Jalan Meraih Kecintaan Kepada Allah – Segala puji Rabb semesta alam, yang maha Menciptakan semua makhluk-Nya lagi maha menegakkan langit dan bumi.
Aku memuji Allah Subhanallah ta’ala atas (semua limpahan) nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Aku memuji Allah Subhanallah ta’ala semua nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kita semua, yang lalu maupun sekarang lahir maupun batin, serta yang khusus maupun umum.
Aku memuji-Nya atas nikmat Islam, Iman dan al-Qur’an, serta nikmat keluarga dan kesehatan. Aku memuji-Nya dengan pujian yang banyak, baik dan penuh berkah, sesuai dengan kecintaan dan keridhaan-Nya. Aku memuji-Nya dengan segala pujian dan sanjungan yang pantas bagi (kemahasempurnaan)-Nya, dan aku menyanjung-Nya dengan segala kebaikan.
Aku tidak mampu menghitung atau membatasi pujian dan sanjungan terhadap-Nya. Dia adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Dia peruntukkan bagi diri-Nya sendiri.
Aku bersaksi bahwa tidak ada illah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Aku bersaksi dengan persaksian (yang mengandung penetapan atau pengakuan, keimanan dan tauhid (keesaan Allah Azza wa’jalla)
Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, kekasih terdekat dan orang pilihan-Nya, orang yang dipercaya (membawa) wahyu-Nya serta sebaik-baik hamba-Nya. Semoga shalawat dan kesejahteraan senantiasa tercurahkan kepada beliau seluruh keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du :
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Wahai saudara-saudara dan saudari-saudariku yang mulia! Wahai orang-orang yang berkumpul dirumah Allah (masjid) yang diberkahi ini karena mengharapkan sebaik-baik balasan pahala dan anugerah yang besar (dan Allah Azza wa’jallah). Sungguh Allah yang maha pemurah tidak akan mengecewakan (harapan) kalian (karena) Dia adalah Maha pemberi kenaikan dan Maha Dermawan.
Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayat kan oleh imam Muslim, dari sahabat Mu’awiyah, beliau berkata: (Suatu hari Rasulullah keluar (dari rumah beliau) untuk menemui kami (para sahabat), pada waktu kami sedang duduk dan berkumpul di masjid Nabawi untuk mengingat dan menyebut (nikmat Allah), lalu beliau bertanya (kepada kami) : “Apakah yang membuat kalian duduk (dan berkumpul disini) ?”. Kami menjawab, mengingat Allah serta memuji-Nya atas petunjuk Islam dan semua anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada kami.” Lalu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bertanya (lagi): “Apakah kalian mau bersumpah dengan nama Allah (bahwa) tujuan kalian duduk (dan berkumpul di sini) hanya untuk itu ?” Kami menjawab, “Demi Allah, tidak ada tujuan kami duduk (dan berkumpul di sini) selain untuk itu.” Lalu Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah karena meragukan (kejujuran) kalian, akan tetapi baru saja melihat Jibril Alaihi wassallam datang kepadaku dan menyampaikan bahwa sungguh Allah membanggakan (memuji) kalian dihadapan para Malaikat.”
Wahai saudara-saudara dan saudari-saudariku yang mulia ! Renungkan lah keutamaan dan kebaikan yang besar ini yang diperuntukkan bagi orang yang duduk di majelis atau perkumpulan seperti ini. Allah akan menyebut (membanggakan-Nya) di (hadapan) para Malaikat yang mulia. Ini adalah kemuliaan dan keutamaan yang agung.
