Wali Allah atau sering disebut dengan kekasih Allah adalah orang-orang yang mulia, mereka wali Allah memiliki kedudukan yang istimewa disisi Allah Ta’ala. Mereka wali Allah mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka, serta seluruh makhluknya baik yang ada di dunia ataupun makhluk yang ada di langit mencintai mereka. Dan wajib bagi kita sebagai orang-orang yang beriman untuk mencintai dan memuliakan mereka.
Mungkin timbul dibenak kita bebrapa pertanyaan berikut:
- Apakah wali-wali Allah itu hanya terbatas untuk orang tertentu atau jumlah tertentu?
- Apakah mereka memiliki sifat atau ciri khas tertentu sehingga bisa disebut dengan Wali?
- Apakah setiap muslim bisa menjadi wali Allah Ta’ala?
- Apakah mereka bisa melakukan sesuatu yang di luar kemampuan manusia pada umumnya?
Melalui tulisan ini mudah-mudahan membuka pola pikir kita tentang wali Allah Ta’ala.
Para wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana yang Allah firmankan dalam kitab suciNya:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
Artinya: “Ingatlah sesungguhnya para wali Allah mereka tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati, mereka adalh orang-orang yang beriman dan bertakwa “(QS:Yunus:62-63)
Allah Ta’ala berfirman:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّور
Artinya: “Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya” (QS. Al-Baqarah:257)
Berdasarkan kedua ayat diatas dapat kita ketahui bahwa setiap orang yang beriman dan bertakwa adalah Wali Allah Ta’ala dan berarti jumlah wali Allah tak terbatas dengan jumlah bilangan tertentu, dan kedudukannya di sisi Allah sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaanya.
Terkadang Allah Ta’ala menamperlihatkan atau menampakkan sesuatu yang luar biasa keluar dari tangan wali Allah tersebut, atau terkadang sesuatu yang di luar batas kemampuan manusia dapat dilakukan oleh wali tersebut dan tentunya atas izin Allah Ta’ala atau yang sering disebut dengan karamah.
Karamah adalah suatu hal yang di luar kemamapuan manusia yang Allah berikan kepada sebagian orang-orang shaleh dari para pengikut Rasul-Rasul Allah sebagai wujud kemulian yang Allah berikan untuk mereka dikarenakan mereka berpegang teguh kepada apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul tersebut. Tidaklah semua wali mendapatkan karomah dari AllahTa’ala, akan tetapi hanyalah diberikan kepada sebagian saja karena keimanan dan ketatwaannya yang sangat luar biasa, atau sesuatu hal yang Allah ingin menegakkan hujjah kepada orang-orang yang menentang agamaNya. Adapula wali Allah yang tak tampak darinya karamah secara langsung, bukan berarti bahwa mereka memiliki iman dan ketakwaan yang kurang, sebagaimana wali Allah yang diberikan karamah tidak menunjukkan bahwa mereka lebih utama dari yang tidak nampak secara langsung karamahnya.
Karamah yang Allah berikan kepada para waliNya sungguh benar adanya hal ini disepakati oleh para ulama, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulillah yang shahih, adapun orang-orang yang mengingkari adanya karamah para wali Allah adalah orng-orang yang sesat diantaranya dari kalangan Mu’tazialah dan Jahmiyyah. Dan apa yang mereka yakini tentang ketiadaan karamah para wali Allah adalah sebuah bentuk pengingkaran kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Diantara contoh adanya karamah para wali dalam Al-Qur’an adalah kisah Ashhabulkahfi (dalam surat Al-Kahfi ayat :1-26) tatkala Allah Ta’ala mengisahkan mereka tentang tidurnya mereka selama 309 tahun, Allah Ta’ala berfirman :
وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا
Artinya :”Dan kami tidurkan mereka di dalam gua selama 309 tahun” (QS: Al-Kahfi:25)
Dan hal tersebut tidak merusak jasad dan tubuh mereka. Ada pula kisah Maryam ibunda Nabi Isa ‘alaihissalam dalam surat Ali Imran dan surat Maryam . Beliau mendapatkan makanan sedangkan ia tetap berada di mihrobnya dalam beribadah, dan beliau dianugrahi seorang anak laki-laki sedangkan ia tidak bersuami.
Adapun contoh adanya karamah para wali dari hadits-hadits Rasulullah adalah sangat banyak diantaranya kisah jasad seorang shahabat yang dimandikan oleh malaikat, malaikat yang turun mendengarkan bacaan Alqur’an Usaid Bin Hudair, sahabat yang mendapatkan makanan yang ada di musim panas sedangkan ia berada di musim dingin dan sebaliknya dan karamah dari sahabat-sahabat yang lain.
Adapula kelompok yang mereka terlalu berlebih-lebuhan dalam memahami karamah para wali Allah ini yaitu kelompok shufi, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa karamah juga ada bagi orang-orang fasik dan orang zhalim. Sungguh perkataan mereka ini bertentangan dengan firman Allah yang ada di atas tadi, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan bertakwa, bagaimana seorang yang zhalim lagi fasik apat dikatakan wali Allah sedangkan perbuatannya adalah perbuatan yang keji lagi munkar menurut akal dan syariat.
Kemudian timbul pertanyaan apa beda karamah yang dimiliki para waliAllah dengan tukang sihir? Atau orang-orang yang dianggap sebagai wali Allah?
Adapun perbedaanya adalah sebagai berikut:
- Karamah yang terdapat atau yang dibeikan oleh Allah kepada para wali-Nya diperoleh dengan keimanan dan ketakwaan yang tinggi, sedangkan sihir atau sesuatu yang semisalnya diperoleh dari perbuatan-perbuatan yang menyelisihi syariat.
- Karamah para wali semakin kuat dengan dzikir kepada Allah, dengan membaca Al-Qur’an, sedangkan sihir dan semisalnya apabila dibacakan ayat-ayat Allah akan menjadi lemah dan bahkan hilang tak tersisa.
- Sihir dan semisalnya biasanya diawali dengan persembahan berupa penyembelihan kepada jin dan lain sebagainya, sedangkan karamah para wali tidak.
Faedah dari tulisan ini adalah:
- Mengetahui siapa saja wali-wali Allah dan sifat mereka.
- Berusaha dan berupaya agar kita termasuk wali-wali Allah tersebut.
- Mengetahui siapa yang benar-benar menjadi wali Allah dan siapa yang menjadi wali syaithon yaitu dengan seberapa teguh orang tersebut menjunjung, menegakkan serta menjalankan syariat Allah yang dijelaskan melalui lisan Rasulillah shallahu’alaihi wasallam.
Oleh Apriyanto
Leave a Reply