Candailah Anak Kalian
Kelembutan dan kasih sayang adalah salah satu kebutuhan mutlak yang harus diberikan setiap orang tua terhadap anak-anaknya. Allah menciptakan dan menganugerahkan sifat terpuji ini kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Apabila seseorang memiliki sifat tersebut, dia akan menyayangi dan mengasihi selainnya, dan apabila dia menyayangi orang lain dia pasti akan disayangi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
[1] Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah berkata sambil menangis ketika menyaksikan kematian salah satu putranya:
هذه رحمة جعلها الله في قلوب من يشاء من عباده وإنما يرحم الله من عباده الرحماء
Artinya: “(Tangisan) ini merupakan kasih sayng yang dianugerahkan oleh Allah ke dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah hanya merahmati hamba-hamb-Nya yang penyayang.[2]
Dari suri tauladan kita telah menunjukkan berbagai cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayangnya kepada anak-anak baik dari kalangan kerabat atau anak-anak para sahabat yang lainnya. ‘’ketika berpapasan dengan mereka Rasulullah tidak segan mengucapkan salam kepada mereka’’[3]
Dalam kesempatan yang lain, Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahuanha mengatakan bahwa pernah suatu hari seorang bayi dibawa ke Rasulullah laliu mengenai baju Nabi namun belaiu tidak marah dan murka, bahkan Nabi dengan lembut minta air kepada keluarganya untuk disiramkan pada baju yang terkena air kencing bayi tersebut.[4]
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah memberikan petunjuk kepada kita semua di dalam mewujudkan perasaan kasih dan sayang kepada manusia, di tengah segala kesibukkannya sebagai pembawa risalah, pemimpin umat, seorang suami, dan lainnya. Beliau tidak mengabaikan masalah-masalah yang ternyata pengaruhnya jauh lebih baik dari yang kita perkirakan, dan insya allah kita pun dapat melakukannya atau sebagaian darinya. Di antaranya:
Mencium Anak Adalah Salah Satu Ungkapan Kasih Sayang Orang Tua
Salah satu bentuk kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya dengan mencium mereka. Sebaliknya, merupakan tanda keras dan kakunya hati seseorang apabila dia tidak pernah mencium anak-anaknya. Dalam suatu hadits dijelaskan, termasuk hal yang biasa dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah mencium anak yang masih kecil:
يارسول االله تقبلون الصبيان؟ فما نقبلهم. فقال النبي صلى االله عليه وسلم : أو أملك لك أن نز ع االله من قلبك الرحمة؟
Artinya: Wahai Rasulullah, apakah engkau mencium anak-anak kecil? Akan tetapi kami tidak pernah mencium mereka. ‘Rasulullah menjawab, ’Apakah aku punya kekuasaan untukmu apabila Allah mencabut kasih sayang dari hatimu?.’[5]
Memaklumi Terbatasnya Kemampuan Anak-anak, Lebih-lebih Anak Perempuan
Diantara hikmah Allah ialah menciptakan manusia dengan segala kemampuan terbatas dan bertahap, sehingga dapat dimaklumi apabila kita menjumpai kebanyakan anak-anak gemar bermain dan melakukan hal yang bersifat sia-sia. Memang inilah masa untuk persiapan mereka menginjak usia yang lebih dewasa. Sehingga para orang tua tidak perlu memaksa mereka dengan usia yang sangat dini membawa mereka kepada masa yang belum waktunya bagi mereka. Misalnya, anak harus terus belajar dan tidak diberi kesempatan bermain sama sekali, atau anak harus selalu serius dan tidak boleh bercanda dengan usianya yang sangat dini, padahal hal ini sangat mereka butuhkan. Benarlah Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahuanha tatkala beliau mengatakan:
فاقدروا قدر الجاريةالحديثة السن الحريصة على اللهو.