Kita memohon kepada Allah agar Dia memberkahi kita semua dalam pertemuan (pengajian) kita ini, menjadikannya ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Nya, dan menjadikannya sebagai sebab kebaikkan dan kemuliaan bagi semua untuk (selalu) menghadapkan diri (kepada-Nya) dan memberikan perhatian untuk (mengamalkan) ketaatan dan perbuatan yang mendekatkan diri kita kepada-Nya.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah, pertemuan (pengajian) kita ini adalah pertemuan kedua. Pada waktu pertemuan kita yang pertama, sekitar dua tahun yang lalu, ditempat ini aku telah sampaikan bahwa aku mencintai kalian semua (karena Allah). Dan termasuk Sunnah Rasulullah, jika seorang Muslim mencintai saudaranya (karena Allah) yang hendaknya dia menyampaikan hal itu kepada saudaranya tersebut. Maka saat ini aku sampaikan sekali lagi bahwa aku mencintai kalian semua (karena Allah).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memohon dalam doa beliau Shalallahu alaihi wasallam :
أسألك حبكه وحب من يحبك و حب عمل يقرب إلى حبك
Artinya: “(Ya Allah) aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang-orang yang mencintai-Mu dan kecintaan kepada amal perbuatan yang bisa mendekatkan diriku kepada kecintaan kepada-Mu” (HR. Tirmidzi dalam sunannya)
Doa ini sepantasnya untuk kita hafalkan dan selalu kita ucapkan (dalam permohonan-permohonan kita kepada Allah)
Barang siapa mencintai Allah maka Allah pun mencintainya. Jika Allah telah mencintai seorang hamba maka Dia kan menjaganya, menolongnya, melimpahkan Taufik kepadanya, meluruskannya, mengabulkan doanya, melindunginya, serta Allah akan memberikan kemudahan kepadanya agar dicintai dan diterima (oleh semua makhluk yang ada) di langit dan di bumi.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahih al-Bukhari dari Sahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
إن اللهقال من عادى لي و ليا فقد آذنته بالحرب وما اقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما لفترة ضت عليه وما يزال عبدي بالقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعت الذي يسمع به و بصره الذي يصر به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها وإن سألني لأعطينه ولءن استعا ذني لأعيذنه
Artinya: “Sesungguhnya Allah berfirman, Barangsiapa memusuhi kekasih-ku maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan (kebinasaan) baginya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri (beribadah) kepada-ku dengan suatu (amal) yang lebih Aku cintai dari pada (amal) yang Aku wajibkan baginya. Kemudian senantiasa hamba-ku itu mendekatkan diri kepda-ku dengan an-nawafil amal-amal yang bersifat anjuran dan Sunnah), sehingga Akupun mencintainya. Maka jika aku mencintainya, Akulah yang membimbing atau meluruskan pendengarannya ketika dia mendengar, penglihatannya ketika dia melihat, tangannya ketika dia berbuat dan kakinya ketika dia melangkah. Jika dia memohon kepada-ku maka sungguh Aku akan mengabulkan (permohonannya) dan jika dia meminta perlindungan kepada-ku maka sungguh Aku akan melindunginya”. (HR. Bukhari)
Artinya, Allah akan selalu membimbing dan meluruskannya dalam semua ucapan dan perbuatannya, menjaganya dalam semua anggota tubuh dan panca inderanya, mengabulkan doanya, melindunginya serta menjaganya dari tipu daya dan kejahatan makhluk-makhluk yang jahat.
Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dalam kitab shahih al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
إذا أحب آلله العيد نادر جبريل إن آلله يحب فلانا فأحببه فيحبه جبريل فينادي جبريل في أهل السماء إن الله يحب الاناس فأحبوه فيحبه أهل السماء ثم يوضع لهالقبول في أرض
Artinya: “Sesungguhnya Allah jika Dia mencintai seorang hamba maka Dia akan memanggil malaikat Jibril alaihi wasallam, lalu Dia berfirman (kepada Jibril alaihi wasallam),” Sesungguhnya Aku mencintai (hamba-ku) siFulan, maka cintailah dia!” maka Jibril alaihi wasallam pun mencintainya, kemudian dia menyeru kepada (semua Malaikat) penghuni langit, “sesungguhnya, Allah mencintai (hamba-Nya) si Fulan, maka cintailah dia !”. Maka (semua malaikat) penghuni langit pun mencintainya, kemudian Allah menjadikan (hamba yang dicintai)-Nya itu diterima (dicintai oleh orang-orang yang beriman )di muka bumi”. (HR. Bukhari)
Yang dimaksud dengan cinta kepada Allah yang demikian agung dan tinggi keutamaannya adalah cinta kepada Allah yang mengandung konsekuensi penghambaan diri, ketundukkan dan ketaatan (kepada-Nya), dengan menjalankan segala perintah-Nya (dan menjauhi larangan-Nya).
Bukanlah yang dimaksud (di sini) hanya sekadar pengakuan cinta (tanpa bukti). Karena kalau hanya sekadar pengakuan cinta maka itu mudah dan ringan di ucapkan oleh setiap orang. Sampai-sampai orang-orang Yahudi yang mereka adalah saudara para monyet dan babi, mereka (mengaku-ngaku dengan mengatakan, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.”
Maka masing-masing orang bisa dengan mudah mengaku cinta kepada Allah, tapi bukanlah yang menjadi ukuran (kebenaran) dengan sekedar pengakuan, karena pengakuan yang tidak disertai bukti nyata adalah sekadar pengakuan (yang tidak bisa diterima).
Referensi :
Meraih Cinta Allah Bersama Ulama Besar Disusun oleh Prof. Dr. Syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr حفظهاللهMajalah As-Sunnah EDISI 12/THN XV/JUMADIL AWWAL 1433H/APRIL 2012M
Diringkas oleh : Melinda Sari (Pengabdian Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKUT)
BACA JUGA :
Leave a Reply