Mengingkari kebaikan suami

mengingkari kebaikan suami

Mengingkari kebaikan suami – Bismillah segala puji bagi Allah terhadap segala nikmatnya yang telah memberikan karunia-karuniaNya yang senantiasa terus mengalir. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi bear kita Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam untuk kepada para sahabatnya, keluarganya, Serta orang-orang yang Setia kepada beliau. Aminn amin yaa robbal alamin.

Salah satu strategi dakwah Rasulullah adalah memanfaatkan sebuah peristiwa sebagai momen yang tepat untuk menganjurkan bebuat baik dan memperingati dari keburukan.

Pada masa Rasulullah, pernah terjadi gerhana matahari. Beliau kemudian menunaikan sholat gerhana bersama para shahabatnya. Pada saat itu, beliau diperlihatkan surga dan neraka. Usai sholat, para shabatnya bertanya kepada beliau,  “Ya Rasulullah, kami melihat engkau mendapatkan sesuatu di tempatmu lalu kami melihat engkau mundur. “Surga diperlihatkan kepadaku lalu aku meraih setangkai anggur. Aku kemudian diperlihatkan neraka, aku belum pernah melihat pemandangan sedahsyatnya ini.  Aku melihat penghuninya mayoritas neraka”

Para sahabatnya bertanya, “Mengapa, ya Rasulullah?” beliau menjawab, “mereka ingkar kepada Allah? “Beliau menjawab,  “mereka mengingkari kebaikan suami mereka. Jika kamu berbuat kebaikan kepada salah seorang diantara kita mereka sepanjang tahun lalu ia melihat suatu (kesalahan) darimu maka ia berkata,  ‘aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan darimu”

Dalam hadist tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa beliau melihat surga. Beliau menceritakan keagungan surga kepada para sahabatnya dengan menyebutkan setangkai anggur. Beliau juga menceritakan neraka kepada mereka. Selama hidup, beliau belum pernah menyaksikan pemandangan sedahsyat itu.

Rasulullah juga menjelaskan bahwa penghuni neraka itu sendiri dari laki-laki dan perempuan, alam tetapi mayoritas penghuninya perempuan. Ini karena perempuan sering mengingkari kebaikan suami dan durhaka kepadanya.

Berita Rasulullah ini membangkitkan rasa keingintahuan sahabat untuk mengetahui lebih mendalam tenang berita tersebut. Melihat hal itu, Rasulullah memanfaatkan kesempatan itu untuk memotivasi kaum muslimin guna menggapai surga dan memperingatkan kaum Muslimah dari neraka. Dalam keadaan seperti inilah manusia lebih mudah memahami dan lebih bersemangat mengikutinya.

Berita tersebut mengandung dua makna penting:

Suami hendaknya mengetahui karakter istri

Tatkala marah, seorang istri sering mengingkari keutamaan dan kebaikan suaminya. Dengan kata lain perempuan mudah dikuasai oleh perasaannya sehingga acap kali membuatnya menyimpang dari kebenaran. Untuk itu, hendaknya suami senantiasa memberi peringatan kepada istrinya.

Istri hendaknya jangan mengingkari kebaikan suami

Kaum wanita hendaknya mewaspadai dari perbuatan tercela ini. Perbanyaklah amal ibadah yang dapat menghapus dosa. Tujuannya, jika suatu ketika ia terjerumus dalam perbuatan ini maka ia memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat menghapus keburukan yang besar ini.

Hadist di atas menjelaskan bahwa mengingkari kebaikan suami termasuk dosa besar sehingga Rasulullah menamainya dengan kekufuran. Tidak diragukan bahwa kemaksiatan yang menunjukkan kata kufur lebih berbahaya daripada kemaksiatan yang tidak menunjukkan kata kufur.

Pendapat ulama yang menguatkan:

Qadhi Abu Bakar bin Al-A’rabi, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hajar mengatakan, “Dalam hadist ini secara khusus disebutkan bahwa ingkar terhadap kebaikan suami sebagai salah satu dari bentuk dosa besar. Hadist mengenai hal ini mempunyai keterkaitan dengan pembahasan sebelumnya. Rasulullah bersabda, “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada Makhluk, pasti aku perintahkan para istri sujud kepada suaminya.”  Dalam sabda ini, hak suami atas istri dikaitkan dengan hak Allah. Dengan kata lain, bila istri mengingkari hak suaminya maka perbuatan ini menunjukkan kadar kelalaian mereka terhadap hak Allah. Oleh sebab itu, sematkan kata kufur kepadanya. Akan tetapi, kufur dalam pengertian ini bukanlah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.

