ADAB KETIKA TERTIMPA MUSIBAH DAN KESEDIHAN

adab ketika tertimpa musibah dan kesedihan

ADAB KETIKA TERTIMPA MUSIBAH DAN KESEDIHAN – Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan kepada kita begitu banyak kenikmatan, diantaranya nikmat islam, iman dan berada di atas jalan hidayah. Dan kita senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan keistiqomahan dalam menjalankan syariat islam dan juga menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Wahai saudaraku, ketahuilah bahwasanya setiap orang pasti akan mengalami musibah dan kesulitan dalam kehidupannya, diantaranya seperti kehilangan harta, anak, kehilangan orang yang dikasihi, menderita sakit, dan musibah – musibah lainnya yang Allah berikan padanya.Dan hendaklah seorang muslim harus mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan ketika sedang tertimpa musibah, di antaranya yaitu:

1. Bersabar dalam Menghadapi Musibah

Sabar menghadapi musibah merupakan adab yang sangat agung. Maka dari itu, hendaklah seorang muslim bersabar atas musibah yang menimpa dirinya. Di antara bentuk kesabaran tersebut ialah menahan hati dari amarah, menahan lisan dari mengeluh, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang mengundang murka Allah Ta’ala, seperti menampar pipi, mengoyak-ngoyak pakaian serta mencakar wajah, serta meratap seperti ratapan kaum jahiliyah. Dan hendaklah seorang muslim bersabar ketika musibah sedang menimpa dirinya.

Anjuran itu berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إنما الصبر عند الدمة الأولى

Artinya: “Kesabaran yang sesungguhnya adalah pada awal musibah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian orang, ketika datang kepadanya berita musibah, melakukan berbagai perbuatan yang di haramkan Allah, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Kemudian, apabila sudah mulai tenang barulah ia berkata:”Ya Allah, berikanlah pada kami kesabaran atas musibah ini”atau kata-kata semisalnya. Dan alangkah baiknya sekiranya ia mampu bersabar pada awal musibah!”

Di antara perkara yang membantu seseorang dapat bersabar ialah menyakini bahwa kekesalan dan kemarahan tidak akan mengembalikan  apa yang telah Allah takdirkan. Perbuatan itu tidak mempengaruhi ketetapan Allah sama sekali, bahkan seseorang tidak akan memetik hasil apapun di balik itu kecuali kemarahan Allah. Akan tetapi, apabila seorang bersabar, niscaya ia mendapat pahala. Sesungguhnya ketetapan Allah pasti berlaku! Sementara itu, apabila seeorang tidak besabar, maka ia akan brdosa. Sesungguhnya qadha’ dan takdir Allah akan senantiasa berlaku. Oleh karena itu, hendaklah seseorang bersabar seperti kesabaran orang yang bertaqwa, yakni sabar dengan  penuh kerelaan serta keridhaan. Janganlah ia bersabar seperti sabarnya hewan ternak, yaitu sabar dikarenakan keterpaksaan.

2. Mengharapkan Pahala atas Musibah dan Berusaha Bersabar Dalam Menjalaninya

Hendaklah mengharap pahala dari Allah Ta’ala atas kesabarannya. Hendaklah bersabar  karena mengharapkan janji Allah berupa balasan dari pahala. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkannya untuk bersabar.

Allah Ta’ala berfirman:

…واصبر على ماأصابك إن ذلك من عزم الأمور

Artinya: “…..Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpahmu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkata yang penting. “(QS. Luqman {31}: 17).

Demikianlah, sesungguhnya Allah menjanjikan pahala yang besar atas kesabaran dalam menghadapi musibah. Akan tetapi, dengan syarat, kesabaran tersebut semata-mata karena mengharap wajah Allah Ta’ala.

Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan:

والذين صبروا ابتغاء وجه ربهم…..

Artinya: “Dan orang yang sabar karena mengharap kerihdoan Rabbnya…..”(QS.Ar-Rad{13}: 22).

3. Mengucapkan Kalimat Istirja’ dan Membaca Doa Tertimpa Musibah

Apabila seseorang tertimpa musi-bah, hendaklah ia menggucapkan :

“إنا لله وإنا إليه راجعون, اللهم أجرنى في مصيبتي, وأخلف لي خيرا منها.”

Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada nyalah kami akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dari musibahku ini dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya.” (HR. Muslim)

Sebab, sesungguhnya musibah dan bencana yang menimpanya akan sirna dengan seizin Allah Ta’ala.

