Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Jangan Engkau Marah

jangan engkau marah

Jangan Engkau Marah – Perkara yang dianggap sepele oleh manusia namun sebenarnya sangat penting dan bernilai pahala yaitu masalah tidak mudah marah, dan juga mampu menahan marah. Dan ini juga merupakan wasiat dari nabi. Sebagaimana dalam hadits nabi shallallahu Alaihi Wasallam;

عن أبى هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه و سلم : أوصني, قال: لا تغضب )) فردد مرارا, قال لا تغضب

Artinya: Dari Abu huroiroh, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam: Berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda: “Jangan engkau marah! Orang itu terus mengulagi ( meminta nasihat berkali-kali ) kepada beliau, lalu Nabi menjawab, jangan engkau marah.” (HR. Al-Bukhori dalam shahihnya)

Penjelasan:

Dalam hadist ini tidak di jelaskan siapa orang yang di maksud, dan lafazh seperti ini sering didapati dalam banyak hadits, diaman di dalamnya tidak di berikan keterangan lebih lengkap tentang orang yang tidak di sebutkan. Hal ini karena penyebutan nama dan sifatnya tidak di perlukan, sehingga Anda dapatkan dalam banyak hadits menyebutkan: nahwa seseorang telah berkata demikian. Anda juga akan dapati sebagian ulama’ sangat bersusah payah mencari keterangan orang yang di sebutkan di dalamnya. Menurut saya, hal itu tidak perlu di cari karena akan melelahkan selama hukumnya tidak berubah di sebabkan penyebutan orang yang berlainan.

MAKNA WASIAT

Ia berkata, Wahai Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku) wasiat arinya memberikan pesan kepada seseorang dengan perkara yang sangat penting. Seperti orang yang mewasiatkan sepertiga hartanya atau mewasiatkan anaknya yang masih kecil atau yang semisal dengannya. Beliau bersabda shallallhu ‘alaihi wasallam: Jangan engkau marah ) tentang marahh Nabi telah menjelaskan bahwa hal itu merupakan bara api yang di lemparkan oleh syaithon kedalam hati anak adam yang menyebabkan hati bergejolak. Maka dari itu wajah orang yang sedang marah, akan memerah, urat lehernya mengembang, dan mungkin rambut pori-porinya pun akan berdiri.

MAKNA JANGAN ENGKAU MARAH

Apakah yang di maksud oleh Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam dengan sabdanya, jangan engkau marah ataukah bermakna jangan engkau ikuti keinginan marahmu ?

Jawabnya), jika kita lihat kemungkinan makna yang pertama ( engkau jangan marah ) , maka menetapkan definisinya sulit, karena dalam hal ini perangai manusia sangat berbeda dengan yang lainnya, akan tetapi bisa di katakan, yang di maksud dengan sabda beliau, jangan engkau marahh adalah marahlah secara tabi’at ( biasa – biasa saja ) artinya engkau bisa mengendalikan dirimu dan mampu meredam amarah.

Adapun kemungkinan makna yang kedua yaitu jangan engkau ikuti keinginan ( ajakan ) marahmu, maka makna seperti ini benar, sehingga hal ini di larang.

Jadi, apakah kalimat jangan engaku marah, merupakah larangan marah secara alami ( tabi’at ) ataukah marah yang di sebabkan oleh tuntutan ( ajakan ) ?

Jika kita melihat kepada zahir lafaznya, kita katakan bahwa maknanya adalah larangn untuk amarah secara tabi’at, akan tetapi pemaknaan seperti ini sulit, dan ia memiliki penafsiran lain untuk di katakan, kendalikan dirimu di saat muncul sebab yang menimbulkan amarah, sehingga engkau tidak marah.

Dan makna yang kedua sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam: Jangan engkau marah, adalah jangan engkau turuti keinginan marahmu. Jika seseorang maraah dan ingin menceraikan istrinya, maka kita katakan kepadany: Sabarlah jangan terburu-buru (yakni berhati-hatilah).

Dan ia (laki-laki itu) terus mengulangi permohonannya, yaitu dengan mengatakan, Berwasiatlah kepadaku, dan beliau tetap mengatakan jangan engkau marah.

