simpati. Itu bisa dialami oleh lelaki maupun perempuan.

Krisis ini memerlukan pengertian yang mendalam dari pasangan hidup, karena pihak yang mengalami krisis bisa menjadi sensitif yang berlebihan, sementara pihak lain menganggapnya sebagai sikap manja dan cari-cari perhatian, sehingga sikap seperti itu semakin membuat pihak yang mengalami krisis lebih tertekan dan menderita. Masalah ini semakin gawat manakala dialami oleh wanita, karena wanita lebih sensitif. Sedangkan poros yang asasi dari susunan jiwanya adalah perasaan batin, sehingga wanita lebih menikmati kebahagiaan dari pernikahan yang berhasil daripada kaum lelaki. Sementara faktor paling penting bagi wanita dalam berhubungan biologis, adalah perasaan batin. Dan masalah syahwat serta kenikmatan hubungan intim lebih banyak didominasi kaum lelaki.

Kondisi kejiwaan wanita semakin memburuk bila ada cacat jasmani, perasaannya semakin tercabik-cabik, karena khawatir akan kehilangan cinta. Misalnya, pendek postur tubuhnya, mulai ompong giginya, kulitnya mulai berkeriput, rambutnya telah beruban atau badannya gemuk. Keadaan tersebut semakin membuat wanita takut dan tak percaya diri lagi.

Ketika keinginan seorang wanita untuk mendapatkan perhatian dari suami tidak terwujudkan bahkan kandas, akan muncul tindakan dan perilaku aneh sebagai bentuk protes secara terus terang. Semakin tidak mendapatkan perhatian semakin liar tingkah lakunya, untuk menunjukkan bahwa dirinya masih menarik, oleh sebab itu seorang suami jangan segan-segan untuk mengungkapkan cinta kepada istrinya, Rasulullahﷺ menganjurkan:

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فِي اللَّهِ فَلْيُعْلِمْهُ فَإِنَّهُ أَبْقَى فِي الْأَلْفَةِ وَ أَثْبَتُ فِي الْمَوَدَّةِ.

Apabila salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya, hendaklah memberitahukannya, karena hal itu lebih melanggengkan kasih sayang dan lebih memperdalam cinta.”[5]

Analisa lain dari perilaku istri adalah bahwa gangguan ketidakstabilan, yakni sejenis penyakit yang mengganggu kepribadiannya. Penyakit ini tidak tampak secara tiba-tiba, tapi secara terus menerus menganggunya sejak masa terbentuknya kepribadian pada usia 20-an. Bila dibiarkan terus menerus akan sangat membahayakan kondisi kejiwaan istri.

Dan bila sang suami tidak mengerti kondisi istrinya dengan menghukum istrinya setiap kali istrinya melakukan kesalahan, hukuman tersebut tidak akan membuahkan hasil, bahkan menimbulkan dampak yang lebih buruk dan akan menjerumuskan diri dan istrinya dalam kebodohan dan kehancuran.

Berilah sambutan yang baik kepada istri anda ketika anda hendak pergi, pamitlah dengan baik kepadanya, karena demikian itu amat berpengaruh pada jiwanya. Seperti ketika Nabi ﷺ sebelum masuk ke rumahnya memulai dengan bersiwak, karena beliau akan menemui istrinya, memeluknya dan menciumnya.

Rasulullah ﷺ adalah orang yang teramat baik dalam memberikan perhatian terhadap orang lain, sehingga tidak mau melepas tangannya dari orang yang disalaminya sebelum orang itu sendiri melepas tangannya. Beliau tidak hanya menoleh dengan kepalanya saja kepada orang yang berbicara kepadanya. Tetapi, beliau memutar seluruh tubuhnya. Beliau menampakkan rasa cintanya kepada para sahabatnya, sehingga masing-masing dari mereka mengira bahwa dia adalah orang terpilih di sisinya.  Beliau adalah orang yang sangat penyayang, paling lembut, paling sabar, dan paling baik kepada keluarganya.

Diringkas oleh: Nurul Latifah

Dari “ Dr. Zaenal Abidin, Lc., M.M., Problem Solving Rumah Tangga,( Kebiasaan Buruk Pemicu Perceraian, bagian 1), PT Rumah Media Imam Bonjol”.

[1]HR. Muslim, No. 41

[2]HR. imam al-Hakim, no. 2684. Dihasankan oleh syaikh al-Bani dalam shahih at-Taghrib, no. 1915

[3]Lihat Uyunul Akhbar,4/295

[4]HR. Bukhari, no 48 dan Muslim, no. 218

[5] HR. Imam Ahmad, no. 17105 dan Imam Tarmidzi, no. 2392

Baca juga:

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.