Islam Mengajarkan Untuk Berkasih Sayang

islam mengajarkan berkasih sayang

Islam Mengajarkan Untuk Berkasih Sayang – Setiap orang membutuhkan sifat kasih sayang, terutama dari Allah. Tetapi sering terjadi orang tidak menampakkan diriya sebagai orang yang memiliki sifat penyayang kepada sesama makhluk. Padahal sifat penyayang adalah sumber pahala dan menguatkan sifat kasih sayang dari Allah kepadanya.

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ: ” مَنْ لا يَرْحَمِ النَّاسَ لا يَرْحَمْهُ اللهُ – عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: Dari Jarir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang tidak menyayangi manusia tidak akan disayangi Allah.” (Shahih Muslim no. 2319)

Teks hadits tersebut menunjukkan bahwa orang yang tidak memiiki sifat penyayang terhadap manusia tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah. Sedangkan konteks hadis tersebut menunjukkan bahwa orang yang menyayangi sesama manusia akan disayangi oleh Allah. Maka berkasih sayang sesama manusia akan menimbulkan kasih sayang Allah kepadanya. Begitulah ajaran Islam yang merupakan agama rahmat dan kasih sayang dan mendorong umatnya untuk berlemah lembut. Sehingga bagaimana mungkin agama yang hanif ini dituduh dengan agama yang keras dan kaku serta radikal.

Hadis sebelumnya semakna dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,

الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

Artinya: “Orang-orang yang penyayang itu akan disayang oleh Dzat yang maha penyayang. Hendaklah kalian sayangi orang yang berada dibumi, maka kalian akan disayangi oleh Dzat yang ada di atas langit.” (Sunan At-Tirmidzi no. 1924, Abu Dawud no. 4290, dan Musnad Ahmad no. 6458)

Yang dimaksud orang-orang penyayang disini adalah hamba Allah yang penyayang terhadap siapapun yang berada dibumi, baik kepada tumbuhan, hewan dan terutama terhadap sesama manusia dan menahan diri dari untuk mengganggu dan menyakiti mereka, serta menahan diri untuk berbuat zhalim terhadap mereka. Orang yang memiliki rasa penyayang akan berusaha untuk memberbaiki keadaan disekitarnya, dan cepat tanggap dalam menolong sesama. Dan yang paling berhak untuk dikasih dan disayangi adalah dimulai dari orang terdekat yaitu keluarga, kemudian kerabat dan tetangga. Maka hamba Allah yang memiliki sifat semacam ini akan disayangi oleh Dzat yang Maha Penyayang maksudnya adalah ia akan mendapatkan keutamaan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala berupa maaf ataupun ampunan, ataupun berupa kebaikan dari Allah Ta’ala sebagai ganjaran yang sesuai dengan amalan perbuatannya. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyayangi orang yang berada di bumi, maka adapun jika seseorang membunuh orang dengan cara qishash yaitu  hukuman bagi yang telah membunuh orang lain dengan sengaja ataupun memberlakukan syariat rajam bagi para pezina, memotong tangan bagi pencuri maka ini merupakan syariat islam yang juga termasuk kasih sayang kepada mereka, karena itu termasuk menjatuhkan hukuman yang lebih ringan dibanding hukuman yang akan didapat mereka di akhirat, dan menghindarkan ia dari hukuman yang lebih berat yakni hukuman yang ada di akhirat. Karena apabila para pelaku dosa tersebut bertaubat sebelum wafatnya niscaya Allah akan mengampuni dosanya. [1]

Oleh karena itu kasih sayang terhadap makhluk adalah sebab terbesar untuk mendapatkan rahmat kasih sayang Allah. Dengan kasih sayang Allah itulah seseorang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Jauhnya seseorang dari sifat penyayang terhadap makluk adalah  sebab terbesar terhalangnyaa dari curahan kasih sayang Allah. Sementara setiap hamba sangat butuh kasih sayang  Allah, tidak bisa lepas walaupun hanya sekejap mata. Teraihya kenikmatan dan jauhnya bahaya dan bencana adalah dari kasih sayang Allah. Karena itu apabila seseoarang ingin langgeng dan bertambahya kasih sayang Allah, hendaknya mencari sebab-sebab itu terkumpul dalam firman Allah.