Artinya: “maklumilah keterbatasan anak kecil perempuan (seperti dirinya) yang masih suka sesuatu yang sifatnya sia-sia.[6]
Beliau mengucapkan perkataan ini ketika masih belia dan masih suka melihat orang-orang Habasyah bermain dan menari. Dan suatu ketika beliau menonton mereka sedang bermain didampingi oleh Rasulullah sampai merasa puas, dan Nabi pun tidak melarangnya, mengingat beliau tergolong masih kecil dan menyukai hal-hal seperti ini.
Akan tetapi, kita pun tidak boleh terlalu menuruti semua keinginan anak sehingga anak menjadi manja. Sekali-sekali bolehlah kita tidak mewujudkannya apabila keinginan tersebut membahayakan untuk dilakukan, sekaligus ini merupakan salah satu bukti kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Ikut Serta Bersenda Gurau Dengan Anak-anaknya Yang Masih Kecil
Sebagian orang berlebihan memberikan kesempatan anak-anak mereka bersenda gurau, sehingga hampir seluruh waktunya terbuang sia-sia demi bergurau dengan anak-anak mereka. Sebagian lainnya sibuk dengan kegiatannya dan sangat merasa rugi kalau waktunya digunakan untuk bermain dengan anak-anaknya, maka terbentuklah pribadi anak-anak sebagaimana akhlak dan perangai orang tua mereka. Tidak mengherankan apabila ada anak yang berkarakter kocak, tidak pernah serius, dan selalu meremehkan sesuatu walaupun itu penting. Atau sebaliknya, ada anak yang selalu serius, tidak pernah tersenyum, mudah tersinggung, dan sebagainya.
Tidak selamanya senda gurau itu tercela. Suatu ketika manusia membutuhkannya. Akan tetapi kebutuhan ini sebatas kebutuhan garam untuk setiap masakan, yang apabila kebanyakan garam berakibat masakan menjadi jelek, begitu pula apabila kiurang garam menyebabkan masakan akan hambar, sebagaimana diungkapkan oleh Abu Fath al-Basti:
ولكن إذا أعطيته المزاح فليكن ،،،، بمقدار ما تعطي الطعام من الملح.
Artinya: “Akan tetapi apabila engkau ingin bersendau gurau, hendaklah…hanya sebatas garam yang kau berikan pada makanan.”
Perlu kita ingat bersama, canda dan senda gurau Rasulullah yang patut kita tiru mempunyai beberapa keistimewaan. Di antaranya, Rasulullah bercanda tetapi tidak dengan kedustaan, canda Rasulullah tidak sampai mengurangi martabat dan wibawa beliau, dan canda beliau tergolong sedikit hanya sebatas kebutuhan saja.
- Kadang-kadang dengan menyebut gelaran atau sebutan yang menarik bagi anak kecil
Ada seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Thalhah. Dia mengatakan putra yang masih kecil. Suatu ketika Rasulullah menemuinya dalam keadaan sedih, lalu Rasulullah bertanya pada orang tuanya kenapa anak ini sedih. Mereka mengatakan, seekor burung sejenis burung pipit yang biasa jadi mainannya telah mati. Lantas Nabi menegur dengan gelaran untuk menghibur kesedihan anak ini dengan mengatakan:
يا أبا عمير ما فعل النغير؟
Artinya: “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan an-nughair?[7]
An-nughair adalah pengecilan nama dari burung sejenis burung pipit tersebut. Rasulullah menggelari anak ini dengan Abu Umair (bapaknya Umair) padahal anak ini masih sangat kecil, dan ini dimaksudkan untuk menghibur dan bergurau dengan anak yang sedang sedih ini.
pada kesempatan yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memanggil Anas bin Malik dengan bercanda:
يا ذا الأذنين!
wahai sang pemilik dua telinga![8]
- Kadang-kadang dengan menggendong dan meletakkannya di atas pundaknya
Seorang sahabat yang bernama al-Bara’ bin Azib mengatakan, “Aku pernah melihat Rasulullah, sedangkan al-Hasan bin Ali berada di atas pundak beliau seraya beliau mengatakan:
اللهم إني أحبه فأحبه!