DI ANTARA FAIDAH ( PELAJARAN ) DALAM HADITS INI :

  1. Semangat para sahabat untuk memperoleh hal-hal yang bermanfaat, hal ini berdasarkan perkataan Sahabat tadi: Berwasiatlah kepadaku . Apabila para sahabat mengetahui kebenaran, mereka tidak cukup dengan hanya mengetahuinya, bahkan mereka mengamalkannya. Adapun kebanyakan manusia saat ini, mereka banyak bertanya tentang hukum hanya untuk di ketahui saja, tidak untuk di amalkan. Lain halnya, dengan para sahabat. Jika mereka bertanya tentang obat, mereka lantas menggunakannya, artinya ,mereka mengamalkan ilmu yang mereka tanyakan kepada Rasulullah.
  2. Orang yang mengajak berbicara hendaklah berbicara kepada lawan bicaranya dengan sesuatu yang sesuai dengannya, ini adalah kaidah yang sangat penting. Apabila kita menetapkan hal ini, masalah berikut tidak membingungkan kita, yaitu pertanyaan “mengapa Rasulullah tidak memberikan wasiat kepadanya agar bertakwa kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

Artinya: “Dan sungguh kami telah memerintahkan kepada orang – orang yang di beri kitab sebelummu dan juga kepadamu ; bertaqwalah kepada Allah”. (QS. Annisa’: 131)

Jawabnya, karena setiap manusia sebaiknya diajak berkomunikasi sesuai dengan keadaannya. Besar kemungkinan Nabi tahu bahwa laki-laki tersebut suka marah, maka beliau pun memberinya wasiat seperti itu.

Contoh lain, seseorang mendatangimu dan berkata: berwasiatlah kepadaku, sedangkan engkau tahu bahwa ia suka berbuat buruk kepada istrinya, maka hendaklah engkau mengatakan kepadanya: berbuat baiklah kepada istrimu.

Kaidah yang telah kami sebutkan di atas di tunjukkan oleh jawaban Nabi yang tecantum dalam hadits ini, yaitu agar memeberikan wasiat kepada seseorang sesuai dengan ke adaanya, tidak sesuatu yang lebih dari yang ia minta, karena yang lebih tinggi dari apa yang di minta tidak sama dengan apa yang ia minta.

  1. Larangan marah, berdarkan sabda beliau: Jangan engkau marah, karena marah akan mengakibatan munculnya keburukan yang banyak jika seseorang mengikuti keinginan untuk marah. Betapa banyak orang yang melampiaskan amarahnya yang kemudian mengakibatkan dirinya menceraikan istrinya lalu datang untuk menanyakan hukumnya. Dan betapa banyak orang yang marah dan berkata: Demi Allah aku tidak akan berbicara dengannya, kemudian dia menyesal lalu datang dan mananyakan hukumnya.

 

OBAT PEREDAM AMARAH

Jika seseorang bertanya, Apabila sebab untuk di marah di dapati, kemudian dia marah, apa yang harus ia lakukan ?

Jawabnya, alhamdulillah ada obatnya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Adapun yang berupa ucapan, hendaklah ia mengucapkan:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

Artinya: Aku berlindung kepada Allah dari ( godaan ) syaithan yang terkutuk.

Karena ketika Nabi melihat seseorang sangat marah, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إني لأعلم كلمة رو قالها لذهب عنه مايجد يعني الغضب لو قال : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

Artinya: “Aku sungguh mengetahui satu kalimat yang jika ia marah dalam keadaan berdiri hendaklah ia duduk, jika ia duduk hendaklah ia berbaring, karena perubahan secara zahir membawa perubahan secara batin ( kejiwaan ). jika hal itu tidak berpengaruh banyak, maka hendaklah ia berwudhu’, karena hal ini akan melupakan ke adaannya yang sedang marah,dan wudhu’ bisa memadamkan panasnya api kemarahan.” (Muttafaqun Alaih)

Apakah cukup hanya dengan hal-hal di atas.

Jawabnya, tidak cukup dengan hal-hal di atas. Bisa juga kita katakan, jika engkau sedang marah tinggalkan tempatmu saat itu dan inilah banyak yang di lakukan oleh orang-orang, artinya jika seseorang marah hendaklah ia keluar dari tempatnya hingga tidak terjadi apa yang di benci setelah itu.

  1. Islam melarang ber akhlak buruk, berdasarkan sabda beliau: Jangan engkau marah. Larangan ber akhlak buruk berarti perintah untuk sebaliknya, yaitu perintah berbuat baik. Biasakan dirimu bersabar dan tidak marah.

 

REFERENSI:

Artikel= Muslihan

Kitab= Syarah Hadits Arba’in

Karya= Syakh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

Cetakan= ke-8

Cetakan= Ibnu Katsir

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.