4. Menjauhi Perbuatan yang Mengundang Kemarahan Allah

Berusahalah untuk menjauhi ucapan-ucapan yang buruk, menampar pipi, mengoyak-ngoyak pakaian dan mencakari wajah, meratap, mengeluh kepada manusia, berdoa agar disegerakan kematiannya, merintih sambil mengutuk dan lain sebagainya. Semua perbuatan itu dapat mengundang kemarahan Allah serta dapat menghilangkan kesabaran dan kerihdoan dalam menghadapi dan menerima musibah.

5. Tidak Mengeluh Pada Makhuk

Mengeluh kepada mahluk merupakan tingkatan yang paling hina. Seseorang mengeluhkan penciptanya kepada manusia. Ia mengeluhkan Allah yang Maha Penyayang, yang mana Dia lebih sayang terhadap hamba-Nya melebihi rasa sayang seorang ibu kepada anaknya. Dan hal ini tidaklah pantas dilakukan oleh seorang hamba kepada Robbnya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

6. Menyadari adanya Nikmat Allah pada Musibah Yang Sedang Menimpanya

Diantara adab seseorang muslim pada saat tertimpa musibah adalah menyadari bahwa di dalam musibah itu ada nikmat Allah Ta’ala atas darinya. Didalam musibah terkandung nikmat-nikmat Allah karena pada hakikatnya musi-bah adalah karunia dalam bentuk cobaan. Di antara nikmat-nikmat tersebut ialah:

  1. Bisa jadi musibah yang akan terjadi lebih besar dari pada yang sudah terjadi. Tentu akan lebih baik apabila seseorang kehilangan sebagian hartanya dari pada kehilangan semuanya. Tentu lebih baik jika ia kehilangan satu anak dari pada kehinangan seluruh anaknya. Tentu akan lebih baik kalau ia mengidap satu penyakit dari pada menderita berbagai macam penyakit atau bahkan meninggal dunia. Sebagian musibah lebih ringan dari pada sebagian lainnya, hendaklah ia melihat orang–orang yang ada disekitarnya yang tertimpa musi-bah lebih besar dari pada musibah yang sedang menimpah dirinya.
  2. Musibah itu hanya menimpa urusan dunianya, tidak menimpa urusan agamanya. Barang siapa yang kehilangan agamanya niscaya telah kehilangan segalanya.
  3. Bahwasannya Allah masih memberikan kepadanya kesabaran dalam menghadapi musi-bah. Bisa saja Allah tidak menberikan padanya taufiq sehingga ia tidak bisa bersabar. Dan akhirnya, ia kehilangan segala sesuatu karena kesal dan marah.

7. Mengingat Qadha (Ketentuan Allah) yang Telah Tertulis Di Lauhul Mahfudz

Sesungguhnya apabila seorang yang mukmin telah meyakini bahwa musibah yang menimpanya telah tertulis dan diterapkan, memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan Allah yang harus terjadi tanpa bisa dielakkan, meyakini bahwasannya Allah telah menetapkan hikmah di balik musi-bah tersebut, maka dengan demikian akan terasa ringan musi-bah itu baginya dan ia akan terhibur karena mengingat hal-hal tersebut.

8. Mengharapkan  Jalan Keluar dari Allah Ta’ala

Tidak kayak apabila seorang menunggu pertolongan dari selain Allah. Perbuatan itu merupakan salah satu bentuk syirik kepada Allah. Demikian pula manusia tidak sepatutnya berputus asa dari rahmat Allah. Wajib bagi setiap muslim mengantungkan harapannya kepada Allah ketika sedang tertimpa musibah. Sebab, hanya Dia-lah yang berkuasa mengantinya dengan pertolongan dan mengiringinnya dengan kemudahan dan karunia dari-Nya. .

Maka dari itu, sangatlah penting mengantungkan harapan padanya ketika tertimpa musibah, yakni ketika kebutuhan kepadanya sangat mendesak. Di saat itulah, hendaklah seseorang menghadapkan hatinya dengan penuh harapan agar Allah Ta’ala berkenan untuk menghilangkan musibah tersebut serta mengusur rasa sedih dan duka.

 

REFERENSI:

Demikianlah artikel ini saya buat dengan mengutip dari buku Ensiklopedi Adab Islami, Pustaka Imam Asy-Syafi’i karya Abdul Aziz bin Fathi As-Sayyid Nada.

Peringkas: Husain Gati Rianto (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.