Artinya: “Wahai Allah, sungguh aku mencintainya (al-Hasan yang sedang berada di atas pundak Nabi), maka cintailah dia.[9]
Pada kesempatan lain, pernah Rasulullah menggendong cucu perempuannya yang bernama Umamah ketika sedang dalam shalatnya, apabila beliau hendak sujud beliau letakkan cucunya, dan apabila berdiri beliau gendong.[10]
- Kadang-kadang dengan mendekap anak kecil dari belakang kemudian anak itu disuruh menebaknya
Ada seorang sahabat yang masih kecil dari kalangan penduduk gurun, bernama Zahir. Anak ini bermuka buruk tetapi Rasulullah suka dengannya. Suatu ketika Nabi melihatnya seseuatu di pasar. Lalu Nabi segera mendekapnya dari belakang sedangkan anak ini tidak bisa melihat siapa yang mendekapnya. Lantas ketika tahu bahwa yang mendekapnya adalah Rasulullah, maka anak ini senantiasa menempelkan punggungnya ke dada Rasulullah karena dia cinta kepada beliau.[11]
- Kadang-kadang dengan menyemburkan air ke wajah anak kecil atau sekedar menjulurkan lidahnya supaya anak itu senang
Ada lagi sahabat lain yang masih tergolong sangat kecil yang mendapatkan senda gurau Rasulullah yakni Mahmud bin Rabi’, dia mengatakan:
عقلت من رسول الله صلى الله عليه وسلم مجة مجها في وجهي وأنا ابن خمس سنين من دلو.
Artinya: “Aku masih ingat dengan semburan air dari satu ember yang dulu pernah Rasulullah semburkan dari mulutnya pada wajahku. Saat itu aku masih berumur kira-kira lima tahun.[12]
Pada kesempatan lain, sahabat Abu Hurairah rahimahullah pernah menceritakan:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليدلع لسانه للحسن بن علي، فيرى الصبي حمرة لسانه فيبهش إليه
Artinya: “pernah dulu Rasulullah menjulurkan lidahnya kepada al-Hasan bin Ali. Tatkala melihat lidah Rasulullah yang merah, al-Hasan merasa riang gembira dengannya.”[13]
Demikianlah, beberapa akhlak Nabi kita yang mulia terhadap anak-anak. Mudah-mudahan bisa menjadi siraman hati dan melunakkan hati yang keras sehingga menjadi lembut sesuai dengan kebutuhan anak-anak yang memang membutuhkan kasih sayang dan kelembutan dari orang tuanya. Juga, mudah-mudahan hati kita tidak menjadi kering atau bahkan mati –na’udzu billah min dzalik- dari perasaan tersebut.
Wahai para orang tua, bersegeralah mengoreksi diri! Kasih sayang dan kelembutan ataukah kekerasan dan pukulan yang telah kita berikan kepada buah hati kita? Wallahu a’alam.
Referensi
Diringkas oleh: Rico Muzakki (Staf Pengajar Ponpes Darul Qur’an wal Hadits OKU Timur)
Sumber dari: Karya Ustadz Abu Ibrahim Ali (MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 6 TAHUN V / MUHARRAM 1427 / FEBRUARI 2006)
[1] Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari (1/223), Muslim dalam kitab al-Jana’iz (II)
[2] HR. Bukhari 1/223, Muslim kitab al-Jana’iz (II)
[3] HR. Bukhari bab at-Taslim ‘alash shibyan 6247, Ahmad 121, 174
[4] HR. Bukhari kitab al-Wudhu 59, Muslim kitab ath-Thaharah 101, 104
[5] HR. Bukhari 5998, Muslim 2317
[6] Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari (3917, 3918) dari al-Barra bin Azib
[7] HR. Bukhari 6129, Muslim 2150
[8] HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Mukhtashar asy-Syama’il al-Muhammadiyah no. 200
[9] HR. Bukhari 3749, Muslim 2422
[10] HR. Bukhari 516, Muslim 2/181
[11] HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh al-Albani dalam Mukhtashar asy-Syama’il al-Muhammadiyah no. 205
[12] HR. Bukhari 77
[13] Lihat Silsilah ash-Shahihah 70
Baca juga artikel:
Leave a Reply