Penyakit Hati Dan Obatnya Bagian 4

Penyakit hati dan obatnya bagian 4

Penyakit Hati Dan Obatnya Bagian 4

Oleh: Abu Fahman Nafis Al Faruq

(Staf Pengajar Pondok Pesantren Darul-Qur’an Wal-Hadith OKU Timur).

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menuntunnya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah kita, Nabi Muhammad, dan shalawat juga kepada keluarga dan para sahabatnya.

Para pembaca yang budiman…

Ini merupakan pembahasan lanjutan dari seri penawar hati yang masih dengan judul yang sama, yaitu: “Penyakit Sombong, Ujub dan Obatnya”.

Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan dalil-dalil yang menjelaskan tentang penyakit tercela, yaitu sombong dan ujub. Kemudian diterangkan pula penawarnya untuk menyembuhkan penyakit sombong dan ujub dimana Allah menerangkan bagaimana ketika Rasulullah bermuka masam kepada Ibnu Umi Maktum, maka Allah langsung menegurnya dengan menurunkan surat ‘Abasa ayat 1-10, begitupun ketika orang terbaik umat ini setelah Rasulullah berbuat kesalahan maka Rasulullah langsung menegur sahabatnya yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radiallahu anhu yang berkaitan dengan orang-orang miskin dan lemah sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Muslim riwayat no. 2504 dan Ahmad no. 310. 19722.

Kita ketahui bersama betapa kedudukan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu yang tidak terhitung banyaknya, di mana beliau merupakan sahabat yang pertama kali masuk Islam, di samping selalu ikut berperang bersama Rasulullah, beliau turut serta dalam hijrah bersama Rasulullah, Rasulullah menikahi putranya, Aisyah radhiyallahu ‘anha, turunnya beberapa ayat yang terkait dengan Abu Bakar dan para Ahlu Baitullahnya sebagai bentuk kemuliaan baginya, kita semua mengetahuinya bersama-sama tanpa harus menutupinya tanpa harus mengingkari dan menentangnya, di saat yang sama Rasulullah menegurnya dengan sabdanya:

يَا أَبَا بَكْرٍ لَعَلَّكَ أَغْضَبْتَهُمْ لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أَغْضَبْتَ رَبَّكَ، فَأَتَاهُمْ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ يَا إِخْوَتَاهْ أَغْضَبْتُكُمْ قَالُوا لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ يَا أَخِي.

Artinya: “Wahai Abu Bakar, mungkin kamulah yang telah membuat mereka marah. Jika kamu membuat mereka marah, maka kamu juga telah membuat Tuhanmu marah.” Maka Abu Bakar pun mendatangi mereka dan bertanya, “Saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah?” Mereka menjawab, “Tidak.” Semoga Allah mengampunimu wahai saudaraku Abu Bakar.” [1] Oleh karena itu setiap kita menaruh perhatian terhadap keadaan fakir dan fakir miskin disekitar kita!

 َضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ لَهُ فَضْلًا عَلَى مَنْ دُونَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْ زَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ

Artinya : “Dari Mush’ab bin Sa’ad dikatakan bahwa Sa’ad menganggap dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain. Maka Nabi bersabda, “Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki, melainkan karena lemahnya (doa) orang-orang yang lemah.” [2]

 لَوْ كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَـحَلَّيْتُهَا وَلَكَسَوتُـهَا حَتَّـ ى أُنْفِقَهَا

Artinya: “Seandainya Usamah seorang jariyah (anak perempuan), niscaya aku akan menghiasinya dan mendandaninya sampai aku menafkahinya” [3]

 عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ عَثَـرَ أُسَامَةُ بِعَتَبَةِ الْبَابِ فَشُجَّ فِي وَجْهِهِ فَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَمِيْطِي عَنهُ الدَّمَ وَيَـمُجُّهُ عَنْ وَجْهِهِ ثُـمَّ قَالَ لَوْ كَانَ أُسَامَ ةُ جَارِيَةً لَـحَلَّيْتُهُ وَكَسَوتُهُ حَتَّـى أُنَفِّقَهُ

