Sisi Lain Kehidupan Rumah Tangga Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam

Oleh : Ustadz Fahmi Abu Abbas Lc.

Banyak orang mengatakan apabila ingin mengetahui hakikat cinta sejati, lihatlah kisah Romeo Juliet. Namun, sebagai seorang muslim, cinta sejati atau kehidupan yang bahagia adalah yang bisa mengantarkan kepada kebahagian dunia dan akhirat. Tidak ada kehidupan rumah tangga yang lebih baik dari pada rumah tangga Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Alloh.” (QS. Al-Ahzab:21)

Berkata ibnu Katsir: ” ayat ini merupakan landasan dasar dalam mentauladani Rosululloh n di setiap perkatan, perbuatan, dan setiap keadaan beliau.” (Tafsir Ibnu Katsir 6/391)

Maka dari itu, meneladani Rosululloh merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan ridho Alloh Subhanahu wa ta’ala dan mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Tidak terkecuali bagi setiap pasangan suami istri yang menginginkan kehidupan rumah tangganya menjadi rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Maka sudah menjadi keharusan untuk menengok kehidupan rumah tangga Rosululloh, melihat bagaimana beliau berinteraksi kepada istri-istrinya, bagaimana beliau menghadapi konflik yang terjadi di dalam rumah tangga beliau.

Barometer kebaikan seseorang

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shohihah no. 284)

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan bahwa baiknya akhlak seseorang terhadap istrinya merupakan sebuah indikasi bahwa akhlaknya juga baik kepada orang lain. Karena bisa saja seseorang baik kepada orang lain, akan tetapi di rumah ia berbuat dzalim kepada orang lain. Untuk itulah Rosululloh menjadikan barometer keimanan seorang mukmin adalah orang yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya. Karena seorang istrilah yang menemaninya setiap hari, benar-benar mengetahui perilaku suaminya.

Aisyah d pernah ditanya mengenai akhlak Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, maka beliau menjawab:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

Akhlak beliau adalah Al Quran” (HR. Ahmad dan dishohihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shohihul Jami’, no. 4811)

Dan Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

” dan sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Kemesraan Rosululloh bersama istri

Ummul Mukminin, Aisyah Rodhiyallohu `anha menceritakan kisahnya bersama Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam:

“Aku pernah minum dari sebuah gelas ketika aku sedang haid. Kemudian kuberikan gelas tersebut kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau lalu meletakkan mulutnya di bekas tempat mulutku dan beliau minum darinya. Pernah pula di saat haid, saya menggigit daging yang menempel pada tulang, kemudian kuberikan kepada Nabi n , lalu beliau meletakkan mulutnya di bekas tempat mulutku.” (HR. Muslim)

Perhatikanlah apa yang dilakukan Rosululloh kepada Aisyah, beliau seakan-akan mengajarkan kepada umatnya bagaimana memperlakukan istri dengan mesra, penuh rasa cinta dan kasih sayang. Beliau begitu mengerti bahwa wanita sangat menginginkan kelemahlembutan, membutuhkan candaan dan kata-kata indah dari sang suami.

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam mengajarkan umatnya untuk senantisa bebuat baik dan berlemah lembut kepada istrinya, sebagaimana beliau bersabda:

 خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam “Ash-Shohihah”: 285)

Aisyah ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam di dalam rumah. Aisyah mengatakan:

Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu sholat beliau pun keluar untuk menunaikan sholat.” (HR. Bukhari)

Beliau pun tidak segan-segan untuk turun tangan membantu pekerjaan rumah sebagaimana dituturkan oleh Aisyah :

Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau membersihkan pakaiannya, memerah susu kambingnya, dan melayani dirinya sendiri.” (HR. Ahmad, 6/256. Lihat Ash-Shohihah no. 671)

 

Mendidik istri di rumah

Di samping Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersikap lemah lembut kapada istri-istri beliau. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam juga membimbing mereka dan mengajari mereka perkara-perkara yang berhubungan dengan akhirat.

Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim: 6)

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam selain sibuk berdakwah kepada umatnya, beliau juga selalu mengajarkan perkara agama kepada istri-istri beliau. Mengajarkan kepada mereka tentang tauhid, dan keagungan Alloh Subhanahu wa ta’ala. Di antara bentuk tarbiyah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada isrinya adalah tatkala beliau berkata kepada Aisyah:

مَنْ حُوسِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ

” Barang siapa dihisab pada hari kiamat niscaya ia akan diadzab”.

