Ilmu lebih baik daripada Harta

ilmu lebih baik dari harta

Ilmu lebih baik daripada Harta – Innal hamdalillah, nahmaduhu wanasta’inuhuu wanastagfiruhu, wa na’uxubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, may-yahdihil laahu falaa mudhillalah, wa-may yudhil falaa haadiyaah, Asyhadu an-laa ilaa-haillallah, wahdahula syariikallah, wa-asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh, amma ba’du.

Segala puji hanya milik Allah shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, kepada keluarga, dan kepada para sahabatnya.

Pertama : Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.

Kedua : Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta dialah yang akan menjaga hartanya.

Ketiga : Ilmu adalah penguasa atas harta, sedangkan harta tidak berkuasa atas ilmu.

Keempat : Harta akan habis dengan dibelanjakan, sedangkan ilmu akan masuk bersamanya ke dalam kubur.

Kelima : Apabila meninggal dunia, pemilik harta akan berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu akan masuk bersamanya ke dalam kubur

Keenam : Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin maupun kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh orang-orang yang beriman.

Ketujuh : Orang yang berilmu dibutuhkan oleh para raja dan selain mereka, sedangkan pemilik harta hanya oleh orang-orang miskin.

Kedelapan : Jiwa akan mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan berusaha memperolehnya hal itu termasuk kesempurnaan dan kemuliaannya sedangkan harta tidak membersihkannya, tidak menyempurnakannya bahkan tidak menambah sifat kemuliaan.

Kesembilan : Harta itu mengajak jiwa kepada bertindak sewenang-wenang dan sombong, sedangkan ilmu mengajaknya untuk rendah hati dan melaksanakan ibadah.

Kesepuluh : Ilmu membawa dan menarik jiwa kepada kebahagiaan yang Allah ciptakan untuknya, sedangkan harta adalah penghalang antara jiwa dengan kebahagiaan tersebut.

Kesebelas : Kekayaan ilmu lebih mulia daripada kekayaan harta karena kekayaan harta berada di luar hakikat manusia, seandainya harta itu musnah dalam satu malam saja, jadilah ia orang yang miskin, sedangkan kekayaan ilmu tidak dikhawatirkan kefakirannya, bahkan ia akan terus bertambah selamanya, pada hakikatnya ia adalah kekayaan yang paling tinggi.

Kedua belas : Mencintai ilmu dan mencarinya adalah pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan harta dan mencarinya adalah pokok segala kejelekan.

Ketiga belas : Nilai orang kaya ada pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.

Keempat belas : Tidaklah satu orang melakukan ketaatan kepada Allah melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian besar manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran harta mereka.

Kelima belas : Orang yang kaya harta selalu ditemani dengan ketakutan dan kesedihan, ia sedih sebelum mendapatkannya dan merasa takut setela memperoleh harta, setiap kali hartanya bertambah banyak, bertambah kuat pula rasa takutnya. Sedangkan orang yang kaya ilmu selalu ditemani rasa aman, kebahagiaan, dan kegembiraan.

 

Ilmu adalah imamnya amal

Sesungguhnya ilmu adalah imamnya amal dan panglimanya, sedangkan amal adalah pengikutnya dan anak buahnya. Setiap amal yang tidak berpedoman kepada ilmu dan tidak mengikuti bimbingan ilmu, maka amal itu tidak berguna bagi pelakunya bahkan dapat membahayakannya. Sebagaimana dikatakan sebagian ulama salaf, “Barangsiapa beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka apa yang dia rusak lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.” Jadi, ilmu adalah tolak ukur dan standar utama.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

الذى خلق آلموت ليبلوكم أيكم أحسن عملا

Artinya: “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa dia antara kamu yang lebih baik amalnya…” (QS. Al-Mulk: 2)

 

Ilmu adalah obat bagi semua penyakit

Sesungguhnya hati itu terancam dengan dua penyakit. Jika kedua penyakit itu menjangkitinya maka hati akan hancur dan mati karena keduanya. Kedua penyakit itu adalah penyakit syubhat dan penyakit syahwat. Tentang penyakit syubhat yang merupakan penyakit yang paling sulit diobati dan paling mematikan hati, terlihat jelas dalam firman Allah tentang orang-orang munafik, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu…” (QS Al-Baqarah {2}: 10)

Yang dimaksud penyakit dalam ayat di atas adalah penyakit kebodohan dan syubhat, Sedangkan penyakit syahwat, seperti dalam firman Allah:

يا نسآء آلنبي لستن كأحد من آلنسآء إن تقيتن فلا تحضعن بل لقول فيطمع آلذى فى قلبه مرض وقلن قولا معروف