Artinya: “Dari Aisyah, dia berkata, “Usamah terpeleset di pintu, maka dia terluka di wajahnya.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Usirlah orang-orang yang menyakitinya.” Maka aku pun melakukannya. Setelah itu, beliau menghisap darahnya dan membersihkannya dari wajahnya, lalu berkata, “Seandainya Usamah seorang gadis, niscaya aku akan mendandaninya dan mendandaninya, sehingga aku akan membuatnya laku.” [4]

Demikianlah hendaknya seorang muslim, jika ia ingin hatinya aman, hendaknya ia duduk dan bergaul dengan orang-orang fakir dan miskin, terlebih mereka adalah orang-orang yang baik. Memperhatikan kondisi mereka ketika sakit berarti menyebut nikmat yang Allah berikan kepada mereka; menghidupkan hatinya dengan mendoakan kebaikan bagi dirinya dan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

عَنْ أَبِـي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَل َى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ، يَومَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ! مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِـي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَب ُّ الْعَالَـمِيْـنَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبِدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَو عُدْتَهُ لَوَج ِدْتَنِـي عِندَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِـي قَالَ يَا رَبِّ وَكَيفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَـ مِيْـنَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْت َهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِـي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيْكَ وَأ َنْتَ رَبُّ الْعَالَـمِيْـنَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي.

Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, Pada hari kiamat kelak, Allah ‘Azza wa Jalla akan berfirman, “Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?” Jawab anak Adam, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hamba menjenguk Engkau, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa kamu tidak menjenguknya? Apakah kamu tidak tahu, seandainya jikalau kamu menjenguknya, niscaya kamu akan mendapati-Ku di sisinya?”. “Hai, anak Adam! Aku minta makan kepadamu, mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Jawab anak Adam, “Wahai Rabb-ku, Bagaimana mungkin hamba memberi Engkau makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu tidak tahu, bahwa hamba-Ku si Fulan minta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan. Apakah kamu tidak tahu seandainya kamu memberinya makan, niscaya kamu dapatkan (pahala) di sisi-Ku?” “Hai, anak Adam! Aku minta minum kepdamu, mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Jawab anak Adam, “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin hamba memberi Engkau minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah Ta’ala menjawab, “Hamba-Ku si Fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya jikalau kamu memberinya minum, niscaya kamu dapatkan (pahala) di sisi-Ku.” [5]

Termasuk dari kesalahan dan menyebabkan gangguan bagi hati adalah seseorang dipotong tempat duduknya dan percakapannya terhadap orang-orang yang memiliki kedudukan, ketenaran dan kekayaan, maka ini dapat menyebabkan rasa sakit terhadap orang-orang yang dibawahnya. Ketika diberikan kelebihan baik harta, kehormatan dan yang lainnya maka hendaknya lihatlah dari mana kita diberikan harta itu barangkali kita diberikan harta disebabkan mereka-mereka yang dibawah kita. Perhatikan hadits Nabi:

عَنْ أَبِـي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نَظَرَ أَحْدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيهِ فِي الْـمَالِ وَالْـخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنهُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah dari Rasulullah, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang diberikan kelebihan pada harta dan fisiknya, maka hendaklah ia senantiasa melihat orang yang lebih rendah dari dirinya.” [6]

عَنْ أَبِـي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawah kalian (dalam masalah harta dan dunia), jangan memandang orang yang ada di atas kalian, itu lebih baik membuat kalian agar tidak mengkufuri nikmat Allah.” [7]

