2 Pokok Dasar Penghalang Seseorang Menerima Kebenaran Islam

penghalang menerima kebenaran

2 Pokok Dasar: Penghalang Seseorang Menerima Kebenaran Islam – Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala yang mampu mematikan dan menghidupkan manusia. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihi wasllam.

ISLAM ADALAH FITRAH

Kesempurnaan makhluk sangat ditentukan oleh cintanya kepada kebenaran dan bencinya kepada kebathilan dan mereka tercipta di atas fitrah tersebut. Dengan berbekal hati yang sehat dan dengan penuh rasa cinta beribadah hanya kepada rabb-Nya, harap dan cemas hanya ditujukan kepada-Nya, tidaklah tesisa takut kepada selainnya, patuh dan berserah diri kepada perinyah-Nya dan perintah rasulNya, menerima sepenuh hati dan tidak marah terapa semua putusan takdirnya, tidak berburuk sangka kepada-Nya,  serta membenci musuh-musuhNya yang menentang al-qur’an dan sunnah Nabi-Nya, dan mengajak umat manusia untuk menyelisihi mereka.

Bila hati mati dan gelap, maka tidak akan mampu menangkap cahaya Allah dan tidak akan tunduk kepada ajaran Rasulullah.

Adapun faktor hati seorang mati dan tertutup sehingga susah untuk menerima kebenaran Islam diantaranya:

Pertama: kebodohan

Salah satu penghambat utama seorang dalam menerima kebenaran akidah Islam dan sebab terbesar umat terjerumus ke dalam kekufuran, kebid’ahan, dan kemaksiatan adalah kebodohan terhadap Al-Qur’an maupun as-Sunnah karena tidak membacanya. Tidak tahu kedudukannya dalam agama yaitu sebagai sumber utama hukum, atau bodoh terhadap penunjukan lafadz terhadap sebuah hukum, bodoh terhadap maqoshid syari’ah, atau qawaid fiqhiyyah, seperti Mutlaq, muqayyad, umum, khusus, nasikh Mansukh, mujmal mubayyan.

Kebodohan dan kelalaian pula yang menjadi pemicu keberanian umat terdahulu menentang Allah dan para urusan-Nya dengan melakukan pelanggaran dan kesesatan, Allah Ta’ala berfirman:

وَلكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ

Artinya: “Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” (QS. Al-An’am: 111)

Benarlah apa yang ditegaskan Ali Bin Abu Thalib “dan lawan setiap orang adalah kejahilan, dan orang-orang jahil menjadi musuh para ulama.

Karena besarnya dampak kebodohan, Allah Ta’ala berfirman:

قُل إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّیَ ٱلفَوَحِشَ مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلإِثمَ وَٱلبَغیَ بِغَيرِ ٱلحَقِّ وَأَن تُشرِكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَم ُينزِّل بِهِۦ سُلطَـٰنا وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعلَمُونَ

Artinya: “katakanlah “tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang Nampak maupun tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan argumentasi untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak engkau ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)

Syaikh Sa’di Ketika menjelaskan firman Allah: “mengada-ngadakan terhadap Allah apa yang tidak engkau ketahui”. Yaitu dalam bab nama-nama Allah, sifat-sifatnya, perbuatan-Nya dan syariat-Nya.

Berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu merupakan pelanggaran paling besar di sisi Allah dan kesalahan paling besar dosanya, karena hal tersebut merupakan kedustaan atas nama Allah, menisbatkan Allah kepada perkara yang tidak patut dengan kebesarannya, merubah mengganti agama-Nya, menafikan apa yang telah ditetapkan untuk-Nya. Maka, tidak ada pelanggaran yang lebih besar dosanya disisi Allah melainkan berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu, karena Tindakan tersebut merupakan sumber utama kesyirikan, bahkan  fondasi utama semua kebid’ahan dalam agama yang menyesatkan.

Oleh sebab itu, orang musyrik menyangka bahwa tuhan yang dia sembah selain Allah yang dia anggap mampu mendekatkan diri kepada Allah, mampu memberikan syafaat disisi-Nya,  mampu mengabulkan berbagai hajat kebutuhannya dengan perantaranya sebagaimana perantara para raja, maka setiap orang syirik ketika melakukan perbuatan kesyirikan pasti berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu.

Jalan keluarnya adalah belajar ilmu yang bermanfaat dari para ulama Rabbani sebelum mereka diangkat dari bumi sebagaimana sabda nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ العِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ منَ العِبَادِ ولكن يَقْبِضُ العِلْمَ بقَبْضِ العُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا  فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلمٍ فَضَلُّوا وَ أَضَلُّوا.