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Sesungguhnya kasih sayang Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

Mereka yang disebut dalam ayat ini adalah orang yang berbuat baik dalam beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya. Berbuat baik kepada sesama makhluk adalah pancaran sifat penyayang seorang hampa terhadap hamba yang lain. Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan potongan ayat ini, “Maka setiap kali bertambah kebaikan seorang hamba, maka semakin dekat pula dia dengan rahmat Rabbnya. Dan Allah dekat dengannya dengan rahmat-Nya. Maka ayat ini berisi motivasi untuk berbuat ihsan.” [2]

Dua Sifat Penyayang Seorang Hamba

Sifat penyayang yang dimiliki oleh anak manusia mempunyai dua tipe.

Pertama, sifat yang memang sudah menjadi watak asli.

Allah memang telah menanamkan sifat tersebut sebafai watak asli sebagian hamba-Nya. Dalam hatinya ditanamkan sifat pengasih, penyayang dan lembut terhadap sesama makhluk. Dengan sifat penyayang ini dia pun tertuntut melakukan yang dimampuinya berupa hal-hal yang bermanfaat untuk makhluk. Orang semacam ini terpuji dan mendapat pahala atas apa yang dia perbuat sementara yang tidak dia mampu Allah memberikan udzur. Bisa jadi allah mencatat apa yang dia tidak mampu lakukan sesuai dengan niatnya.

Kedua, sifat yang diusahakan oleh hamba (bukan watak asli).

Seseorang melakukan sebab-sebab yang menjadikan hatinya memiliki sifat tersebut. Misalnya seseorang menyadari bahwa sifat penyayang termasuk akhlak karimah yang paling agung dan sempurna sehingga dia berusaha sungguh-sungguh untuk bisa memilikinya, dia mengetahui balasan pahala yang akan Allah berikan kepadanya, dan dia tahu orang yang tidak memiliki sifat penyayang akan terhalang mendapatkan pahala. Akhirnya orang tersebut bersemangat untuk mendapatkan keutamaan dari Rabb-Nya ini. Orang ini pun berusaha menempuh sebab-sebab yang bisa menjadikannya memiliki sifat penyayang. Dia sadar bahwa balasan yang diperoleh sesuai dengan perbuatan. Dia tahu bahwa persaudaraan karena agama dan mencintai karena iman Allah akan jadikan sebafai tali yang mengikat diantara kaum mukmin. Allah telah memerintahkan untuk saling bersaudara dan mencintai. Dia pula yang memerintahkan agar meninggalkan hal-hal yang bisa merusak persaudaraan, sehingga berubah kebencian, permusuhan dan saling membelakangi.

Seseorang hendaknya terus berusaha mengenal sebab-sebab yang bisa menebabkannya memiliki sifat yang mulia ini. Hendaknya ia bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya sehingga hatinya pun akan dipenuhi sifat penyayang dan lembut terhadap makhluk. Betapa mulia sifat yang utama, agung dan sempurna ini.

Pancaran Sifat Kasih Sayang

Sifat penyayang yang ada dalam hati seseorang akan terpancar pada aggota badan dan lisannya, akan berpengaruh pada semangatnya untuk menyampaikan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat pada manusia, dan semangat untuk menghilangkan bahaya dan perkara yang dibenci pada manusia. Diantara tanda sifat penyayang yang bersemayam dalam hati seseorang adalah semangatnya untuk menyampaikan kebaikan pada manusia secara umum dan kaum mukmin secara khusus, dia tidak rela bila kejelekan dan bahaya menimpa mereka. Berapa besar kadar senangnya dia menyampaikan kebaikan dan rasa tidak suka bila ada orang yang tertimpa kejelekan itulah besarnya sifat sayang yang ada dalam hatinya.