Maka dari itu, ia pun meminta cerai dari suaminya dan menebus dirinya dengan mahar perkawinan yang pernah di berikan oleh suaminya. Ia menjadikan mahar sebagai ganti rugi atas kekhawatirannya terjerumus dalam perbuatan haram, sebagaimana ditunjukkan hadist Ibnu Abbas. Ia berkata,  “Istri Tsabit Ibnu Qais menghadap Rasulullah dan berkata,  “Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit Ibnu qais dalam hal agama ataupun akhlaknya, namun aku tidak ingin durhaka (kepada suami).  “Rasulullah lalu bertanya :

فتردين عليه حديقة؟

“Apakah engkau mau mengambilkan kebunnya? “

Ia menjawab, “Ya, maka istri Tsabit mengembalikan kebun itu kepada Tsabit dan Rasulullah memerintahkan Tsabit untuk menceraikan istrinya. Tsabit pun kemudian menceraikan istrinya.” (HR. Bukhari)

 Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Maksudnya ia tidak ingin tetap tinggal bersama Tsabit karena akan menyebabkan dirinya terjerumus dalam kekufuran. ” mengenai perkataan istri Tsabit, “Namun aku takut berbuat kekufuran (durhaka kepada suami) ” Ibnu Hajar mengatakan, “Seolah-olah istri Tsabit mengisyaratkan bahwa kebenciannya kepada suami mungkin saja memaksanya berbuat kekufuran sehingga menjadi penyebab batalnya pernikahan mereka. Padahal ia, paham betul bahwa perbuatan itu haram. Akan tetapi ia khawatir bahwa rasa benci menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan tersebut. Selain itu, bisa juga diartikan bahwa perbuatan itu kekufuran yang ia maksud adalah ingkar kepada suami, yaitu perbuatan para istri yang tidak menunaikan hak suaminya. “

Saya menambahkan, “keterangan Ibnu Hajar yang menyebutkan kemungkinan maknanya adalah mengingkari kebaikan suami adalah lebih tepat. Sebab, para sahabat sangat terjaga dari perbuatan yang menuju ke arah kekafiran. Terlebih lagi hanya sekedar mencari alasan untuk cerai. Aku juga melihat ketulusan beliau dalam beragam dengan menyatakan,  “Aku tidak mencela Tsabit Ibnu Qais dalam hal beragama ataupun akhlaknya. ” Sekalipun ia benci, namun ia tetap mau mengakui kebaikan suaminya. Bagaimana mungkin seorang istri yang memiliki sifat seperti ini akan melakukan kekafiran hanya dengan alasan agar pernikahannya batal?

*Mengapa banyak perempuan masuk neraka?

Ada banyak riwayat lain yang menjelaskan tentang penyebab perempuan masuk neraka. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

تكثرن اللعن وتكفرن العشير

“Kalian sering mengumpat dan mengingkari kebaikan suami” (HR. Bukhari dan Muslim)

Faktor lain yang membuat perempuan masuk neraka adalah tidak bersyukur tatkala dianugerahi nikmat dan tidak sabar tatkala di timpa cobaan.

Sebagaimana tambahan, ciri kaum wanita yang lain adalah mereka suka membeberkan rahasia dan meminta dengan cara mendesak. Sebagaimana catatan, faktor yang memicu masuknya neraka ini tidak mutlak hanya dilakukan oleh kaum wanita saja, tapi juga bisa dilakukan oleh kaum pria. Dalam hal ini kaum wanita disebut secara khusus karena mayoritas pelakunya adalah kaum wanita.

Untuk itu Rasulullah menganjurkan kaum wanita untuk bersedekah guna menghapus dosa besar ini. Hal ini menunjukkan keutamaan sedekah. Sedekah ini merupakan bentuk kasih sayang kepada orang miskin, menghapus kesedihannya, memenuhi kebutuhannya, dan mengentaskannya dari fitnah kefakiran. Untuk itu, kaum wanita hendaklah berusaha semaksimal mungkin untuk mensyukuri kebaikan suaminya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

لا ينظر الله إلى امرأة لا تشكر لزوجها، وهي لا تستغني عنه

Artinya: “Allah enggan meliht wanita yang tidak berterima kasih terhadap kebaikan suaminya. Padahal ia sangat membutuhkannya (tidak bisa berlepas darinya)”.  (Al-Muhalla, Imam Ibnu Hazm (10/334))

*Kandungan Hadist:

Hadist-hadist dalam bab ini mengandung banyak faedah dan hukum di antaranya:

  1. Tidak mengucapkan kata kufur pada sebagian dosa atau perilaku maksiat yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama.
  2. Neraka adalah makhluk yang telah diciptakan dan sekarang sudah ada.
  3. Rasulullah pernah melihat mereka.
  4. Mayoritas penghuni neraka adalah wanita
  5. Seorang murid boleh memeriksa kembali beberapa hal yang kurang dipahami kepada sang guru.
  6. Seorang alim (guru) hendaknya menjawab pertanyaan muridnya yang minta penjelasan. Ia tidak boleh membentak atau mencelanya.
  7. Mengingkari kebaikan, melalaikan anugerah, dan mengingkari pemberian termasuk tabiat kaum wanita, bukan laki-laki.
  8. Wajib menjalin hubungan suami istri dengan baik.
  9. Haramnya ingkar terhadap kebaikan suami.

REFERENSI :

Aqwam jembatan ilmu. 2018. Syaikh Muhammad Asy-syarif. Hadist wanita.

Di ringkas oleh: Diana Rosella (Pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits Oku Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.