Aisyah berkata: ” bukankah Alloh telah berfrman:

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً

Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah?”

(maksudnya adalah, wahai Rosululloh, bagaimana Anda mengatakan ‘siapa dihisab pada hari kiamat niscaya ia akan diadzab’, sedangkan Alloh berfirman tentang golongan kanan : ‘Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.’

Lalu Rosululloh menjelaskan dan mengajarkannya suatu perkara dalam aqidah dengan mengatakan:

“Hal itu (hisab yang dipermudah) adalah al ‘aradh (ditampakan kepadanya segala amal), Namun barangsiapa yang di-munaqasyah hisabnya (dihisab dengan detail dan teliti serta susah), maka ia akan binasa”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Perkara aqidah yang diajarkan pada hadits tersebut adalah, kewajiban meyakini adanya ‘ardh, hisab dan adzab.

Dan diantara perkara lain yang diajarkan Rosululloh kepada istri-istri beliau adalah bacaan-bacaan dzikir, do’a berlindung dari keburukan dan selainnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah:

“Rosululloh pernah menagambil tanganku lalu mengarahkannya ke bulan, lalu berkata: “Wahai Aisyah, berlindunglah kepada Alloh dari kejahatan ini, karena sesungguhnya kejahatan (biasanya terjadi) jika bulan telah nampak (malam).” (HR. Ahmad)

Lihatlah bagaimana Rosululloh mengajaran Aisyah tafsir ayat ” وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ “.( dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita). Beliau mengambil tangan Aisyah dan mengarahkannya ke bulan, dan menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan tanda-tanda malam yang terjadi di langit. Lalu memerintahkannya untuk berlindung kepada Alloh dari segala keburukannya, karena segala keburukan (kejahatan) sering terjadi di malam hari sebagaimana terjadi di siang hari.

Begitu pula Rosululloh menanamkan rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala ketika terdapat awan di atas langit dan angin berhembus dengan kencang di mana-mana. Beliau keluar masuk rumah dengan wajah yang tidak seperti biasanya, seakan-akan dihinggapi rasa cemas dan gelisah. Melihat perubahan yang terjadi pada diri Rosululloh, Aisyah berkata: Wahai Rosululloh, saya memperhatikan  manusia apabila melihat mendung atau angin kencang mereka bahagia karena mengharapkan turunnya hujan, tapi aku melihat apabila engkau melihatnya justru tidak menyukainya”..

Perhatikanlah, bagaimana jawaban Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau menggunakan kesempatan ini untuk menanamkan rasa takut kepada Alloh, dan menjelaskan kepadanya bahwa seorang mukmin tidaklah boleh merasa aman dari makar Alloh. Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

” Wahai Aisyah, tidak ada yang dapat menjaminku, bahwa awan tersebut mengandung adzab (atau tidak). Sungguh suatu kaum telah diadzab dengan angin kencang sedangkan mereka mengatakan, “Inilah awan yang akan mengirimkan hujan kepada kami” (QS. Al Ahqaf: 24)” (HR. Muslim).

Begitulah petunjuk Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam mendidik istrinya terutama masalah aqidah, yaitu menanamkan rasa takut kepada Alloh ‘azza wa jalla, dan menjelaskan tentang adanya adzab. Bahwa seorang muslim itu tidak aman dari makar Alloh. Beliau juga menjelaskan kepada Aisyah agar tidak buru-buru dalam menjawab pertanyaan tentang suatu hukum, sehingga tidak berkata tentang permasalahan agama tanpa didasari ilmu. Dan ini menjadi sebuah kaidah yang agung dalam agama ini. Yaitu عدمُ جوازِ القولِ على الله بغير علم ( tidak bolehnya bicara tentang ayat Alloh tanpa ilmu) atau tidak boleh menghukumi sesuatu tanpa adanya dalil syar’i.