Apabila ada orang dicintainya tertimpa musibah, meninggal, misalnya, kemudian dia bersedih, bila didasari oleh rasa sayang kepadanya maka itu  terpuji dan tidak merusak sabar dan kerelaannya terhadap musibah yang Allah berikan. Pernah suatu kali ketika salah satu cucunya meninggalkan Nabi menangis. Sa’ad pun bertanya, ‘Mengapa menangis wahai Rasulullah ?’ atau dengan ungkapan lain. Beliau menjawab, ‘Ini adalah sifat sayang yang Allah ciptakan pada hati hamba-Nya, dan Allah hanya akan menyayangi hamba yang memiliki sifat penyayang.’ Hadis dalam Shahih al-Bukhari.

Rasulullah pernah bersabda ketika meninggalnya putra beliau, Ibrahim, “Hati bersedih, air mata mengalir, dan kami hanya mengucapkan kata-kata yang diridhai Rabb kami. Sungguh kami, wahai Ibrahim, bersedih karena berpisah denganmu.” Hadis dalam Shahih al-Bukhari.

Menyayangi anak kecil, bersikap lembut kepada mereka, dan menyenangkan hatinya juga merupakan ciri sifat sayang. Sementara tidak punya perhatian terhadap  anak-anak kecil dan tidak bersikap lembut terhadap mereka merupakan ciri sifat kaku, kasar, dan kerasnya hati. Orang Badui ketika melihat Nabi dan para sahabatnya mencium anak-anak kecil berkomentar, “Wah, saya memiliki sepuluh orang anak, satu pun tidak ada yang pernah saya cium !’ Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian bersabda:

أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

Artinya: “Saya tidak bisa memberi jaminan pada kamu, Allah telah mencabut sifat penyayang dari hatimu.” (Shahih al-Bukhari no.5652)

Diantara contoh sifat penyayang adalah sifat sayang yang dimiliki oleh seorang wanita pelacur yang memberi minum seekor anjing yang menjulur-julurkan lidah karena kehausan. Balasannya adalah Allah mengampuni dosanya karena sifat penyayang yang dimilikinya tersebut. Sebaliknya akibat tidak punya kasih sayang disebutkan dalam kisah seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing. Perempuan ini mengurungnya dan tidak memberi makan dan minum, tidak mau melepaskan agar mencari makan sendiri sampai akhirnya kucing itu mati.

Bisa disaksikan secara nyata bahwa orang yang berbuat baik kepada binatang ternaknya, dengan memberi makan, minum, dan hal-hal yang bermanfaat, maka Allah akan memberikan berkahnya kepadanya. Sementara barangsiapa berbuat jelek terhadap binatang ternaknya, maka Allah akan menghukumnya di dunia dan akhirat. Allah Shallallahu Alaihi Wasallam berfirman:

مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-seakan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.” (Al-Maidah : 32)

Ayat tersebut menceritakan dua tipe manusia. Yang pertama adalah orang berhati keras, kasar, dan buruk. Sementara yang kedua memiliki hati penyayang, lembut, dan baik. Ketidakmampuan seseorang memelihara kehidupan seorang manusia (seperti hati keras yag dimiliki orang pertama pada ayat di muka) menjadikannya pendorong untuk membunuh semua manusia.

Kita memohon kepada Allah semoga kita mempunyai hati yang penyayang sehingga membawa mampu melewati pintu-pintu rahmat-Nya. Semoga kita pun bisa menyayangi semua makhluk Allah. Semoga kita pun bisa menyayangi semua makhluk Allah. Semoga Allah menjadikan sifat penyayang tersebut mengantarkan kita kepada rahmat dan karomah-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang.

 

REFERENSI:

Disusun oleh: Sahl Suyono

Sebagian besar dinukil dari majalah Fatawa Vol.IV/No.11 tahun 2008 Hal. 21 dengan beberapa tambahan.

Maraji’ tambahan

[1] Syarh al-Jami’ as-Shaghir karya syaikh Muhammad bin Isma’il al-Hasany

[2] Tafsir As-Sa’dy

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.