Artinya: “Wahai istri-istri Nabi kamu tidak seperti wanita-wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzaab: 32)

Maksudnya, jangan kalian berbicara dengan lemah lembut sehingga merangsang orang yang di dalam hatinya ada keinginan berbuat dosa dan zina. Hati mempunyai penyakit-penyakit lain selain penyakit di atas, yaitu riya, sombong, ujub, dengki, cinta jabatan, dan sewenang-wenang di muka bumi. Penyakit-penyakit tersebut tersusun dari penyakit syubhat dan syahwat. Penyakit tersebut menghasilkan persepsi (pandangan/pendapat) yang salah dan keinginan yang tidak benar seperti ujub dan sombong karena merasa dirinya mulia dan mengharap manusia memuliakannya dan menghormatinya. Semua penyakit ini penyebabnya adalah kebodohan, dan obatnya adalah ilmu.

Penyakit hati lebih sulit diobati daripada penyakit badan karena puncak (akhir) dari penyakit badan adalah membuat penderitanya meninggal dunia, sedang penyakit hati, dia membawa penderitanya kepada kecelakaan abadi. Tidak ada obat bagi penyakit hati kecuali ilmu. Karena itu, allah menanamkan kitab-Nya (All-Qur’an) sebagai obat/penawar bagi penyakit = penyakit yang terdapat dalam dada.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يأيها آلناس قد جآءتكم موعظة من ربكم وشفآء لما فى آلصدور وهدى ورحمة للمؤمنين

Artinya: “wahai manusia sungguh,telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Rabb-mu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus; 57)

Kesimpulannya, sesungguhnya ilmu bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Jika ikan tidak mendapati air, ia mati. Ilmu bagi hati juga seperti cahaya bagi mata dan pendengaran manusia terhadap suara manusia. Jika mata tidak mendapatkan cahaya, ia buta dan jika telinga tidak mendapatkan suara, ia tuli.

 

Ilmu lebih dibutuhkan manusia melebihi kebutuhan mereka terhadap makan dan minum

Sesungguhnya kebutuhan manusia terhadap ilmu adalah kebutuhan primer (pokok) melebihi kebutuhan badan kepada makanan karena badan membutuhkan makanan dalam sehari hanya sekali atau dua kali, sedang kebutuhan manusia kepada ilmu sangat banyak, sebanyak jumlah nafasnya. Karena, setiap nafas dari nafas-nafasnya nihil dari iman atau hikmah, sungguh ia binasa, semakin dekat kematiannya, dan tidak ada jalan untuk mendapatkannya (iman atau hikmah) kecuali dengan ilmu. Jadi, kebutuhan manusia terhadap ilmu lebih besar daripada kebutuhan badan terhadap makanan dan minuman. Imam Ahmad bin Hanbal (wafat tahun 241 H) mengungkapkan hal ini. Beliau berkata, “kebutuhan manusia kepada ilmu melebihi kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dalam sehari satu atau dua kali, sedang ilmu dibutuhkan setiap saat.

 

Ilmu dan kebodohan tidak sama, bahkan Allah mencela orang-orang yang bodoh

Allah menolak persamaan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sebagaimana hanlnya dia menolak persamaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

….قل هل يستوى آلذين يعلمون وآلذين لايعلمون….

Artinya: “katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

Sebagaimana juga Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

لا يستوى أصحب آلنار وأصحب آلجنة…..

Artinya: “Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga” (QS. Al-Hasyr: 20)

Ini menunjukkan tentang puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang yang berilmu. Selain itu Allah mencela orang orang yang bodoh di beberapa tempat dalam kitab-Nya, yang artinya:  “atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya.”(QS. Al-Furqan : 44) Allah tidak cukup hanya menyerupakan mereka dengan hewan ternak, tetapi dia menjadikannya lebih sesat jalannya daripada hewan ternak. (QS. Al-A’raaf: 179).

Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

إن شر آلدوى وآب عند آلله آلصم البكم الذين لايعقلون

Artinya: “Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengarkan dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfaal: 22)

Allah mengabarkan bahwa orang yang bodoh adalah lebih jelek/buruk daripada keledai, binatang buas, anjing, serangga, dan semua binatang yang ada. Di dalam agama para rasul tidak ada sesuatu pun yang lebih berbahaya daripada orang-orang bodoh, bahkan pada hakikatnya mereka adalah musuh para rasul.

 

Referensi :

Menuntut ILMU Jalan Menuju Surga, Yazid bin Abdul Qodir Jawas.

Diringkas:  Meyshin Ari Dalilah

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.