
Islam adalah satu-satunya agama yang benar – Pada artikel kali ini kita akan membahas salah satu bab yang ada di buku “Perinsip Dasar Islam menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah” Karangan ustadz Yazid Abdul Qodir yaitu tentang Keyakinan Ahlus Sunnah wal jama’ah tentang Muhammad Rasulullah.
Maka kesimpulannya adalah:
1. Seluruh kaum Muslimin yang telah bersyahadat: لَا إِلٰهَ إِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله (Laa ilaaha illallaah, Muhammadur Rasulullaah), wajib menolak propaganda penyatuan agama tersebut, yang bertujuan menyatukan agama yang telah diselewengkan dan dihapus dengan agama Islam yang haq, muhkam (jelas), terpelihara dari penyelewengan dan penukaran serta sebagai penghapus agama sebelumnya. Ini merupakan prinsip yang paling mendasar dalam agama Islam. Propaganda penyatuan agama itu termasuk kekufuran, kemunafikan, pemecah belah persatuan dan termasuk usaha memurtadkan kaum Muslimin dari agama Islam.
2. Segenap umat manusia wajib meyakini bahwa agama yang diturunkan Allah dan diserukan kepada para Nabi dan Rasul adalah satu, yaitu seruan terhadap tauhid, iman kepada kenabian dan hari Akhir.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak di-ibadahi dengan benar) melainkan Aku, maka wajib atas kalian beribadah kepada-Ku.’” (QS. Al-Anbiyaa’: 25)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl: 36)
3. Segenap penduduk bumi wajib meyakini bahwa syari’at para Nabi berbeda-beda, dan syari’at Islam adalah syari’at penutup dan penghapus syari’at sebelumnya. Tidak ada seorang makhluk pun yang boleh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, melainkan harus sesuai dengan syari’at Islam. Maksudnya setiap orang harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla sesuai dengan syari’at Islam.
4. Segenap penduduk bumi dari kalangan ahli kitab, Yahudi dan Nasrani, maupun lainnya, wajib untuk segera memeluk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan beriman kepada seluruh ajaran Islam yang bersifat global maupun terperinci, mengamalkannya, mengikutinya dan meninggalkan syari’at-syari’at selainnya yang telah menyimpang serta meninggalkan kitab-kitab yang dinisbatkan kepada syari’at tersebut.
5. Barangsiapa menolak masuk ke dalam agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia kafir musyrik. Setiap muslim wajib meyakini kekufuran setiap orang yang menolak agama Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun selainnya. Wajib menamainya kafir, meyakini bahwa ia adalah musuh Allah dan meyakini bahwa orang kafir yang mati dalam kekafirannya adalah penghuni Neraka dan kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah Aza wa Jalla berfirman:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ
Artinya:
“Wahai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui kebenarannya.” (QS. Ali ‘Imran: 70)
Orang yang tidak memeluk agama Islam dan mati dalam kekafiran atau masuk Islam kemudian murtad dan mati dalam keadaan kafir, maka ia akan berada di Neraka selama-lamanya di akhirat kelak. Neraka merupakan sejelek-jelek tempat kembali, dan mereka kekal di dalamnya. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci yang mulia:
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Artinya:
“Sungguh orang-orang kafir dari golongan ahlul Kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) ke Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ
Artinya:
“Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali ‘Imran: 91)
Firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُوا مِنَ النَّارِ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنْهَا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu seandainya mereka memiliki segala apa yang di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari adzab pada hari Kiamat, niscaya semua (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, mereka mendapat adzab yang pedih. Mereka ingin keluar dari Neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana, dan mereka mendapat adzab yang kekal.” (QS. Al-Maa-idah: 36-37)
Firman Allah Azza wa Jalla:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Artinya:
“Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Merekalah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raaf: 179)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ! لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
Artinya:
“Demi Rabb yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang dari umat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya Muhammad, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya dia termasuk penghuni Neraka.” (shahih, HR. Muslim)
Sebagai ilustrasi dan gambaran yang sangat mudah untuk kita pahami adalah sosok Abu Thalib, seorang yang telah mencurahkan harta, kedudukan dan jiwanya untuk membela Islam, namun meninggal dunia dalam keadaan kafir, sehingga Allah Azza wa Jalla tetap menempatkan dirinya di Neraka.
Dalam sebuah hadits, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib Radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat memberikan manfaat kepada Abu Thalib, karena sesungguhnya ia membantumu dan marah (karena membela)mu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ya, ia ditempatkan di Neraka paling atas. Dan kalaulah bukan karena (syafa’at)ku, maka pasti ia berada di kerak Neraka yang paling dalam.”
Dalam hadits yang lainnya dari Abu Sa’id al-Khudriy Radhiyallahu anhu, “Bahwasanya pernah dibicarakan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pamannya, Abu Thalib, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَيُجْعَلُ فِيْ ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ، يَغْلِى مِنْهُ دِمَاغُهُ
Artinya:
“Mudah-mudahan akan bermanfaat syafa’atku nanti pada hari Kiamat, maka ia (Abu Thalib) mendapat (siksa yang paling ringan) di Neraka paling atas yaitu dimasukkan kedua mata kakinya ke Neraka dan (karena sebab itu) otaknya mendidih.” (HR. Muslim)
Demikian pula dengan Ibnu Jud’an, seseorang yang banyak menolong kaum Muslimin, membantu fakir miskin, namun semuanya tidak mendatangkan manfaat di sisi Allah Azza wa Jalla sedikit pun, karena belum mengucapkan kalimat syahadat.
Amal-amal perbuatan baik yang dilakukan orang kafir di dunia, kelak di akhirat akan Allah jadikan seperti debu yang beterbangan, tidak ada nilainya di sisi Allah Azza wa Jalla:
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا
Artinya:
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqaan: 23)
Resource:
Buku ‘Perinsip Dasar Islam menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah”
Hal 224 – 231
Created By:
Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawaz
Edited by:
Hatta Yandika Putra
BACA JUGA :
Leave a Reply