Dari Aisyah radhiyallohu ‘anha, beliau berkata: “Pernah suatu ketika Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam diminta untuk mensholati jenazah seorang anak dari Al-Anshor, maka aku katakan: ”Wahai Rosululloh, sungguh beruntung anak ini, (ia menjadi seekor) burung ushfur (sejenis burung kecil) dari burung-burung ushfur di dalam Surga, ia belum berbuat kejelekan sama sekali dan belum menjumpainya. ” Nabi menjawab: ”bukan seperti itu wahai Aisyah, sesungguhnya Alloh menciptakan surga beserta penghuninya, Alloh ciptakan mereka untuk masuk surga sejak mereka berada di tulang punggung ayah-ayah mereka, dan Alloh menciptakan neraka beserta penghuninya, Alloh menciptakan mereka untuk masuk neraka sejak mereka dalam tulang punggung ayah-ayah mereka. ” (HR Muslim)

Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bagaimana Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam mengajarkan kepada Aisyah agar tidak menghukumi sesuati tanpa adanya dalil syar’i. dan sepertinya Aisyah mengatakan hal tersebut sebelum mengetahui adanya dalil bahwa seorang anak dari kaum muslimin yang meninggal dunia ketika masih kecil akan masuk surga. Dan para ulama pun telah sepakat bahwa anak-anak kaum muslimin yang meninggal dunia ketika masih kecil akan masuk surga (lihat Syarah Muslim 8/207).

Karena banyaknya penyakit-penyakit lisan yang berasal dari kaum wanita, hendaklah seorang suami benar-benar menaruh perhatian dalam masalah ini. Bahkan Alloh Ta’ala menyebut kaum wanita secara khusus dalam sebuah peringatan agar tidak saling mengolok-olok. Alloh ‘azza wa jalla berfirman;

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain.  Boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik daripada mereka yang mengolok-olok.  Dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan-perempuan yang lain.  Boleh jadi, perempuan yang diolok-olok lebih baik daripada perempuan yang mengolok.   Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Dan janganlah kamu memanggil dengan gelar yang buruk.  Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan buruk setelah beriman.  Dan barangsiapa tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang dhalim” [QS. Al-Hujuraat : 11].

Nasehat kepada wanita secara khusus sangatlah dianjurkan, karena kebanyakan ghibah dan namimah muncul dari kaum wanita..

 

Tak Ada Gading Yang Tak Retak

Begitulah pepatah mengatakan, bahtera rumah tangga tidaklah selalu melaju dengan mulus, akan tetapi terkadang melewati badai ombak yang menghantam. Begitu pula kehidupan rumah tangga Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak terlepas dari berbagai konflik, karena beliau juga seorang manusia. Alloh Ta’ala berfirman;

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيّ

Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku…” (QS Al-Kahfi:110).

Maka dari itu, Rosululloh sebagai manusia biasa( begitu pula istri-istri beliau), sesungguhnya Rumah tangga beliau tidaklah terlepas dari perselisihan antara beliau dan istri-istri beliau. Namun yang membedakan antara beliau dan kaum muslimin adalah begaimana menyikapi perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga. Dan Alloh ‘azza wa jalla telah menjadikan beliau sebaik-baik teladan,, agar kaum muslimin dapat mengikuti beliau dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam rumah tangga kaum muslimin.

Sampai-sampai ketika Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam hendak menceraikan sala satu istrinya, beliau melakukannya dengan landasan penuh kasih dan sayang. Sebagaiaman ketika beliau hendak menceraikan saudah, beliau melakukannya tanpa ada paksaan atau dengan sesuatau yang bisa menyakiti hati, yang pada akhirnya saudah rela memberikan jatah gilirannya kepada Aisyah.

Bahkan ketika terjadi fitnah yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah radhiyallohu ‘anha yang terkenal dengan haditsatul ifk (yaitu ketika orang-orang munafiq menuduh Aisyah telah berzina), maka Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam tidaklah tergesa-gesa menghukumi Aisyah. Bahkan dengan sabar beliau justru menasehati Aisyah dengan bersabda:

“Amma ba’du, wahai ‘Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentangmu bagini dan begitu. Apabila kamu berlepas diri (dari berita tersebut), maka Alloh akan membersihkanmu dan jika kamu berbuat dosa tersebut, maka beristighfarlah kepada Alloh dan bertaubatlah kepada-Nya. Karena seorang hamba bila mengakui dosanya, kemudian bertaubat kepada Alloh niscaya Alloh akan menerima taubatnya.” (HR. Bukhari).

Itulah contoh terbaik yang dilakukan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, agar seorang suami atau istri lebih mengedepankan persangkaan yang baik terhadap pasangannya, bahkan menjadi penghibur apabila pasangannya ditimpa suatu musibah, selalu ada ketika dibutuhkan, dan sebagai penasehat yang baik apabila ada kesalahan.

Semoga Alloh menjadikan kehidupan rumah tangga kita rumah tangga yang mawaddah, sakinah wa rahmah, yang berada di atas bimbingan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 06 Tahun 03

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.