Berusahalah untuk senantiasa bergaul dengan orang-orang yang dibawah jangan hanya bergaul dengan orang-orang yang berada di atas karena ketika bergaul hanya kepada orang yang memiliki harta saja, atau memiliki kedudukan saja, atau orang-orang terpandang saja maka sesungguhnya engkau tidak akan pernah bersyukur terhadap nikmat yang ada dan akan senantisa merasa kekurangan dengan apa yang dimilikinya. Tapi ketika bergaul dengan orang yang ada dibawah ia akan merasa ridho dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya dan akan merasa cukup atas apa yang ia miliki serta hati akan merasa tenang. Sehingga ia akan belajar dan berusaha bekerja dan mencari rizki dengan jalan yang halal walaupun sedikit yang ia dapatkan dari hasil jerih payah tekuni dan ia akan merasa ridho dengan ketentuan Allah dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya. Manusia ketika membuat sebuah acara semisal walimah terkadang hanya mengundang orang-orang terpandang saja karena ia berpikir bahwa ketika mengundang orang-orang terpandang dan orang-orang kaya maka acara akan berjalan lancar dan semua biaya akan terpenuhi sehingga ia lupa akan orang-orang miskin dan orang-orang yang ada dibawahnya, padahal dalam hadits:

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِـي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ شَـرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ يُدْعَى إِلَيْهِ الْأَغْنِيَاءُ وَيَتْـرُكُ الْفُقَرَاءُ وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Artinya: Dari Ibnu Syihab dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa dia berkata, seburuk-buruk jamuan adalah jamuan pesta pernikahan, apabila yang diundang ke pesta tersebut hanya orang-orang kaya saja dengan mangabaikan orang-orang miskin. Siapa yang tidak mendatangi suatu undangan, sungguh ia telah durhaka kepada Allah dan rasul-Nya. [8]

عَنْ أَبِـي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ شَـرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيْـمَةِ يُدْعَى لَـهَا الْأَغْنِيَاءُ وَيَتْـرُكُ الْفُقَرَاءُ وَمَنْ لَـمْ يُـجِبْ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُولَهُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata, “Makanan yang paling buruk adalah makanan walimah, orang-orang kaya diundang sementara orang-orang miskin ditinggalkan. Dan barangsiapa tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya.” [9]

Maka sepatutnya bagi setiap orang yang mengadakan walimah hendaknya mengundang juga orang-orang miskin, orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan begitu juga orang-orang kaya, bisa jadi ketika mengundang orang fakir yang shalih doanya akan diijabahi oleh Allah Subhannahu Wata’ala. Dan apabila orang yang mengadakan walimah tidak bisa menghadirkan orang-orang fakir ke rumahnya maka hendaknya di antarkan kepada mereka makanan ke rumah-rumah mereka dan muliakan mereka sebagaimana Allah memuliakannya. Karena ini merupakan akan menjadikan kebaikan bagi hati dengan izin dari Allah.

Demikian pembahasan cara mengobati “Penyakit Sombong dan Ujub semoga menjadikan hati-hati kita selamat dari penyakit tersebut. Amiin.

Bersambung insyaallah..

MARAJI’:

  1. Al Qur’an
  2. Hadits Digital
  3. Obat Penawar Hati karya Mustofa Al ‘Adawi

[1] Hadits riwayat Muslim no. 2504 dan Ahmad no. 19722

[2] Hadits riwayat Bukhari no. 2896

[3] Hadits riwayat Ahmad no. 23932 (Hasan menurut Syu’aib al Arna’uth), dan no. 24677

[4] Hadits riwayat Ibnu Majah no. 1979

[5] Hadits riwayat Muslim no. 2569 dan Ahmad no. 8874

[6] Hadits riwayat Bukhori no. 6490, Muslim no. 2963 dan Ahmad no. 7800

[7] Hadits riwayat Muslim no. 2963, Tirmidzi no. 2513, Ibnu Majah no. 4142 dan Ahmad no. 7137

[8] Hadits riwayat Bukhori no. 5178, Muslim no. 5177, Abu Daud no. 3742 dan Ibnu Majah no. 1913

[9] Hadits riwayat Bukhori no. 5178, Muslim no. 5177, Abu Daud no. 3742 dan Ibnu Majah no. 1913

Baca juga :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.