Artinya: “sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (dari muka bumi) dengan mencabutnya dari hati hamba, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, sehingga Ketika tidak ada lagi orang yang memiliki ilmu, manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, Ketika ditanya mereka berfatwa tanpa dasar ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.[1]

Ibnu mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata: “jadilah kamu orang yang memiliki ilmu, atau orang yang sedang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang keempat maka kamu akan binasa.[2]

Umar bin khattab Radhiyallahu Anhu berkata: “wahai bangsa arab, jagalah bumi dan bumi, sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan jamaah, tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpinan dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. barang siapa yang memimpin suatu kaumnya dengan pemahaman demikian itu suatu kehidupan buatnya dan buat mereka, dan barang siapa yang memimpin tidak dengan pemahaman (agama) maka kehancuran baginya dan bagi mereka.

Ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang mentauhidkan Allah karena dengan mengenal Allah akan tumbuh rasa cemas, harap dan cinta kepada-Nya.

Kedua: kesombongan

Kesombongan menjadi penghalang seorang hamba dalam menerima kebenaran  Akidah Islam, suatu contoh bila seseorang berada di atas kebodohan dan kebathilan  lalu datang orang lain menjelaskan kebenaran dengan hujjah, maka dia beranggapan dengan mengakui kebenaran yang ada padanya berarti mengakui kesalahan dirinya. Sebagian ahli ilmu tidak berat mengakui kesalahan bila kebenaran itu nampak karena hasil penelitian dan pengamatannya tetapi,  merasa berat apabila orang lain yang menemukan kebenaran tersebut.

Demikian itulah kesombongan yang ditunjukkan kaum Yahudi kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam menerima kebenaran Islam, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَلَمَّا جَاۤءَهُم كِتَـٰب مِّن عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّق لِّمَا مَعَهُم وَكَانُوا۟ مِن قَبلُ يَستَفتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَلَمَّا جَاۤءَهُم مَّا عَرَفُوا۟ كَفَرُوا۟ بِهِۦۚ فَلَعنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلكَافِرِينَ

Artinya: “Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur`ān) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan bersamanya atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar”. (QS. Al-baqarah : 89)

Syaikhul Islam Rahimahullah berkata” sifat yahudi, mereka mengenali kebenaran sebelum tampak penyeru dan pembicaranya, tetapi Ketika pembicaranya bukan berasal dari golongannya maka mereka menolaknya dan tidak mau mengikutinya karena mereka enggan menerima kebenaran kecuali dari golongan  mereka sendiri.

Sombong merupakan dosa yang membuat iblis terusir dari surga, menjadi makhluk dan hamba yang terlaknat, sehingga seorang muslim harus menyingkirkan sifat tersebut karena bisa menghalangi dari menerima kebenaran.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

سَأَصرِفُ عَن ءَاـٰتِیَ ٱلَّذِينَ يتَكَبَّرُونَ فِی ٱلأَرضِ بِغَيرِ ٱلحَقِّ وَإِن يرَوا۟ كُلَّ ءَاية لَّا يؤمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يرَوا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلا وَإِن يرَوا۟ سَبِيلَ ٱلغَیِّ يتَّخِذُوهُ سَبِيلاۚ ذَلِكَ بِأَنَّهُم كَذَّبُوا۟ بِـٔأياتنا وَكَانُوا۟ عَنهَا غَـٰفِلِين

Artinya: “Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya. (QS. Al-A’raf: 146)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: maksudnya “Allah akan memalingkan mereka untuk bisa menerima ayat-ayat Allah atau mampu membenarkannya sehingga mereka terhalang dari hidayah karena penentangan mereka terhadap kebenaran.

Demikian artikel ini semoga bermanfaat dan menjadi bekal serta semoga bisa menjadi

perantara hidayah bagi kita semua, amiiin.

 

REFERENSI:

Diringkas dari kitab AKIDAH MUSLIM Landasan Pokok Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah, karya Zainal Abidin Bin Syamsuddin LC. Penerbit Pustaka imam bonjol

diringkas oleh : Ali Sodikin S.Pd,I Staf pengajar pondok pesantren Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur, Sumatra selatan.

[1] HR. Bukhari no.100dan imam ad-Darimi dalam sunannya n0 243.

[2] Diriwayatkan iamam ad-Darimi no 252

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.